Potensi Banjir Rob di Belawan Diprediksi Lebih Besar saat Gerhana Bulan Total

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini banjir pesisir atau ROB. Masyarakat pesisir Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), diimbau waspada adanya fenomena banjir pesisir atau rob.

oleh Reza Efendi diperbarui 26 Mei 2021, 15:48 WIB
Gerhana Bulan Total ini dapat disaksikan hampir di seluruh wilayah Indonesia dari arah Timur hingga Tenggara. (Foto: Unsplash.com/KT).

Liputan6.com, Medan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini banjir pesisir atau rob. Masyarakat pesisir Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), diimbau waspada adanya fenomena banjir pesisir atau rob.

Kepala BMKG Maritim Belawan Medan, Sugiyono menerangkan, fenomena banjir rob terjadi akibat adanya aktivitas pasang air laut maksimum. Diprediksi berpotensi terjadi pada 24 hingga 29 Mei 2021 di wilayah pesisir Belawan dan sekitarnya.

"Kondisi ini dapat berdampak pada terganggunya transportasi di sekitar pelabuhan dan pesisir, aktivitas masyarakat, serta kegiatan bongkar muat di pelabuhan," kata Sugiyono saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (26/5/2021).

Masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan siaga mengantisipasi dampak dari banjir rob, serta memperhatikan update informasi cuaca maritim dari BMKG. Fenomena banjir rob kali ini lebih tinggi daripada kejadian sebelumnya.

"Hal ini dikarenakan bulan berada pada posisi perigee atau jarak terdekat dengan bumi. Fenomena ini juga bersamaan dengan fenomena gerhana bulan total perigee atau super blood moon," terangnya.

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Menarik Berikut ini:


Faktor Utama Terjadinya Banjir Rob

Ilustrasi Foto Banjir (iStockphoto)​

Sugiyono menerangkan, faktor utama yang mengakibatkan terjadinya banjir rob adalah kenaikan permukaan air laut, penurunan muka tanah, dan abrasi pantai. Lalu kepadatan pemukiman penduduk, alih fungsi lahan, berkurangnya hutan mangrove.

"Juga kurang tersedianya drainase yang cukup, adanya sampah yang kurang tertata, serta tata guna lahan, dalam hal ini di daratan pesisir," terangnya.

Fenomena banjir rob terjadi pada saat bulan purnama dan bulan baru, sehingga tiap bulan dipastikan ada fenomena banjir rob. Selain itu, faktor pasang air laut sulit dihindari, karena di luar kuasa manusia. Hal ini pula yang menjadikan banjir rob sebagai langganan bagi daerah-daerah pesisir.

Disebutkan Sugiyono, fenomena banjir rob masih jadi ancaman bagi warga wilayah pesisir pantai, terutama Belawan dan sekitarnya, khususnya di wilayah dataran rendah. Sehingga diperlukan penanganan yang serius agar tidak menimbulkan korban.

"Korban itu, baik nyawa maupun harta, dan meminimalisir kerugian yang lebih besar," sebutnya.


Banjir Rob Diprediksi Lebih Besar

Ilustrasi banjir. (dok. pixabay/@hermann)

Diungkapkan Sugiyono, fenomena banjir rob kali ini lebih besar karena banyak faktor. Pihaknya mengimbau kepada masyarakat dan seluruh stakeholder untuk tetap waspada mengantisipasi kemungkinan terburuk dari banjir rob ini.

Ke depan, antisipasi tersebut dapat dilakukan berupa dengan cara mengenali kearifan lokal, mengembalikan fungsi lahan dan tata kelolanya, mengampayekan kembali penanaman hutan mangrove, dan tidak membuang sampah sembarangan.

"Pada tanggal 26 Mei 2021 ini kebetulan ada fenomena super blood moon, terjadi jarak terdekat antara bumi dengan bulan, sehingga memungkinkan potensi banjir rob kali ini lebih tinggi," Sugiyono menandaskan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya