Liputan6.com, Jakarta - Singapore Airlines membukukan rugi tahunan kedua berturut-turut bahkan meningkat menjadi S$ 4,27 miliar (USD 3,2 miliar) atau sekitar Rp 46,10 triliun (asumsi kurs 10.796 per dolar Singapura).
Selain itu, Singapore Airlines juga akan menerbitkan obligasi konversi senilai S$ 6,2 miliar untuk membantu mengatasi krisis COVID-19. Kerugian selama 12 bulan yang berakhir 31 Maret 2021 lebih buruk dari pada rata-rata perkiraan S$ 3,27 miliar oleh delapan analis, menurut Refinitiv. Hal itu termasuk penurunan senilai S$ 2 miliar yang sebagian besar terjadi pada 45 pesawat lama yang surplus persyaratan.
Advertisement
Rugi Singapore Airlines juga jauh lebih besar dari tahun sebelumnya S$ 212 juta. Pendapatan tahunan turun 76,1 persen menjadi S$ 3,82 miliar pada tahun keuangan yang berakhir pada 31 Maret. Pendapatan kargo yang kuat tidak cukup untuk mengimbangi penurunan hampir 98 persen dalam jumlah penumpang.
Singapore Airlines memperkirakan kapasitas penumpang akan meningkat hingga 28 persen dari tingkat pra pandemi pada Juni 2021, tetapi sebagian besar disebabkan oleh permintaan angkutan yang kuat menopang jumlah penerbangan. Itu hanya mengisi 13,4 persen kursi penumpang pada tahun keuangan yang berakhir 31 Maret 2021.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Bakal Terbitkan Obligasi Konversi
Maskapai yang tidak memiliki pasar domestik ini telah menjadi salah satu paling terpukul di dunia dalam hal lalu lintas penumpang. Namun, Singapore Airlines tidak sendirian karena Cathay Pacific Airways juga terpukul.
Gelembung perjalanan yang diusulkan antara Singapura dan Hong Kong yang akan dimulai pada 26 Mei 2021 ditunda untuk kedua kali pada Senin, 17 Mei 2021 karena kenaikan jumlah kasus COVID-19 baru-baru ini di Singapura.
"Krisis ini belum berakhir. Sementara laju vaksinasi yang meningkat telah memberi kami harapan, gelombang baru infeksi di seluruh dunia berarti bahwa pembatasan perjalanan internasional sebagian besar tetap berlaku,” ujar Chairman Singapore Airlines Peter Seah dilansir dari CNBC, Jumat, (21/5/2021).
Seperti maskapai lain secara global, Singapore Airlines telah memangkas tenaga kerja, menunda pengiriman pesawat dan meningkatkan ekuitas serta pembiayaan utang untuk membantu mengatasi pandemi COVID-19.
Maskapai itu akan menerbitkan obligasi konversi wajib senilai S$ 6,2 miliar atau sekitar Rp 66,95 triliun yang merupakan bagian opsional dari paket penyelamatan S$ 15 miliar yang dipimpin oleh pemegang saham mayoritasnya, Temasek Holdings pada 2020.
Advertisement