Liputan6.com, Jakarta Raja properti Australia atau miliarder Harry Triguboff mengecam dan mengatakan bos yang mengizinkan karyawan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) sebagai "parasit".
Keberadaan pandemi COVID-19 membuat warga Australia dipaksa bekerja dari rumah. Konsep tersebut telah melekat pada banyak orang yang menyadari bahwa mereka dapat menyelesaikan pekerjaan tetapi juga memiliki lebih banyak waktu untuk keluarga.
Advertisement
Tetapi, melansir news.com.au, Kamis (27/05/2021), pengembang real estate dan pendiri Meriton, dengan kekayaan bernilai USD 11 miliar tersebut berpikir bahwa karyawan hanya "bekerja separuh waktu" saat di rumah.
Dia juga khawatir ruang kantor kota akan terbuang percuma. "Kita juga harus menghentikan [sistem] bekerja dari rumah," kata Triguboff dalam acara Urban Taskforce pada hari Rabu.
“Anda bisa mendapatkan gambaran bahwa mereka akan berhasil. Saya bilang mereka hanya bekerja separuh waktu," imbuh dia.
Triguboff juga membidik sindiran kepada perbankan Australia. Sambil bercanda dia mengatakan jika sulit untuk menggunakan layanan bank "karena mereka tidak berfungsi".
“Para bos bank tidak bisa lagi memberitahu saya bahwa mereka sangat berhati-hati; bahwa tidak ada yang sakit,” jelas dia.
“Tidak ada yang sakit dan tidak ada yang [akan] sakit di bank mereka yang buruk jadi, lupakan saja. Mereka harus berhenti menjadi parasit. Mereka harus bekerja," ujarnya.
Saksikan Video Ini
Lebih nyaman bekerja dari rumah
Menurut survei yang dilakukan raksasa perusahaan perangkat lunak Atlassian pada Oktober lalu, 77 persen dari mereka yang berpartisipasi dalam studi tersebut percaya bahwa keseimbangan kehidupan kerja mereka secara keseluruhan telah meningkat sebagai hasil dari bekerja dari rumah (working from home).
Atlassian mensurvei lebih dari 1.000 pekerja Australia dan lebih dari 5.000 di seluruh dunia dalam studi selama tiga bulan tentang bagaimana pandemi virus corona telah memengaruhi pekerja.
Futuris perusahaan Dom Price mengatakan pada saat itu, bisnis harus lebih fleksibel dengan memberikan kesempatan kepada karyawan mereka untuk bekerja dari rumah ke depannya.
"Saya pikir kita berada dalam masa personalisasi massal ... Saya pikir kita akan memasuki masa tenaga kerja hibrida, seperti petualangan yang Anda-pilih-sendiri," kata Price.
“Kami belum mempelajari apa artinya menjadi karyawan terdistribusi: Bagaimana Anda menunjukkan kehadiran dan pengaruh tanpa melihat bos Anda secara fisik setiap hari?”
Dia mengatakan tanggapan dari survei menunjukkan pekerja "merasa seperti mereka bisa bekerja dari rumah" sebelum pandemi melanda, "tetapi ada sesuatu yang menghalangi itu".
"Menurut saya bukan teknologi, bisa jadi kepercayaan dari para pemimpin senior yang menghalangi memberi orang kesempatan," kata Price.
Price mengatakan ada "ketegangan" antara para pemimpin yang menginginkan "kepastian" dan pekerja yang menginginkan "fleksibilitas". Tetapi, dia bertentangan dengan saran dimana tempat kerja harus menggunakan hal-hal seperti perangkat lunak pengawasan yang akan memantau apa yang akan dilakukan pekerja jika mereka tidak berada di kantor.
"Bukan begitu cara kerjanya," kata Price.
“Jika Anda mengatakan Anda adalah 'organisasi masyarakat' dan Anda peduli dengan orang-orang Anda, tunjukkan saja bahwa… alih-alih mengelola mereka seperti aset atau sumber daya, perlakukan mereka sebagai manusia,” pungkasnya.
Reporter: Priscilla Dewi Kirana
Advertisement