5 Hal Terkait Gerhana Bulan Total atau Super Blood Moon yang Terjadi Malam Nanti

Menurut BMKG, beberapa wilayah di Indonesia dapat dipastikan menyaksikan fenomena gerhana bulan total atau super blood moon yang diperkirakan baru akan kembali terjadi pada 2033.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 26 Mei 2021, 17:05 WIB
Bulan tampak berwarna merah darah saat terjadinya fenomena gerhana bulan total di Bernkastel-Kues, Jerman, Jumat (27/7). Gerhana bulan yang terlama pada abad ini dapat disaksikan di seluruh dunia dengan mata telanjang. (Harald Tittel/dpa via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena gerhana bulan total atau super blood moon disebut Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) akan terjadi malam ini, Rabu (26/5/2021).

Menurut BMKG, beberapa wilayah di Indonesia dapat dipastikan menyaksikan fenomena yang diperkirakan baru akan kembali terjadi pada 2033 ini.

"Fenomena super blood moon terjadi karena posisi matahari-bumi-bulan sejajar. Hal itu menempatkan bulan berada di umbra bumi sehingga menyebabkan puncak gerhana total," tulis keterangan BMKG dalam situs resminya, Rabu (26/5/2021).

Kemudian menurut BMKG, rentang waktu antar fase fenomena gerhana bulan total ini di tiap-tiap wilayah di Indonesia hingga mencapai titik sempurna berbeda-beda.

Selain itu, BMKG juga mengingatkan masyarakat di daerah pesisir waspada terhadap potensi terjadinya banjir rob terkait dengan akan adanya gerhana bulan total atau super blood moon tersebut.

"Gerhana bulan total yang akan terjadi dikenal dengan istilah super blood moon. Pada saat itu, bulan akan berwarna merah yang terlihat dengan ukuran relatif lebih besar dari fase bulan purnama biasa," ujar Kepala BBMKG Wilayah I Medan Hartanto.

Berikut 5 hal terkait gerhana bulan total atau super blood moon yang diprediksi akan terjadi malam ini dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Super Moon dan Akan terjadi Lagi 2033

Ilustrasi gerhana bulan. (Photo by Martin Adams on Unsplash)

Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) memprediksi, fenomena gerhana bulan total atau super blood moon akan terjadi malam nanti.

Menurut BMKG, beberapa wilayah di Indonesia dapat dipastikan menyaksikan fenomena yang diperkirakan baru akan kembali terjadi pada 2033 ini.

"Fenomena super blood moon terjadi karena posisi matahari-bumi-bulan sejajar. Hal itu menempatkan bulan berada di umbra bumi sehingga menyebabkan puncak gerhana total," tulis keterangan BMKG dalam situs resminya, Rabu (26/5/2021).

BMKG menyatakan, pada fenomena gerhana bulan total ini, bulan akan terlihat berwarna merah. Sebab posisi bulan saat terjadi gerhana berada di posisi terdekat dengan bumi (Perige), maka bulan akan terlihat lebih besar dari fase-fase purnama biasa.

"Sehingga sering disebut dengan Super Moon," jelas BMKG.

 


Rentang Waktu Pengamatan

Bulan tampak berwarna merah darah saat terjadinya fenomena gerhana bulan total di Luzern, Swiss, Jumat (27/7). Gerhana bulan yang terlama pada abad ini dapat disaksikan di seluruh dunia dengan mata telanjang. (Christian Merz/Keystone via AP)

BMKG pun kemudian merilis rentang waktu antar fase fenomena gerhana bulan total ini di tiap-tiap wilayah di Indonesia hingga mencapai titik sempurna.

Berikut informasi pengamatannya:

1. Fase (P1) Awal Gerhana Bulan mulai pukul 15.46.12 WIB , 16.46.12 WITA , 17.46.12 WIT yang melintas memotong Papua bagian tengah, sehingga pengamat di provinsi Papua dapat menyaksikan seluruh proses terjadinya Gerhana Bulan Total ini.

2. Fase (U1) Gerhana Bulan Sebagian mulai pukul 16.44.38 WIB , 17.44.38 WITA ,18.44.38 3 WIT, melintas memotong Pulau Sulawesi dan Nusa Tenggara, sehingga pengamat di wilayah Indonesia Timur, Pulau Sulawesi bagian Timur dan Nusa Tenggara Timur dapat menyaksikan kejadian ini.

3. Fase (U2) Gerhana Bulan Total mulai masuk pukul 18.09.21 WIB , 19.09.21 WITA , 20.09.21 WIT melintas memotong Provinsi Riau dan Sumatera Barat, sehingga seluruh pengamat di Indonesia dapat mengamati awal fase totalitas ini, kecuali di sebagian Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh.

4. Fase Puncak Gerhana Bulan terjadi pukul 18.18.43 WIB , 19.18.43 WITA , 20.18.43 WIT, dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia, kecuali di sebagian kecil Riau, sebagian Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh.

5. Fase (U3) Gerhana Bulan Total berakhir pukul 18.28.05 WIB , 19.28.05 WITA , 20.28.05 WIT melintas membelah Sumatera Utara, sehingga pengamat di seluruh wilayah Indonesia, kecuali sebagian Sumatera Utara dan Aceh, dapat menyaksikan fenomena ini.

6. Fase (U4) Gerhana Bulan Sebagian berakhir pukul 19.52.48 WIB , 20.52.48 WITA , 21.52.48 WIT dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia.

7. Fase (P4) Gerhana Bulan berakhir pukul 20.51.14 WIB , 21.51.14 WITA , 22.51.14 WIT dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia. Seluruh proses gerhana, sejak fase awal (P1) hingga fase akhir (P4) akan berlangsung selama 5 jam 5 menit dan 2 detik.

 


Ingatkan Waspada Banjir Rob

Banjir rob adalah banjir di tepi pantai karena permukaan air laut yang lebih tinggi daripada bibir pantai atau daratan di pesisir pantai.

BMKG lalu mengingatkan masyarakat di daerah pesisir waspada terhadap potensi terjadinya banjir rob terkait dengan akan adanya gerhana bulan total atau super blood moon malam ini.

"Gerhana bulan total yang akan terjadi dikenal dengan istilah super blood moon. Pada saat itu, bulan akan berwarna merah yang terlihat dengan ukuran relatif lebih besar dari fase bulan purnama biasa," ujar Kepala BBMKG Wilayah I Medan Hartanto di Medan, dilansir Antara.

Hartanto menjelaskan, gerhana bulan total atau super blood moon mempengaruhi ketinggian pasang surut air laut, di mana, posisi bulan, bumi, dan matahari yang sejajar akan mengakibatkan gaya tarik terhadap air laut lebih tinggi sehingga terjadi pasang air laut lebih tinggi. Hal ini bisa menyebabkan banjir rob.

"Dampak dari banjir rob di wilayah pesisir akan berpotensi pada terganggunya transportasi pelabuhan dan pesisir, aktivitas masyarakat serta bongkar muat di pelabuhan," papar dia.

Masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan siaga untuk mengantisipasi dampak dari banjir pesisir (rob), serta memperhatikan update informasi cuaca dari BMKG.

 


Dikenal dengan Nama Bulan Darah

Gerhana bulan total (dok.Instagram/@bosschaobservatory/https://www.instagram.com/p/CPPzO53nf0T/Komarudin)

Melansir The Guardian, Rabu (26/5/2021), Supermoon, fenomena yang lebih umum, terjadi saat bulan purnama terjadi di dekat titik terdekat dalam orbitnya ke Bumi.

Meskipun Bumi akan menghalangi sinar matahari langsung untuk mencapainya, selama gerhana total, bulan akan tampak redup dalam warna merah-oranye.

Dr Brad Tucker, ahli astrofisika dari Universitas Nasional Australia mengatakan, meskipun bulan akan berada dalam bayangan bumi, sebagian sinar matahari masih mencapainya dengan melewati atmosfer bumi.

"Sama seperti kita mendapatkan matahari terbit dan terbenam berwarna jingga-merah [di Bumi] karena komposisi atmosfer dan sudut pancaran cahaya - yang kita sebut pembiasan - efek yang sama ini terlihat di luar angkasa," kata Tucker.

"Munculnya bulan akan tergantung pada waktu dan lokasi dilihatnya," sambung dia.

 


Bisa Dilihat dengan Mata Telanjang

Foto fenomena gerhana bulan total di kota Jakarta, Sabtu (28/7). Gerhana bulan total "Micro Blood Moon" tersebut merupakan yang terlama pada abad ini dengan total waktu termasuk fase penumbra dan parsial selama enam jam lebih. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Tidak seperti gerhana matahari, gerhana bulan aman untuk dilihat. Fenomena ini dapat disaksikan dengan mata telanjang tanpa memerlukan peralatan khusus.

Saran Tucker untuk pengamat bulan yang tidak ingin menghabiskan waktu berjam-jam di luar adalah memeriksanya secara berkala sepanjang malam.

"Jika Anda menatapnya selama lima menit, itu akan terlihat sama. Jika Anda melihatnya dan kemudian kembali dan melihatnya dalam setengah jam, itu akan terlihat sangat berbeda," katanya.

"Saran saya adalah untuk melihatnya beberapa kali antara pukul 19.44 dan 21.11 [AEST] (Waktu Australia), benar-benar nikmati antara pukul 21.11 dan 9.25, lalu Anda bisa pergi tidur karena itu akan menghilang begitu saja," ucap dia.

Menurut Tucker, Super Moon bertepatan dengan gerhana bulan total setiap empat hingga lima tahun sekali.

"Secara statistik, satu dari tiga atau empat gerhana bulan total akan menjadi bulan super blood moon. Sementara itu, Super Moon terjadi lebih sering, biasanya tiga hingga empat kali per tahun," jelas dia.


Gerhana Bulan

Infografis cuaca di sejumlah daerah saat gerhana bulan. (Istimewa)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya