Liputan6.com, Hong Kong - Pakar kesehatan telah menyarankan untuk menjual jutaan vaksin COVID-19 yang tidak terpakai di Hong Kong, atau menghentikan pasokan secara bertahap dari produsen untuk meminimalkan vaksin terbuang sia-sia.
Saran itu diberikan karena Hong Kong yang juga sedang berupaya menyumbangkan vaksin COVID-19, sambil mengejar tanggal kedaluwarsa yang semakin dekat.
Advertisement
Hampir 4 juta vaksin COVID-19 dari produsen China Sinovac dan BioNTech Jerman telah tiba di Hong Kong sejak Februari 2021, tetapi sekitar 2 juta dosis di antaranya masih berada di penyimpanan di tengah kampanye vaksinasi yang lamban.
Tiga bulan setelah program vaksinasi, hanya sekitar 1,28 juta orang, atau 17 persen penduduk Hong Kong, yang telah menggunakan dosis vaksin pertama mereka.
Sementara itu, sekitar 921.500 telah menerima suntikan vaksin kedua mereka.
William Chui Chun-ming, presiden Society for Hospital Pharmacists, mempercayai bahwa Hong Kong menghadapi tiga pilihan - membuang sisa vaksin, atau menyumbangkannya atau menjualnya kembali ke negara lain.
Chui dalam pendapat pribadinya, menyarankan agar vaksin-vaksin itu dijual ke negara-negara yang sangat terdampak oleh COVID-19, seperti India, Pakistan, Nepal, atau Filipina.
"Negara-negara itu kekurangan vaksin, bukan uang. Kita bisa mendapatkan uang kembali untuk membeli vaksin kloter kedua saat tersedia di masa mendatang," kata William Chui Chun-ming, seperti dilansir South China Morning Post, Rabu (26/5/2021).
Sementara dari seorang ahli penyakit menular, yaitu Dr. Leung Chi-chiu, meyakini bahwa Hong Kong bisa meminta jeda dalam pengiriman vaksin secara bertahap untuk menghindari dilema membuang atau menjual vaksin.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Sejauh Ini, Hong Kong Sudah Vaksinasi 1,25 Juta Orang
Hong Kong telah membeli 7,5 juta vaksin COVID-19 masing-masing dari BioNTech dan Sinovac - cukup untuk memvaksinasi seluruh populasi yang berjumlah 7,5 juta orang.
Otoritas kesehatan Hong Kong telah memberikan sekitar 1,25 juta dari hampir 2 juta dosis vaksin BioNTech dan 953.300 suntikan dari lebih dari 2 juta dosis vaksin Sinovac.
Vaksin BioNTech harus disimpan pada suhu minus 70 derajat Celcius, dan setiap vaksin harus digunakan dalam waktu enam bulan.
Sementara vaksin dari Sinovac, bisa bertahan lebih dari satu tahun.
Otoritas Hong Kong mengatakan pada April 2021 bahwa pemesanan vaksin sebelumnya untuk 7,5 juta dosis dari AstraZeneca Inggris telah dibatalkan.
William Chui Chun-ming menyebut tanggal kadaluwarsa vaksin telah mendorong pihak berwenang Hong Kong untuk meningkatkan dorongan vaksinasi dalam beberapa hari terakhir.
"Membuang vaksin secara cuma-cuma bisa membingungkan," sebut William Chui Chun-ming, karena tidak bisa dikirim ke tempat pembuangan yang memadai. Pilihan lain adalah dengan membakar vaksin, untuk menghindari pencemaran lingkungan dengan asam ribonukleat virus yang dikandungnya.
Sementara itu, pemerintah Hong Kong memastikan pada Selasa malam (25/5) bahwa stok vaksin BioNTech saat ini akan habis pada pertengahan Agustus 2021.
Pihak berwenang mengatakan mereka akan berdiskusi dengan perusahaan farmasi bagaimana melanjutkannya, dengan satu skenario yang melibatkan penundaan beberapa pesanan atau tidak menerima pengiriman vaksin.
Tetapi pemerintah juga akan menjajaki untuk menyumbangkan vaksin ke negara-negara yang membutuhkan melalui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Karena membutuhkan waktu untuk produksi vaksin, kendali mutu, serta transportasi dan logistik… bahkan jika permintaan vaksin oleh anggota masyarakat tiba-tiba melonjak di kemudian hari, tidak mungkin vaksin terkait dapat ditambah stok ulang dalam tahun ini," kata juru bicara dari Biro Makanan dan Kesehatan Hong Kong.
Advertisement