Orang-Orang Terpencil Dombu Meniti Harapan dari Kopi Kamanuru

Sebuah desa tertinggal dan terpencil di Kabupaten Sigi menjadi terkenal setelah produksi kopi dari desa itu mampu menembus pasar mancanegara dan memberi harapan pada peningkatan kesejahteraan warga.

oleh Heri Susanto diperbarui 23 Mei 2021, 06:00 WIB
Warga Dombu menunjukkan biji kopi arabika hasil panen di kebun mereka, Rabu pagi (19/5/2021). Hasil panen itu untuk memenuhi permintaan ekspor ke Dubai dan Jepang. (Foto: Liputan6.com/ Heri Susanto).

Liputan6.com, Sigi - Sebuah desa tertinggal dan terpencil di Kabupaten Sigi menjadi terkenal setelah produksi kopi arabika dari desa itu mampu menembus pasar mancanegara dan memberi harapan pada peningkatan kesejahteraan warga.

Rabu pagi (19/5/2021) jadi hari bersejarah bagi warga Desa Dombu di Kecamatan Marawola Barat, Kabupaten Sigi. Panen raya kopi di desa itu menarik perhatian pemerintah Kabupaten Sigi untuk datang ke desa yang berada di ketinggian 1.300 MDPL tersebut. Bupati Sigi, Mohamad Irwan bahkan hadir langsung dan membuka panen. Itu peristiwa langka untuk desa terpencil dan tertinggal yang 80 persen akses jalannya rusak parah.

Panen raya di kebun kelompok tani Dombu itu juga diproyeksikan untuk ekspor ke Dubai dan Jepang dengan total 600 kilogram yang ditargetkan dilakukan pada Juni 2021 nanti setelah hasil panen diproses. Jumlah itu di luar kebutuhan pasar di Sulawesi Tengah. 

“Ekspor kopi jadi landasan kami untuk membantu pengembangan. Mulai dari penanaman hingga penguatan indutri kecil menengah di desa ini dengan prioritas kopi arabika,” Bupati Sigi, Mohamad Irwan mengatakan, Rabu (19/5/2021).

Ekspor rutin kopi arabika dari Desa Dombu sendiri tahun ini merupakan yang kedua kalinya sejak tahun 2020 lalu. Permintaan rutin itu membuat petani mulai mengganti tanaman pertanian mereka dengan kopi. Saat ini terdapat 60 hektare lahan pertanian kopi di desa tersebut yang sedang panen.

“Sekarang kopi dari sini untuk yang greenbean atau tanpa disangrai mencapai Rp50 ribu per kilo kalau kami jual ke luar bisa sampai Rp90 ribu padahal dulu harganya hanya Rp15 ribu saja,” kata Darson (43 th), salah satu petani kopi Desa Dombu di kebunnya. 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Kopi Kamanuru dan Harapan Kesejahteraan Warga Desa Dombu

Bupati Sigi, Mohamad Irwan saat ikut panen raya kopi arabika di Desa Dombu, Kecamatan Marawola Barat, Kabupaten Sigi, Rabu (19/5/2021). (Foto: Liputan6.com/ Heri Susanto).

Menanam kopi sejatinya bukan hal baru di desa berpenghuni 700 jiwa itu. Hanya saja diakui warga setempat tanaman bernama latin Coffea Arabica itu hanya untuk konsumsi rumah tangga lantaran harga dan pengetahuan tentang kualitas produksi kopi yang masih rendah.

Geliat menanam kopi untuk industri kecil dilakukan warga sejak tahun 2019 setelah ada pendamping dan penyuluh pertanian yang mengenalkan pola tanam dan produksi kopi yang baik. Apalagi setelah olahan manual dari desa tersebut dikenalkan secara luas ke pecinta kopi di luar Sulawesi Tengah hingga mancanegara.

“Dulu kami banyak tanam kacang merah dan jagung untuk dijual,” Darson menambahkan.

Bahkan dari hasil produksi dan penjualan di tahun pertama kelompok tani di Dombu sudah bisa membuat rumah penyemaian, penjemuran hasil panen, hingga mesin-mesin olah manual untuk kopi olahan mereka. Dengan  kualitas pengolahan yang baik saat ini kopi dalam kemasan berlabel ‘Kopi Kamanuru’ atau berkah dari tuhan dalam bahasa setempat menjadi buruan pecinta kopi dengan harga Rp200 ribu sampai Rp280 ribu per kilogramnya.

Potensi ekonomi yang besar itu juga membuat desa tersebut diproyeksikan jadi pusat pengembangan dan industri kopi arabika di Kabupaten Sigi berbasis masyarakat. Salah satunya dengan penyediaan bibit yang pada tahun 2021 ini direncanakan sebanyak 26 ribu bibit untuk meningkatkan produksi, baik hasil panen maupun produk siap jual.

“Produksi di Kecamatan Marawola Barat baru 850 kilogram per hektare dengan total lahan seluas 315 hektare, di antaranya sudah rusak,” Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sigi, Mulyadi, mengungkapkan, Rabu (19/5/2021) di Desa Dombu.

Sementara bagi para petani di desa itu, untuk menunjang pengembangan produksi kopi mereka mengaku masih membutuhkan bantuan lainnya seperti peralatan pengolah, greenhouse, dan pembenahan akses jalan.

"Kami sudah punya sekitar 15 ribu bibit kopi untuk ditanam bulan Oktober sampai November. Kami butuh alat pengolahan lahan juga dan pembenahan akses jalan agar mempermudah kami," Ketua Kelompok Tani Kopi Kamanuru, Awaludin, saat berdialog dengan Bupati Sigi usai panen raya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya