Liputan6.com, Washington, D.C - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menyuarakan teori bahwa COVID-19 berasal dari laboratorium di Wuhan, China. Belakangan ini, teori itu kembali mencuat.
WHO sebetulnya sudah melaksanakan investigasi pada awal 2021, namun pihak China ikut terlibat dalam investigasi tersebut. Kini, Trump justru makin yakin bahwa ada kebocoran lab.
Baca Juga
Advertisement
Dilaporkan Forbes, Donald Trump berkata hanya memiliki "sedikit keraguan" bahwa virus corona berasal dari lab.
Trump mengeluarkan pernyataan itu saat wawancara di acara Fox Nation. Pembawa acara sedang membahas artikel Wall Street Journal bahwa intelijen AS menemukan ada beberapa peneliti di China yang dirujuk ke rumah sakit akibat penyakit mirip Covid.
Para peneliti itu dilarikan ke RS pada November 2019, beberapa pekan sebelum konfirmasi kasus pertama COVID-19.
Sebelumnya, Trump dikecam karena dianggap menyebar berita tidak benar terkait teori lab, tetapi baru-baru ini 18 ilmuwan prominen di majalah ilmiah Science menulis surat agar investigasi COVID-19 dilanjutkan, sebab teori kebocoran lab masih memungkinkan.
Sementara, media pemerintah China telah menyambut baik laporan WHO yang menyebut COVID-19 bukan made in China. Berikut respons China:
China Percaya Laporan WHO
Media pemerintah China pasang badan mendukung laporan investigasi WHO di Wuhan. Hasilnya, WHO tidak yakin bahwa asal COVID-19 adalah laboratorium di Wuhan.
Investigasi itu digelar pada Januari 2021 bersama perwakilan dari China.
Sejumlah negara barat tidak langsung setuju pada hasil investigasi WHO-China. Mereka meminta adanya investigasi tahap dua, tetapi China menepis wacana itu karena dianggap bernuansa politis.
"Mengapa orang-orang tersebut, yang bahkan tidak datang untuk menginvestigasi di China, menggonggong di luar tembok? Saya tidak merasa mereka berbicara sains sungguhan dalam masalah ini," ujar Zeng Guang, kepala epidemiolog di CDC China, seperti dilaporkan media pemerintah China, Global Times, Kamis, 1 April 2021.
Ada 14 negara yang meragukan hasil investigasi WHO-China, termasuk Amerika Serikat, Kanada, dan Australia. Mereka menyorot investigasinya yang tertunda serta kurangnya akses data.
Pemimpin ilmuwan China yang terlibat investigasi adalah Liang Wannian. Ia berkata ada penundaan karena mengutamakan kualitas.
"Setiap kata, kesimpulan, dan data perlu diverifikasi dan dipilah, dan setiap paragraf perlu dinalarkan dengan logika," ujar dia.
Advertisement
Terkait Nama Baik China
Zeng Guang berkata bahwa asal virusnya bukanlah Wuhan, melainkan bisa saja di lokasi lain. Pihak China menyarankan investigasi di seluruh dunia.
Sementara, juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, berkata bahwa perlu ada tahap dua dalam pencarian asal muasal COVID-19 di Wuhan. Ia ingin ada pakar internasional dan independen.
Xin Qiang, deputi direktur Center for US Studies di Universitas Fudan turut mempertanyakan kenapa investigasinya hanya di China saja.
Langkah AS lantas dinilai murni memiliki tujuan politik, sehingga membuat China kesulitan membersihkan namanya.
"Maka dari itu, tak peduli berapa kali investigasi yang diminta AS, China tidak akan bisa membersihkan namanya," ujar Xin Qiang.
Infografis COVID-19:
Advertisement