Demi Jemaah Haji, Pemerintah Diminta Optimal Sertifikasi Vaksin Sinovac dari WHO

Beberapa negara sudah diberi tahu alokasi kuota haji. Namun sampai kini, Indonesia belum dapat alokasi kuota karena vaksin Sinovac yang belum mendapatkan sertifikat dari WHO.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Mei 2021, 21:58 WIB
Sejumlah jemaah saling jaga jarak saat melakukan tawaf mengelilingi Ka'bah di dalam Masjidil Haram saat melakukan rangkaian ibadah haji di Kota Suci Mekkah, Arab Saudi, Rabu (29/7/2020). Karena pandemi virus corona COVID-19, pemerintah Arab Saudi hanya membolehkan sekitar 10.000 orang. (AP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Anggota DPR RI Nusron Wahid dari Fraksi Partai Golkar Nusron Wahid meminta pemerintah dan Bio Farma untuk mengoptimalkan diplomasi dan usaha keras guna memastikan Vaksin Sinovac segera mendapatkan sertifikat dari WHO.

Sebab, kepastian itu berkaitan dengan nasib calon jemaah haji asal Indonesia, yang mayoritas mendapatkan vaksin Sinovac. Sementara di sisi lain, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi sudah mengumumkan bahwa musim haji tahun ini dibuka dengan kuota terbatas.

“Beberapa negara sudah dikasih tahu alokasi kuotanya. Namun sampai saat ini, Indonesia belum dapat alokasi kuota, yang disebabkan karena vaksin Sinovac yang dipakai Indonesia belum dapat sertifikasi dari WHO,” kata Nusron Wahid dalam RDP dengan Dirut Bio Farma Holding, Honesti Basyir, Selasa (25/5/2021).

Menurut mantan Ketua Umum GP Ansor ini, sungguh ironis kalau sampai umat Islam di luar Indonesia bisa berangkat haji, sementara muslim Indonesia tidak bisa berangkat karena pilihan vaksin Sinovac yang dibeli pemerintah tidak diakui atau belum mendapatkan sertifikasi dari WHO.

"Ini akan jadi masalah serius, sebab yang memilih vaksin bukan umat Islam Indonesia, tapi pemerintah dan Bio Farma. Akan jadi ironis dan tragis kalau sudah mahal-mahal dibeli dengan dana negara, ternyata tidak juga memudahkan umat untuk bisa naik haji,” terang tokoh NU ini.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Target Sertifikasi dari WHO

Karena itu, Nusron meminta pemerintah dan Bio Farma segera mengusahakan agar vaksin Sinovac segera mendapat sertifikasi dari WHO. Sebab, kalau tidak segera mendapatkan setivikasi WHO dan kemudian imbasnya Indonesia tidak mendapatkan kuota haji, akan menjadi tsunami opini dan diskriminasi.

“Sebaliknya, kalau sertifikasi WHO segera keluar, ini akan bisa dijadikan sebagai alat atau sarana diplomasi agar sebagian umat Islam masih bisa naik haji seperti Negara-negara lain,” ungkap Nusron.

Sementara itu, Honesti mengungkapkan, diperkirakan pekan satu atau dua pekan ke depan diharapkan vaksin Sinovac sudah mendapatkan sertifikasi dari WHO.

“Kita sudah berusaha maksimal dan akan kita push agar vaksin Sinovac bisa diterima di Pemerintah Arah Saudi,” katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya