4 Tradisi Hari Raya Waisak di Berbagai Daerah di Indonesia

Berbagai daerah di Indonesia melaksanakan tradisi saat merayakan Hari Raya Trisuci Waisak, berikut 4 tradisi yang dilakukan.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Mei 2021, 14:03 WIB
Ilustrasi patung Buddha Hari Raya Waisak 2021 (Sumber: Pixabay/Quoctrung0106)

Liputan6.com, Jakarta - Pada setiap tahunnya, umat Buddha memperingati Hari Raya Waisak dengan melakukan sembahyang. Semenjak tahun 2020 lalu, peringatan ini harus dilakukan dengan mematuhi protokol kesehatan karena masih berada dalam masa tanggap darurat penanganan penyebaran virus Corona.

Pada tahun 2021 ini, Hari Raya Trisuci Waisak 2565 Tahun Buddhis akan jatuh pada tanggal 26 Mei 2021. Dengan akan hadirnya perayaan tersebut, Kementrian Agama mengeluarkan surat edaran yang berisi tentang panduan penyelenggaraan penyelenggaraan Puja Bhakti/Sembahyang dan Dhannasanti Hari Raya Tri Suci Waisak di saat pandemi COVID.

Melalui surat edaran tersebut, dihimbau untuk melaksanakannya di rumah saja dengan tempat ibadah melakukan live streaming. Beberapa tempat ibadah yang dibuka juga hanya mengizinkan jumlah pesertanya hanya 30% dari kapasitas ruangan  yang tersedia.

Namun, sebelum pandemi COVID-19 ini terjadi, biasanya umat Buddha di Indonesia melakukan berbagai tradisi untuk merayakannya. Berikut ini 5 tradisi yang dilakukan saat Hari Raya Waisak oleh umat Buddha dari berbagai daerah di Indonesia, yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa, (25/5/2021).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Perayaan Trisuci di Magelang

Ilustrasi lampion saat Waisak (Sumber: Pixabay/pixel2013)

Perayaan Hari Raya Trisuci Waisak memang secara nasional berpusat dilaksanakan di komplek Candi Borobudur, desa Borobudur, kecamatan Borobudur, kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Hal tersebut yang akhirnya membuat perayaan yang dilaksanakan di sana sangat meriah.

Dalam perayaan tersebut, umat Buddha yang hadir di sana akan berjalan sejauh 3 kilometer atau dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur. Setelahnya juga dilakukan mengeliling candi sembari berjalan pelan dan memanjatkan doa.

Pada puncak acara dilaksanakan menerbangkan lampion sebagai simbolis rasa bahagia dan syukur, serta harapan untuk semua doa terwujud.


Pawai Waisak di Pekan Baru

Ilustrasi barongsai saat Waisak (Sumber: Pixabay/wiroj)

Kegiatan tersebut diikuti oleh masyarakat lokal yang merayakannya, yang biasanya terdiri dari lembaga-lembaga keagamaan Buddha, ormas Tionghoa, dan juga sekolah-sekolah. Pawai tersebut dillaksanakan pada jalan protokol yang terdapat di Pekan Baru.

Beramai-ramai, mereka berjalan menyusuri jalan di sore hari dengan beragam atraksi seperti barongsai. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menghormati sang Buddha dan juga untuk memanjatkan doa agar selalu diberkati.


Kirab Agung Amisa Puja di Yogyakarta

Ilustrasi membaca paritta suci Waisak (Sumber: Pixabay/Olgaozik)

Kirab sama dengan pawai yang di mana berjalan bersama-sama atau beriring-iringan secara teratur dan berurutan dalam suatu rangkaian upacara. Dengan menggunakan pakaian adat Jawa dan membawa patung Buddha, mereka berjalan menuju Vihara Giriloka, yang terletak Desa Gunung Kelir, Girimulyo.

Patung Buddha tersebut nantinya akan disemayamkan di pelataran vihara tersebut. Setelah itu, akan dilakukan sembahyang dan pembacaan paritta suci Waisak yang merupakan buku suci, serta diakhiri dengan melakukan darma sakti.


Festival Candi Muaro di Jambi

Ilustrasi biksu bersemadi (Sumber: Pixabay/sasint)

Perayaan Trisuci Waisak di Candi Muaro ini tak jauh berbeda dengan yang dilakukan umat Buddha di Candi Borobudur. Dari berjalan bersama, kemudian mengelilingi candi, hingga menerbangkan lampion. Namun, umat Buddha juga akan melakukan semadi yang dipimpin oleh biksu.

Setelah, seluruh rangkaian tradisi ini dilaksanakan akan hadir pertunjukkan yang kesenian atau pun band. Tidak lupa juga terdapat wisata kuliner yang bisa dinikmati siapa saja.

 

Berbagai tradisi pada Hari Raya Waisak di berbagai daerah ini memiliki tujuan yang sama untuk mnghormati sang Buddha dan memenita diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa, sang Buddha, dan para dewa. Perayaan tersebut juga akan dirayakan dengan menjunjung toleransi antar umat beragama.

 

 

Penulis:

Gerda Faradila

Politeknik Negeri Media Kreatif

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya