Liputan6.com, Jakarta - Misi PBB di Mali menuntut pembebasan segera Presiden Bah Ndaw dan PM Moctar Ouane, setelah dilaporkan bahwa mereka ditahan oleh tentara.
Dalam sebuah tweet (dalam bahasa Prancis), misi PBB Minusma juga menyerukan ketenangan di negara Afrika Barat itu.
Advertisement
Mengutip BBC, Selasa (25/5/2021), ini terjadi setelah laporan bahwa Presiden sementara Ndaw dan Ouane dibawa oleh tentara ke kamp militer Kati dekat ibu kota, Bamako.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan kudeta kedua dalam setahun di negara itu.
Menteri Pertahanan Souleymane Doucouré juga dilaporkan telah ditahan.
Pada Senin 24 Mei malam, Ouane mengatakan kepada AFP melalui telepon bahwa tentara "datang untuk menjemputnya".
Desak Pembebasan
Uni Afrika, Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat, Uni Eropa dan AS juga mengutuk penangkapan tersebut, dengan mengatakan politisi top Mali harus dibebaskan tanpa prasyarat apapun.
Penahanan yang dilaporkan terjadi hanya beberapa jam setelah perombakan pemerintah, yang membuat dua perwira senior militer yang mengambil bagian dalam kudeta tahun lalu diganti.
Mali kembali tampak tidak stabil hanya sembilan bulan setelah kudeta militer yang membuat Presiden Ibrahim Boubakar Keïta dicopot dari jabatannya, editor Afrika BBC Will Ross melaporkan.
Dia mengatakan bahwa banyak orang Mali menyambut baik kepergian Keita - tetapi ada kemarahan pada dominasi militer dalam pemerintahan transisi dan lambatnya reformasi yang dijanjikan.
Kudeta sebelumnya pada tahun 2012 menyebabkan militan mengeksploitasi ketidakstabilan untuk merebut wilayah di Mali utara. Pasukan Prancis membantu mendapatkan kembali wilayah, tetapi serangan terus berlanjut.
Advertisement