Liputan6.com, Jakarta - Situasi di internal PDIP mulai menghangat seiring tidak diundangnya Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam acara partai yang dihadiri Puan Maharani dan sejumlah kader di Semarang. Sebagai kader PDIP, Ganjar dianggap kebablasan dan tercium terlalu berambisi menjadi Calon Presiden (Capres) 2024.
Situasi itu pun mengundang perhatian sejumlah pihak, termasuk tokoh masyarakat Jawa Tengah Sudirman Said. Pria yang pernah menjadi rival Ganjar dalam ajang Pilkada Jateng pada 2017 itu mengatakan, bahwa kondisi riil di Jawa Tengah masih banyak yang harus dibenahi.
Advertisement
Ia mengungkapkan, banyak pembangunan infastruktur yang harus dikejar, nasib petani yang harus disejahterakan, dan kantong-kantong kemiskinan yang harus diperbaiki untuk kemudian dibangun.
Dia menilai bahwa kinerja Ganjar Pranowo sebagai Gubernur petahana kurang memuaskan atau tidak sesuai harapan masyarakat Jateng. Karena itu usaha mendorong popularitasnya melalui media sosial.
“Makanya saya waktu itu didorong banyak tokoh Jateng dan parpol untuk maju menjadi calon Gubernur Jawa Tengah. Alasan para tokoh dan parpol waktu itu karena kondisi pembangunan dan kinerja petahana kurang baik. Jadi keluhan beberapa hari lalu di media massa dari PDI Perjuangan melalui Mbak Puan dan Mas Bambang Pacul (Ketua DPD PDIP Jawa Tengah) dapat dikatakan cerita lama dan lumrah,” kata Sudirman dalam keterangan tertulis, Selasa (25/5/2021).
Ia mengungkapkan, sebenarnya dalam Pilgub Jateng 2017 lalu selisih perolehan suaranya tidak banyak dengan Ganjar yang merupakan petahana sekaligus kader PDIP yang menempatkan Jawa Tengah sebagai basis parpol berlambang banteng itu. Padahal, dirinya merupakan pendatang baru bagi masyarakat Jawa Tengah.
“Jadi dalam Pilgub 2017, terbukti dan menjadi tolok ukur bahwa sebagai pendatang baru, kami mampu bersaing ketat dengan petahana sehingga kondisi riil di lapangan menjadi transparan, yaitu kinerja petahana bisa dipertanyakan dan ternyata tidak mengakar ke masyarakat,” ujarnya.
Sudirman juga menyoroti tokoh-tokoh kepala daerah yang menggeluti media sosial. Ganjar Pranowo dianggap paling menonjol dalam menampilkan personalnya melalui media sosial, termasuk tercium ambisinya maju dalam Pilpres 2024.
Walaupun lumrah pada zaman ini media sosial digunakan sebagai alat pencitraan, tetapi menurutnya, kepala daerah lain banyak yang menampilkan prestasi kinerja dan peranannya dalam membangun daerahnya, ketimbang pencitraan personal.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Disentil Puan
Sudirman tidak ingin menanggapi secara jauh polemik Ganjar dengan elite PDIP karena menjadi urusan internal parpol. Namun dia kembali menekankan, pengalamannya bersaing dengan Ganjar dalam Pilgub 2017 membuktikan bahwa sebenarnya dia tidak solid mengakar dan tidak memiliki kinerja cemerlang sebagai kepala daerah di Jateng.
“Ini kan hukum alam saja. Siapapun yang lebih menonjolkan pencitraan sambil menutupi kekurangan dalam hal kinerja, pasti suatu saat akan diketahui publik. Sikap Mbak Puan Maharani dan Mas Bambang Pacul dalam memandang Pak Ganjar kurang lebih mewakili suara publik Jawa Tengah,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua DPP PDIP Puan Maharani menyindir Ganjar Pranowo sebagai sosok pemimpin yang hanya terkenal di media sosial. Menurutnya, pemimpin sebaiknya juga dikenal di dunia nyata oleh para pendukungnya dan lebih penting beraksi di lapangan.
“Pemimpin itu ke depan adalah pemimpin yang ada di lapangan bukan di sosmed. Pemimpin yang memang dilihat teman-temannya, orang-orang yang mendukungnya. Ada di lapangan, bukan hanya di media sosial saja,” ujar Puan.
Sudirman menuturkan bahwa pandangan Puan tentang pemimpin itu cukup proporsional. “Mbak Puan dalam hal ini benar. Citra itu seperti kosmetik, mudah luntur kalau tidak diimbangi dengan kinerja yang baik,” pungkas Ketua Institut Harkat Negeri ini.
Advertisement