Saran Pengamat Garuda Indonesia Pangkas Tarif agar Tak Rugi

Pengamat Alvin Lie mengapresiasi maskapai penerbangan Indonesia yang hingga kini masih bertahan, termasuk Garuda Indonesia.

oleh Tira Santia diperbarui 25 Mei 2021, 22:23 WIB
Pesawat Terbang Garuda Indonesia (Liputan6.com/Fahrizal Lubis)

Liputan6.com, Jakarta Maskapai Garuda Indonesia  disarankan meninjau kembali strategi pemasaran sebagai upaya menekan kerugian akibat pandemi covid-19. Serta bisa membayar kembali utang.

“Saya melihat Garuda perlu meninjau kembali strategi marketingnya selain juga untuk berusaha menekan kerugian-kerugian tersebut,” kata Pengamat Penerbangan Alvin Lie dalam satu acara diskusi, Selasa (25/5/2021).

Alvin mengapresiasi maskapai penerbangan Indonesia yang hingga kini masih bertahan, termasuk Garuda Indonesia.

Walaupun sepanjang tahun 2020 ini banyak penerbangan di seluruh dunia terpuruk, misalnya saja Singapore Airlines yang merugi hingga Rp 45 triliun.

Sama halnya dengan Garuda Indonesia yang kian hari low factor atau tingkat keterisian pesawat kecil hanya 25-30 persen saja. Menurut Alvin, secara bisnis hal tersebut tidak masuk hitungan.

“Ini secara bisnis tidak mungkin bisa masuk hitungannya. Sehingga saya juga mempertanyakan Garuda yang saat ini masih menggunakan strategi harga premium, yaitu dengan mematok tarif domestiknya pada tarif batas atas walaupun taraf keterisiannya pada 25-30 persen,” ujarnya.

Alvin menyarankan agar Garuda Indonesia bisa menurunkan tarif agar keterisian pesawat meningkat. Sebab dengan masih tingginya harga tiket, banyak penumpang Garuda Indonesia yang beralih ke penerbangan lain seperti Batik Air, Citilink, hingga Lion Air.

“Operating atau lingkungan operasi bisnisnya sudah berubah, tapi Garuda tidak mengubah strategi harganya. Akibatnya banyak penumpang Garuda yang beralih kepada Batik Air, Citilink bahkan Lion Air. Saya memperhatikan taraf keterisian Citilink maupun Lion Group lebih baik dari Garuda,” ungkapnya.

Lion Group tingkat keterisiannya mencapai 60-70 persen dan Citilink 50 persen, sementara Garuda keterisian tempat duduknya hanya sekitar 25-30 persen saja. “Nah ini yang menjadi makin berat,” imbuh dia.

Kembali, Alvin menyarankan Garuda Indonesia lebih baik mengubah strategi bisnisnya agar bisa terus bertahan di masa pandemi ini.

Saksikan Video Ini


Tawaran Pensiun Dini Garuda Indonesia: Karyawan Legowo tapi Ingin Bertahan

Desain masker baru pesawat Garuda Indonesia pada armada B737-800 NG (dok: GIA)

Manajemen maskapai Garuda Indonesia menawarkan pensiun dini kepada karyawannya. Presiden Asosiasi Pilot Garuda Indonesia (APG) Muzaeni mengakui jika kondisi Garuda Indonesia semakin memprihatinkan.

Hal ini dikatakan menjadi penyebab adanya tawaran pensiun dini karyawan Garuda Indonesia oleh manajemen, termasuk kepada pilot.

“Berbagai upaya telah dilakukan untuk menjaga agar Garuda Indonesia ini tetap dapat terbang di tengah terpaan badai pandemi yang belum kunjung berakhir,” kata Muzaeni dalam satu acara diskusi, Selasa (25/5/2021).

Menurutnya, tawaran pensiun dini Garuda Indonesia ini sesuai dengan aturan yang ada Perjanjian Kerja Bersama atau yang dikenal dengan istilah PKB.

Muzaeni berpendapat, tentunya pensiun dini adalah pilihan yang sangat sulit atau pilihan yang tidak mudah bagi karyawan, karena mereka memiliki harapan untuk bertahan.

“Kenapa mereka ingin bertahan? karena mereka bangga dan bahagia apabila bisa tetap mengabdi kepada PT Garuda Indonesia ini yang kami yakini akan semakin Insyaallah membentangkan sayapnya sebagai kebanggaan bangsa Indonesia,” ujarnya.

Kendati demikian, meskipun sulit, para karyawan dan pilot Garuda Indonesia tidak bisa menolak melainkan hanya mampu berserah diri menerimakan keputusan dari pihak manajemen.

“Bukan setuju atau menolak tetapi tawaran ini sesuai dengan apa yang kami perjanjian bersama di Perjanjian Kerja Bersama. Legowo meskipun pilihan yang sangat berat,” ungkapnya.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya