Liputan6.com, Jakarta - Beredar melalui aplikasi percakapan pesan berantai yang berisi klaim terkait orang yang akan meninggal dunia dalam dua tahun setelah divaksin covid-19. Pesan bBeredar melalui aplikasi percakapan pesan berantai yang berisi klaim terkait orang yang akan meninggal dunia dalam dua tahun setelah divaksin covid-19erantai tersebut beredar sejak awal bulan lalu.
Dalam pesan berantai yang beredar klaim ini disampaikan oleh Mike Yeadon, bekas Ketua Saintis di firma vaksin Pfizer. Berikut isi klaim dalam pesan berantai tersebut selengkapnya:
Baca Juga
Advertisement
"YANG SUDAH DIVAKSIN SIAP2 MATI DINI
Mike Yeadon bekas ketua saintis di firma vaksin pFizer menyatakan bahwa kini sudah amat terlambat untuk menyelamatkan siapa yang sudah divaksin covid 19.
Beliau menyeru kepada semua yang belum menerima vaksin yang bisa membunuh itu untuk berjuang demi kesinambungan manusia dan nyawa anak2.
Pakar imunisasi terkenal ini mengingatkan fakta bhw proses menurunkan jumlah besar manusia yang hidup pada masa kini.
Sejurus selepas suntikan vaksin pertama terdapat sejumlah 0.8% akan mati dalam masa 2 minggu.
Mereka yang bertahan dijangka akan mampu bertahan hidup sekitar 2 tahun, namun kemampuan tersebut dikurangi dengan penambahan top-up suntikan vaksin.
Penambahan vaksin yang sedang dibuat sekarang adalah untuk menyebabkan kemorosotan fungsi organ tertentu dalam badan manusia - termasuklah jantung, paru-paru dan otak.
Dengan menyadari secara mendalam hasil penyelidikan dan pembangunan farmaseutikal gergasi tersebut, pFizer selama 2 dekade, Profesor Mike Yeadon menyatakan tujuan terakhir pemerintah enyediakan vaksin yang diwajibkan pada masa kini hanya menyebabkan pengurangan populasi secara besar-besaran yang mana akan membuat semua perang dunia, bila digabungkan, kelihatan satu produksi Mickey Mouse.
"Milyaran manusia kini sudah dibawa kearah kematian yang tidak diketahui dan menyengsarakan.
Setiap orang yang sudah disuntik akan menemui kematian sebelum waktunya, dan perkiraannya paling masa paling lama sesorang bertahan hidup selama 3 tahun".
SELENGKAPNYA BACA DISINI :
https://www.lifesitenews.com/news/exclusive-former-pfizer-vp-your-government-is-lying-to-you-in-a-way-that-could-lead-to-your-death"
Lalu benarkah klaim yang menyebut orang yang sudah divaksin covid-19 akan menghadapi kematian pada dua tahun mendatang?
#IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan berikut ini
Penelusuran Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dan menemukan artikel berjudul "Fact check: Ex-Pfizer scientist repeats COVID-19 vaccine misinformation in recorded speech" yang tayang di Reuters Fact Check pada 21 Mei 2021.
Dalam artikel tersebut terdapat beberapa penjelasan untuk klaim Yeadon. Ternyata Yeadon sudah beberapa kali mengeluarkan klaim terkait teori konspirasi menyangkut pandemi covid-19. Berikut beberapa diantaranya:
1. Orang Tanpa Gejala Tidak Bisa Menularkan Penyakit
Dalam suatu pidatonya, Yeadon menyebut bahwa sangat jarang orang dapat menularkan virus tanpa gejala apapun. Dia mengklaim jikapun ada jumlahnya sangat jarang dan tidak pernah terjadi.
Faktanya, laporan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat pada Maret tahun ini memperkirakan bahwa 50 persen penularan covid-19 terjadi sebelum orang mengembangkan gejala, sementara 30 persen orang yang terinfeksi tetap bebas gejala.
Kasus lain dari Januari 2021, yang diterbitkan di jurnal medis JAMA Network, menilai bahwa 59 persen penularan covid-19 bisa berasal dari kasus tanpa gejala.
Para ahli di Meedan’s Health Desk, sekelompok ilmuwan kesehatan masyarakat yang bekerja untuk mengatasi kesalahan informasi medis online, mengatakan bahwa orang yang bebas gejala dapat menyebarkan COVID-19 dan memiliki jumlah virus yang hampir sama dengan orang dengan gejala.
2. Varian
Yeadon menyebut orang yang sudah terinfeksi covid-19 ataupun sudah divaksin bisa kebal pada varian baru. Namun ahli menyebut klaim itu salah. Meskipun ada alasan bahwa individu yang diimunisasi terlindungi dari varian namun mutasi membuat vaksin menjadi kurang efektif.
Uji klinis menunjukkan vaksin Pfizer / BioNTech, misalnya, 95% efektif mencegah infeksi covid-19 (di sini); Namun, penelitian selanjutnya yang dilakukan di Qatar menunjukkan bahwa itu mungkin kurang efektif - sekitar 75% efektif - jika dibandingkan dengan varian Afrika Selatan. Rilis dari Pfizer terkait uji klinis bisa dilihat di sini... Sementara terkait efektivitas vaksin bisa dilihat di sini...
Antibodi alami yang dikembangkan setelah seseorang pulih dari covid-19 mungkin dapat memblokir varian baru, kata para ahli Meedan - tetapi menambahkan bahwa mereka akan tetap berhati-hati karena konsep yang disebut "mutasi lolos", di mana varian menghindari perlindungan kekebalan.
3. Vaksin
Yeadon menyebut bahwa vaksin covid-19 memberikan efek samping mengerikan hingga kematian.
Faktanya berdasarkan data dari CDC orang yang sudah menerima vaksin covid-19 di AS dari 14 Desember 2020 hingga 29 Maret 2021 mencapai 145 juta dosis. Lalu ada 2.509 kematian (0,0017 persen) kematian bagi orang yang sudah divaksin.
Namun CDC merilis data dengan mempertimbangkan akta kematian, otopsi, dan catatan medis tidak ada bukti bahwa vaksin berkontribusi pada kematian. Data dari CDC bisa dilihat di sini...
Selain itu ada juga penjelasan dari Dr Joel Belmin, Kepala Geriatri dan Koordinator Vaksinasi di l’hôpital Charles-Foix, Paris.
"Pada orang lanjut usia, karena kerapuhan mereka yang hebat, sejumlah besar kematian spontan diperkirakan terjadi. Di panti jompo, satu dari lima orang meninggal setiap tahun. Oleh karena itu sulit untuk secara langsung menghubungkan kematian ini dengan fakta bahwa orang-orang ini telah divaksinasi."
Selain itu terdapat juga artikel berjudul "Did Michael Yeadon Say COVID-19 Vaccine Will Kill Recipients Within 2 Years?" yang tayang di Snopes.com pada 5 Mei 2021.
Dalam artikel itu terdapat penjelasan bahwa Michael Yeadon pernah bekerja di Pfizer hingga 2011. Namun jabatannya bukanlah sebagai Ketua Saintis Pfizer seperti yang diklaim dalam sejumlah video.
Dia bekerja di sana sebagai Wakil Presiden dan Kepala Ilmuwan di unit penelitian penemuan obat di Pfizer. Divisi yang dipimpinnya berfokus pada penelitian medis alergi dan pernapasan, bukan vaksin atau penyakit menular.
Snopes juga menjelaskan banyak klaim yang dibuat Yeadon tidak berdasar dan tidak memiliki bukti ilmiah atau empiris.
Dalam artikel tersebut juga dijelaskan CDC belum memberikan rekomendasi apapun untuk vaksin dosis ketiga atau booster. Walaupun kemungkinan itu ada namun belum terjadi seperti yang diklaim Yeadon.
Terkait kemandulan akibat vaksin covid-19 yang diklaim Yeadon, Cek Fakta Liputan6.com juga pernah menulis artikel bantahannya berjudul "Cek Fakta: Hoaks Vaksin Covid-19 Bisa Bikin Wanita Mandul, Ini Buktinya" yang tayang 2 Maret 2021.
Baca artikel lengkapnya di link berikut ini....
Terkait kontroversi Mike Yeadon juga pernah dibahas dalam artikel berjudul "The ex-Pfizer scientist who became an anti-vaccination hero" yang tayang di Japantimes pada 20 Maret 2021.
Anda bisa membaca artikel lengkapnya di sini...
Sumber:
https://www.reuters.com/article/factcheck-health-coronavirus-idUSL2N2N72CS
https://www.reuters.com/article/factcheck-vaers-deaths-idUSL1N2LV0NY
https://www.snopes.com/fact-check/michael-yeadon-vaccine-death/
https://apnews.com/article/fact-checking-afs:Content:9856420671
https://www.politifact.com/factchecks/2020/dec/02/blog-posting/former-pfizer-employee-wrong-coronavirus-pandemic-/
https://www.japantimes.co.jp/news/2021/03/20/world/science-health-world/pfizer-employee-anti-vaxxer-covid/
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/safety/adverse-events.html
Advertisement
Kesimpulan
Klaim yang menyebut orang yang sudah divaksin covid-19 akan menghadapui kematian pada dua tahun mendatang adalah tidak benar.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement