Liputan6.com, Jakarta PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) bakal merestrukturisasi bisnis sepenuhnya. Salah satunya dengan rencana mengurangi jumlah operasi pesawat yang dioperasikan sehingga dapat bertahan dari pandemi COVID-19.
Hal itu disampaikan Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk Irfan Setiaputra kepada staf dalam rapat internal.
Advertisement
"Kami harus melakukan restrukturisasi yang komprehensif menjadi satu. Kami memiliki 142 pesawat dan perhitungan awal kami tentang bagaimana kami melihat pemulihan ini telah berjalan, dan kami akan beroperasi dengan jumlah pesawat tidak lebih dari 70,"ujar Irvan saat rapat dengan staf pada 19 Mei 2021, berdasarkan rekaman yang didengar oleh Bloomberg, dilansir dari laman The Star, Senin (24/5/2021).
Pernyataan tersebut merujuk pada maskapai Garuda Indonesia, dan tidak termasuk Citilink. Garuda Indonesia sudah beroperasi dengan kapasitas berkurang hanya 41 pesawat. Irfan menuturkan, pihaknya belum dapat menerbangkan pesawat lainnya karena belum membayar kepada lessor selama berbulan-bulan.
Selain itu, Irfan juga mengatakan, Garuda Indonesia memiliki utang sekitar Rp 70 triliun atau USD 4,9 miliar. Utang tersebut meningkat lebih dari Rp 1 triliun setiap bulan karena terus menunda pembayaran kepada pemasok.
Perusahaan memiliki arus kas negatif dan ekuitas minus Rp 41 triliun.Irfan pun enggan berkomentar saat dihubungi Bloomberg terkait hal tersebut.
Di sisi lain, Garuda Indonesia sedang dalam tahap awal untuk menawarkan program pensiun dini bagi karyawan sebagai bagian dari langkah pemangkasan biaya. Grup tersebut memiliki 15.368 karyawan dan operasikan 210 pesawat pada September 2020.
Volume penumpang grup Garuda Indonesia anjlok 66 persen tahun lalu karena pembatasan perbatasan dan permintaan domestik yang terbatas. Pada pertengahan 2020, maskapai tersebut telah merumahkan sekitar 825 staf dan sebelumnya memangkas gaji.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Pandemi COVID-19 Memukul Sektor Penerbangan
Krisis COVID-19 telah memaksa puluhan maskapai dan bisnis penerbangan lainnya, termasuk Thai Airways International Pcl, Latam Airlines Pcl, Latam Airlines Group SA dan lessor AeroCentury Corp untuk restrukturisasi dan mencari perlindungan dari kebangkrutan.
Dalam beberapa hari terakhir, menurut sumber, Phiippine Airlines Inc sedang dalam pembicaraan untuk mengumpulkan USD 500 juta sebagai bagian dari rencana restrukturisasi Bab 11 yang sedang dipertimbangkan untuk diajukan di Amerika Serikat.
Sementara itu, perjalanan udara di beberapa negara mulai pulih saat peluncuran vaksinasi semakin cepat. Sedangkan untuk kembali ke tingkat lalu lintas sebelum pandemi masih membutuhkan waktu bertahun-tahun karena virus bermutasi dan pemerintah mengambil pendekatan berbeda untuk membuka perbatasan.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional telah memperingatkan operator secara global akan kehilangan USD 48 miliar pada 2021 di tengah kemunduran dalam memulai kembali perjalanan.
Advertisement