Liputan6.com, Jakarta Kolombia dipastikan batal menjadi tuan rumah Copa America bersama Argentina tahun ini. CONMEBOL selaku otoritas sepak bola tertinggi di Amerika Latin terpaksa mengambil langkah ini setelah demonstrasi antipemerintah yang berlangsung di Kolombia tidak kunjung mereda hingga saat ini.
Aksi unjuk rasa yang diwarnai kekerasan itu telah berlangsung selama empat pekan. Selain faktor keamanan, CONMEBOL juga khawatir terhadap penyebaran virus Corona COVID-19 akibat kerumunan.
Advertisement
Sebelumnya, tiga kota, yakni Cali, Bogota, dan Midelin, telah ditunjuk sebagai tuan rumah untuk babak knock out. Sementara kota Barranquilla mendapat kepercayaan untuk menggelar partai final.
Pejabat berwenang Kolombia sebenarnya telah meminta agar turnamen tersebut ditunda. Hanya saja, pihak CONMEBOL menolak. Copa America sendiri dijadwalkan berlangsung 13 Juni hingga 10 Juli 2021.
"Untuk alasan berkaitan dengan kalender kompetisi internasional dan logistik turnamen, mustahil memindahkan Copa America 2021 ke bulan November," pernyataan CONMEBOL dilansir theworldgame.
"CONMEBOL menghargai antusiasme dan komitmen presiden Republik Kolombia, Ivan Duque dan rekan-rekannya serta Presiden Federasi Sepak Bola Kolombia, Ramon Jesurun dan timnya."
“Pastinya, di masa depan, proyek-proyek bersama baru akan bermunculan untuk pertumbuhan sepak bola Kolombia dan Amerika Selatan," pernyataan resmi CONMEBOL.
Saksikan juga video menarik di bawah ini
Belum Tentukan Lokasi Baru
Sejauh ini, CONMEBOL belum menentukan lokasi pengganti bagi Copa America. Sebelumnya, dua negara undangan, yakni Australia dan Qatar juga memutuskan mengundurkan diri. Sementara juara bertahan Brasil, bakal bergabung di Grup B bersama Kolombia, Peru, Ecuador, dan Venzuela.
Sementara grup A dihuni oleh Argentina, Uruguay, Chile, Paraguay and Bolivia.
Advertisement
Demonstrasi Berdarah
Sementara itu, kisruh yang melanda Kolombia berawal dari kebijakan reformasi pajak yang diterapkan pemerintah di bawah pimpinan presiden Ivan Duque. Berbagai elemen masyarakat setiap hari turun ke jalan untuk menyuarakan suara mereka yang ditanggapi dengan aksi represif dari pasukan keamanan.
Puluhan demosntran tewas dan ratusan lainnya terluka dalam serangkaian aksi demonstrasi tersebut. Kekerasan juga tidak hanya menimpa demonstran, tapi juga wartawan yang melipu kejadian itu.