Marak Hoaks Terkait Vaksin Covid-19 AstraZeneca, Pemerintah Minta Masyarakat Tak Gampang Percaya

Vaksin covid-19 AstraZeneca menjadi sorotan buntut terjadinya dugaan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) fatal.

oleh Adyaksa Vidi diperbarui 22 Mei 2021, 10:00 WIB
Gambar ilustrasi menunjukkan botol berstiker "Vaksin COVID-19" dan jarum suntik dengan logo perusahaan farmasi AstraZeneca, London, Inggris, 17 November 2020. Vaksin buatan AstraZeneca yang bekerja sama dengan Universitas Oxford ini disebut 70 persen ampuh melawan COVID-19. (JUSTIN TALLIS/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Banyaknya masyarakat yang ragu pada vaksin covid-19 AstraZeneca membuat Juru Bicara Vaksinasi Covid-19, dr. Reisa Broto Asmoro angkat bicara. Ia menyebut banyak hoaks terkait vaksin tersebut yang dipercaya masyarakat.

Vaksin covid-19 AstraZeneca menjadi sorotan buntut terjadinya dugaan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) fatal. Pemerintah pun menunda pemberian vaksin AstraZeneca batch CTMAV547.

Meski demikian penggunaan vaksin AstraZeneca batch lainnya tetap dilanjutkan. Apalagi sejauh ini AstraZeneca sudah mendapatkan EUA dari BPOM RI sehingga bisa dipastikan keamanan dan efektivitasnya.

"Kalau masyarakat masih ragu divaksin AstraZeneca, terlebih lagi terkait punya riwayat pengentalan darah ya boleh melakukan pemeriksaan diri dulu. Tapi tidak perlu ketakutan," ujar Reisa saat temu media "Apa Syarat agar Vaksinasi Ampuh Menghentikan Pandemi?" Jumat (21/5/2021).

"Jangan sampai termakan hoaks, carilah informasi yang benar. Ada banyak hoaks beredar mengenai efek samping vaksin COVID-19 yang sebenarnya tidak betul."

Saat ini, yang dihentikan sementara hanya batch CTMAV547 vaksin AstraZeneca sambil menunggu hasil investigasi dan pengujian dari Badan Pengawas Obat dan Makanan. Batch CTMAV547 berjumlah 448,480 dosis dan merupakan bagian dari 3,852,000 dosis AstraZeneca yang diterima Indonesia pada 26 April 2021 melalui skema COVAX Facility/WHO.

"Memang ada prosedur yang harus dijalankan ketika ada laporan KIPI serius. Ya, ada tindak lanjutnya. Salah satunya pengujian dari BPOM soal toksisitas dan sterilitas dari vaksin," Reisa melanjutkan.

"Dan ini dilakukan 1-2 minggu. Langkah ini adalah upaya kehati-hatian dari Pemerintah agar tidak ada jatuh korban lagi kalau memang terbukti dan sampai sekarang kan masih proses investigasi."

#IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan berikut ini


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya