Liputan6.com, Jakarta - Kloter pertama bantuan kemanusiaan telah tiba di Gaza setelah gencatan senjata antara Israel dan militan Palestina diberlakukan.
Ribuan warga Palestina telah kembali ke rumahnya pada hari Jumat setelah pertempuran yang berlangsung selama total 11 hari.
Gencatan senjata itu diuji oleh bentrokan baru di kompleks masjid al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki.
Advertisement
Mengutip BBC, Sabtu (22/5/2021), lebih dari 250 orang tewas dalam konflik tersebut, yang diklaim oleh kedua belah pihak sebagai kemenangan.
Pada hari Jumat, warga Israel dan Palestina menilai kerusakan yang diakibatkan oleh kekerasan terburuk sejak 2014.
Konflik menghantam Gaza dengan sangat keras, menyebabkan ribuan orang terlantar dan ratusan ribu orang dengan akses terbatas ke air dan listrik.
"Kerusakan yang diakibatkan dalam waktu kurang dari dua minggu akan membutuhkan waktu bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, untuk dibangun kembali," kata Fabrizio Carboni, Direktur Timur Tengah untuk Komite Internasional Palang Merah (ICRC).
Kiriman Bantuan Kemanusiaan
Berbagai badan bantuan, termasuk yang berafiliasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa, mulai membawa pasokan yang sangat dibutuhkan ke Gaza pada hari Jumat, beberapa jam setelah gencatan senjata diumumkan.
Sebuah penyeberangan kunci ke Gaza di Kerem Shalom dibuka kembali, memungkinkan truk yang membawa obat-obatan, makanan, dan bahan bakar ke daerah kantong tersebut.
Awal pekan ini, Israel membuka kembali penyeberangan sehingga Gaza dapat menerima bantuan kemanusiaan, namun kembali menutupnya lagi segera setelah itu.
Israel mengatakan penutupan itu dipicu oleh militan Palestina yang menembakkan mortir ke daerah itu.
Selama bertahun-tahun, Gaza telah menjadi sasaran pembatasan Israel dan Mesir atas perjalanan orang dan barang. Kedua negara menyebutkan kekhawatiran tentang senjata yang sampai ke Hamas.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (Unwra) mengatakan prioritasnya adalah mengidentifikasi dan membantu puluhan ribu orang yang mengungsi akibat konflik.
Badan tersebut mengatakan bahwa pihaknya segera mencari bantuan senilai $ 38 juta.
Lebih dari 100.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, dan hampir 800.000 orang tidak memiliki akses ke air pipa di Gaza, menurut badan Anak PBB.
Advertisement