Liputan6.com, Jakarta - Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono menilai, gempa bumi yang terjadi di Blitar pada Jumat malam, 21 Mei 2021, tergolong merusak.
Berdasarkan catatan yang dimiliki BMKG, kerusakan ringan terjadi pada banyak bangunan rumah warga dan fasilitas umum akibat gempa yang dimutakhirkan berkekuatan magnitudo 5,9 itu.
Advertisement
"Kerusakan di berbagai daerah di Jawa Timur seperti Kabupaten Malang, Kabupatem Blitar, Kabupatem Lumajang, Kota Malang, Kabaupaten Pasuruan," kata Daryono melalui pesan singkat diterima, Sabtu (22/5/2021).
Meski bersifat merusak, Daryono menegaskan bahwa gempa tidak berpotensi tsunami berdasarkasn hasil pemodelan BMKG. Sebab diketahui, hiposenter gempa cukup dalam dengan magnitudo yang relatif kecil untuk dapat mengganggu kolom air laut.
"Gempa ini memiliki produktivitas gempa susulan yang lambat karena 21 hingga malam ini (Jumat malam) pukul 23.00 WIB baru terjadi aktivitas gempa susulan (aftershock) sebanyak 4 kali dengan magnitudo berkisat 2,7 dan 3,1," jelas Daryono.
Gempa Merusak ke-12
Daryono menambahkan, gempa di Blitar merupakan gempa urutan yang ke-12 dari rentetan gempa merusak di selatan Malang sejak 15 Agustus 1896.
Karenanya, gempa tersebut dinilai Daryono merupakan gempa baru dan bukan gempa susulan dari gempa 6,1 yang terjadi pada 10 April 2021 lalu, meski kedua gempa tersebut sama jenisnya yaitu gempa intraslab.
"Gempa ini merupakan jenis gempa intraslab yang mampu meradiasikan ground motion atau guncangan yang lebih besar dari gempa lain dengan magnitudo sekelasnya," dia menandasi.
Advertisement