Daya Saing SDM Indonesia di Peringkat 50 Dunia, Tertinggal dari Malaysia

Daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia masih tertinggal dan berada di urutan ke 50 dari 141 negara.

oleh Tira Santia diperbarui 25 Mei 2021, 11:00 WIB
Pekerja memotong pola di pabrik Garmen,Tangerang, Banten, Selasa (13/10/2015). Industri tekstil di dalam negeri terus menggeliat. Hal ini ditandai aliran investasi yang mencapai Rp 4 triliun (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia masih  tertinggal dan berada di urutan ke 50 dari 141 negara, masih dibawah Malaysia dan Thailand.

“Seperti telah kita ketahui bersama bahwa daya saing sumber daya manusia masih tertinggal, berdasarkan global competitiveness pada tahun 2019 world economic forum peringkat daya saing Indonesia berada pada tingkat 50 dari 141 negara, masih sedikit di bawah Malaysia Thailand dan Singapura yang di peringkat pertama,” kata Suharso dalam Diseminasi Laporan Indonesia's Occupational Employment Outlook 2020 (IOEO) dan Indonesia's Occupational Tasks and Skills 2020 (IndoTaSk), Selasa (25/5/2021).

Tak hanya SDM yang tertinggal saja, ternyata dampak pandemi covid 19 pada tahun 2020 juga memberikan tekanan yang besar terhadap sektor Ketenagakerjaan Indonesia.

Hal itu terlihat pada periode 2 Agustus 2020, terdapat sekurang-kurangnya 29 juta penduduk usia kerja yang terdampak pandemi covid-19 sehingga membuat tingkat angka pengangguran terbuka mencapai 7,07 persen atau sebanyak 9,77 juta orang menganggur.

Berdasarkan data tersebut tingkat pengangguran terbuka masih didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruaan yang seyogyanya merupakan calon tenaga kerja yang siap pakai.

Selain itu, pandemi covid 19 juga menekan sektor informal di mana mayoritas pekerjaan di sektor informal yang memiliki produktivitas yang rendah pada akhirnya yang menurunkan daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kelompok Rentan

Pekerja menyelesaikan pembuatan mukena di pabrik busana muslim Siti Khadijah di kawasan Limo, Depok, Jawa Barat, Rabu (7/4/2021). Jelang Bulan Ramadan permintaan busana mukena di Siti Khadijah yang dijual dengan harga Rp 500 ribu hingga Rp 3,5 meningkat hingga 100 persen. (merdeka.com/Arie Basuki)

Akses kelompok rentan seperti perempuan, penyandang disabilitas serta penduduk Daerah Tertinggal  terhadap kesempatan kerja yang berkualitas juga masih rendah. Mayoritas mereka masih bekerja di sektor informal karena sulit mengakses lapangan kerja formal dan inklusif.

“Megatrend dunia seperti dinamika perubahan demografi, perkembangan teknologi yang cepat pembangunan ekonomi hijau, sesungguhnya memberi peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia untuk meningkatkan  daya saing yang secara responsif dan adaptif.” ujarnya.

Namun dalam merespon berbagai tantangan tersebut, upaya pembangunan sebagai manusia dilakukan secara holistik dan terintegrasi.

"Salah satu prasyarat yang harus terpenuhi adalah tersedianya sistem informasi pasar kerja yang kredibel dan berkelas sebagai bagian dari upaya reformasi sistem pendidikan dan pelatihan vokasi Indonesia," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya