Liputan6.com, Jakarta - Beragam sentimen negatif membuat harga bitcoin anjlok hingga berada di bawah USD 40 ribu. Sejalan dengan hal ini, saham Coinbase juga sempat anjlok.
Seperti dilansir Marketwatch, Jumat (21/5/2021), saham Coinbase Global Inc mengalami kenaikan tajam pada Kamis, 19 Mei 2021. Hal ini terjadi setelah saham turun selama enam hari berturut-turut. Kenaikan ini terjadi setelah ada bullish dari analis Wedbush Moshe Katri.
Advertisement
Dalam penjelasannya Ia menyebut, perdagangan mata uang kripto "lebih tangguh" daripada yang diperkirakan. Emiten berkode COIN ini mengalami kenaikan 4,1 persen dalam perdagangan Kamis sore. Meski demikian, saham Coinbase telah jatuh 34,8 persen selama enam sesi sebelumnya. Hal ini dipicu aksi jual uang kripto.
Pada Rabu, 18 Mei 2021, saham ditutup dengan 10,1 persen harga di bawah referensi ketika resmi melakukan go public, yakni USD 250 pada pertengahan April lalu.
Sebagai perbandingan, bitcoin telah anjlok 34 persen selama enam hari terakhir, menurut data FactSet. Dalam keterangannya, Katri dari Wedbush menyebut alsannya melakukan bullish, yakni Coinbase adalah tempat awal untuk pengguna baru ekonomi kripto. Lebih dari 90 persen pengguna ritel naik ke platform secara organik atau informasi dari mulut ke mulut.
Selanjutnya ia menyebut, meningkatnya pangsa aset kripto menjadi bagian dominan di dua aset teratas, yakni bitcoin dan etherum. Integrasi teknologi blockchain dan keuangan tradisional juga memungkinkan Coinbase menjadi bagian dari ekosistem pembayaran.
Katri juga membahas kekhawatiran investor atas volatilitas harga baru-baru ini, dan persaingan, dengan mengatakan model bisnis Coinbase mungkin lebih tangguh daripada yang dipersepsikan. Hal ini karena sensitivitas terhadap volume perdagangan, dengan sekitar 2 persen pendapatan yang terkait langsung dengan harga aset.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Uang Kripto Kembali Bangkit, Harga Bitcoin Naik 40 Persen
Sebelumnya, harga bitcoin kembali berfluktuasi mendekati USD 40.000 pada Kamis 20 Mei 2021. Meski masih mengalami naik turun, harga bitcoin tersebut telah mengalami pemulihan signifikan.
Seperti dilansir Forbes, Jumat (21/5/2021), harga bitcoin sempat berada di level USD 42.589,86 atau sekitar Rp 612,47 juta (asumsi kurs Rp 14.381 per dolar AS) menurut data CoinDesk.
Angka tersebut membuat mata uang kripto ini naik lebih dari 40 persen dari level terendahnya, yakni USD 30.200 pada Rabu 19 Mei 2021. Beberapa analis mempertimbangkan pemulihan harga yang mungkin dialami bitcoin, salah satunya datang dari Chris Keshian, seorang pedagang mata uang kripto dan mantan manajer hedge fund.
"Penyebab utama dari penurunan drastis harga crypto kemarin adalah likuidasi yang mengalir dari pedagang yang terlalu berlebihan. Ini semua dimulai dengan koreksi pasar yang wajar berdasarkan lingkungan makro dan berita crypto FUD (peraturan China, Tesla, dll.), Yang kemudian diperkuat karena posisi dilikuidasi sepenuhnya," katanya.
Tak hanya itu, Keshian menyebut, mata uang kripto mengalami kemunduran yang didorong oleh pasar yang tiba-tiba menjadi oversold atau jenuh jual.
"Setelah likuidasi ini selesai, pembeli secara alami datang untuk membeli aset dengan harga baru, yang mendorong keuntungan 40 persen yang kami lihat selama 24 jam terakhir," tuturnya.
Michael Gu, analis kripto dan pendiri Boxmining , menawarkan perspektif berbeda. "Penjualan berlebih disebabkan oleh posisi yang sangat leverage dalam kripto - jadi penurunan awal menyebabkan reaksi berantai (posisi beli dijual menyebabkan harga turun, menyebabkan posisi beli lain dilikuidasi)," ujarnya.
Beberapa minggu mendatang, bitcoin diprediksi berfluktuasi di antara US 40.000 dan USD 50.000. Hal ini diungkapkan Vinny Lingham, salah satu pendiri & CEO Civic dalam sebuah tweet.
Advertisement