Gerhana Bulan Total 26 Mei, Ini Waktu dan Tempat Terbaik untuk Mengamati

Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021 bisa diamati di sebagian besar wilayah Indonesia.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 25 Mei 2021, 12:00 WIB
Bulan tampak berwarna merah darah saat terjadinya fenomena gerhana bulan total di atas langit Tel Aviv, Israel,, Jumat (27/7). Gerhana bulan terlama pada abad ini dapat disaksikan di seluruh dunia dengan mata telanjang. (AP/Ariel Schalit)

Liputan6.com, Bandung - Gerhana bulan terjadi saat sebagian atau sepenuhnya piringan bulan tidak terkena cahaya matahari karena terhalang oleh bumi. Pada saat itu, matahari, bumi, dan bulan hampir berada dalam satu garis lurus.

Gerhana bulan selalu terjadi pada saat bulan purnama. Namun tidak setiap purnama terjadi gerhana bulan karena bidang orbit bulan membentuk sudut 5 derajat terhadap ekliptika atau sama artinya bidang orbit bumi mengelilingi matahari.

Dilansir laman resmi Observatorium Bosscha, umumnya dalam satu tahun terjadi dua hingga tiga kali gerhana bulan. Pada 2021, gerhana bulan terjadi pada 26 Mei dan 19 November, yaitu Gerhana Bulan Total (GBT) dan Gerhana Bulan Sebagian (GBS) berturut-turut.

Namun dari kedua gerhana tersebut, hanya GBT 26 Mei 2021 saja yang dapat teramati fase totalnya di sebagian besar wilayah Indonesia. Pada GBS 19 November 2021, seluruh wilayah Indonesia tidak dapat menyaksikan seluruh fase gerhana.

Bosscha menjelaskan, bulan mulai memasuki bayangan umbra bumi pukul 16.44 WIB. Saat itu, hanya wilayah Indonesia timur saja yang dapat menyaksikannya karena bulan sudah terbit di sana.

Seiring dengan masuknya bulan pada bayangan umbra bumi, bayangan hitam mulai muncul di permukaan bulan sehingga bulan purnama akan tampak berubah bentuk menjadi bulan setengah, bulan sabit, kemudian pada fase totalnya bulan akan terlihat kemerahan mulai pukul 18.11 WIB hingga 18.25 WIB.

"Warna merah ini muncul karena cahaya matahari dihamburkan oleh debu dan molekul di atmosfer bumi. Warna biru akan terhamburkan lebih kuat, sedangkan warna merah dapat lolos melewati atmosfer bumi dan sampai ke permukaan bulan," tulis keterangan Bosscha, Selasa (25/5/2021).

Sebagian orang zaman dahulu kemudian menyebut GBT sebagai blood moon atau bulan merah-darah. Sebenarnya warna bulan saat puncak gerhana tidak selalu sama. Bulan dapat berwarna merah-oranye, merah bata, merah kecoklatan, hingga merah gelap.

Perbedaan warna ini bergantung pada banyaknya kandungan uap air, polutan udara hasil pembakaran atau asap pabrik/kendaraan bermotor, debu, dan abu letusan gunung berapi. Bulan akan tampak semakin gelap seiring dengan semakin banyaknya kandungan material tersebut.

Pada pukul 19.52 WIB, bulan meninggalkan umbra bumi menuju bagian penumbra. Saat itu, bulan akan kembali terlihat sebagai purnama yang redup karena pengaruh bayangan penumbra bumi.

Baru pada pukul 20.49 WIB, bulan tidak lagi berada di dalam bayangan bumi dan gerhana bulan benar-benar berakhir. Bulan akan kembali tampak sebagai purnama yang terang seperti biasanya.

Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021 bersesuaian dengan bulan berada pada jarak terdekat dengan bumi atau disebut perigee. Bulan purnama pada saat perigee dikenal dengan istilah bulan super atau supermoon sehingga GBT kali ini dikenal juga sebagai Gerhana Bulan Super Merah (Super Blood Moon Eclipse).

Pada saat supermoon, ukuran piringan bulan di langit akan tampak sedikit lebih besar hingga 14% dan lebih terang hingga 30% ketimbang purnama biasanya. Hal ini karena orbit bulan yang berupa elips sehingga jarak bumi-bulan tidak selalu sama.

Jarak terjauh bulan dari bumi adalah 406.700 km, sedangkan jarak terdekatnya adalah 356.400 km. Purnama yang terjadi saat titik terjauh disebut dengan micromoon. Satu dari empat purnama merupakan supermoon sehingga supermoon ini sebenarnya bukanlah kejadian langka.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini


Kegiatan di Observatorium Bosscha

Teleskop Zeiss milik Observatorium Bosscha disimpan di bangunan berkubah rancangan arsitek C. P. Wolf Schoemacher. (Huyogo Simbolon)

Observatorium Bosscha bakal melakukan pengamatan GBT 26 Mei 2021 yang menjadi salah satu rangkaian Pengamatan Virtual Langit Malam (PVLM) sepanjang tahun 2021.

Pengamatan kali ini berkolaborasi dengan Universitas Nusa Cendana (Undana), Komunitas Pelati (Pecinta Langit Timor), dan astronom amatir dari Kupang.

Kegiatan ini hanya dihadiri oleh tim pengamat di masing-masing lokasi yaitu Lembang dan Kupang, untuk mematuhi imbauan agar tidak berkegiatan yang melibatkan banyak orang di suatu tempat selama pandemi Covid-19.

Namun publik dapat menyaksikan siaran langsungnya melalui kanal YouTube Observatorium Bosscha. Informasi kegiatan dapat diakses melalui halaman website https://bosscha.itb.ac.id/id/layanan/pvlm/.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya