Uang Kripto Makin Populer, Bos Indodax Sebut Kini Punya 3,5 Juta Anggota

CEO Indodax Oscar Darmawan menuturkan, mata uang kripto yang makin populer mendorong peningkatan investor.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 22 Mei 2021, 10:20 WIB
Bitcoin - Image by Allan Lau from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Investasi mata uang kripto semakin populer. Tak hanya secara global, peningkatan investor untuk investasi ini juga terjadi di Indonesia. Hal itu disampaikan CEO Indodax Oscar Darmawan.

"Kalau dari member Indodax ada peningkatan. Saat ini, member kita mencapai 3,5 juta orang. Setahun yang lalu hanya 2 juta orang. Artinya, dalam kurang lebih 1 tahun ada peningkatan sekitar 1,5 juta orang," katanya kepada Liputan6.com, Sabtu (22/5/2021).

Dalam penjelasannya, Oscar menyebut, peningkatan ini terjadi karena kinerja aset kripto yang fantastis dan mampu menjadi daya tarik. "Kemudian, orang-orang juga tertarik dengan dunia blockchain," ujarnya.

Saat disinggung risiko investasi bitcon, Oscar menegaskan, hal tersebut sebanding dengan keuntungan yang mungkin didapatkan investor karena kenaikan harga mata uang kripto cukup pesat.

"Ya benar. Tetapi meskipun dia memiliki risiko yang tinggi juga memiliki return yang tinggi. High risk high return atau high gain. Perlu dengan cermat melakukan analisa agar bisa menghindari risiko menjadi seminimal mungkin. Ini yang sebenarnya mungkin sering dilewatkan oleh investor baru," tuturnya.

Pergerakan mata uang kripto yang fluktuatif terjadi karena transaksi yang dilakukan terjadi selama 24 jam, dan marketnya ada di seluruh dunia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Harga Bitcoin Kembali Tertekan

Seorang teknisi melakukan perawatan pada rig pertambangan dari komputer super di dalam pabrik bitcoin 'Genesis Farming' di dekat Reykjavik, Islandia (16/3). (AFP Photo/Halldor Kolbeins)

Sebelumnya, harga bitcoin kembali jatuh setelah seruan intensif dari otoritas China menindak penambangan dan perdagangan uang kripto.

Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Dewan Negara mengatakan, regulasi yang lebih ketat diperlukan untuk melindungi sistem keuangan. Pernyataan tersebut dirilis pada Jumat malam di China. Regulator menegaskan perlu menindak penambangan bitcoin dan perilaku perdagangan serta dengan tegas mencegah transmisi risiko individu ke bidang sosial.

Harga bitcoin di Coin Metrics merosot lebih dari 8,5 persen karena berita tersebut. Tekanan terhadap bitcoin menambah penurunan mata uang digital itu yang sudah turun lebih dari 40 persen dari posisi puncaknya.

Mata uang kripto lainnya juga mengalami kerugian besar dengan Ethereum dan dogecoin, keduanya turun lebih dari 11 persen di tengah penurunan harga yang berkelanjutan untuk mata uang tersebut.Demikian dilansir dari CNBC, Sabtu, (22/5/2021).

Tindakan keras China ini datang hanya sehari setelah pejabat Amerika Serikat berjanji untuk bersikap keras terhadap mereja yang menggunakan bitcoin untuk melakukan aktivitas illegal secara luas termasuk penggelapan pajak. Departemen Keuangan mengatakan akan membutuhkan pelaporan tentang transfer aset kripto lebih dari USD 1.000, seperti halnya dengan uang tunai.

Kekhawatiran di China berpusat pada sejumlah masalah. Banyak penambangan bitcoin dilakukan di China oleh komputer yang memakai energi dalam jumlah besar untuk memecahkan masalah matematika yang rumit untuk membuka uang kripto.

Pihak berwenang di seluruh dunia telah mengatakan kekhawatirannya tentang bagaimana bitcoin dan mitranya digunakan dengan cara ilegal.

“Penting untuk menjaga kelancaran pasar saham, utang dan valuta asing, menindak keras kegiatan sekuritas ilegal dan hukum berat kegiatan keuangan ilegal,” dikutip dari pernyataan itu.

Sebagai bagian dari upayanya untuk merampingkan ruang mata uang digital yang sedang berkembang, bank sentral China telah menjadi salah satu pertama di dunia yang mengembangkan mata uang digitalnya sediri yang didukung yuan. The Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat mengatakan akan segera merilis makalah yang menguraikan penelitiannya sendiri ke dalam area mata uang digital bank sentral.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya