Liputan6.com, Yogyakarta - Pemerintah Kabupaten Sleman bekerja sama dengan World Musquito Program (WMP) Yogyakarta, UGM, dan dukungan Yayasan Tahija meluncurkan program Si Wolly Nyaman untuk pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan menerapkan teknologi nyamuk ber-Wolbachia.
Wolbachia merupakan bakteri yang hidup secara alami di serangga. Peneliti Australia menghasilkan penelitian, wolbachia dapat mengeblok replikasi virus dengue. Jadi, jika nyamuk menghisap darah yang mengandung virus dengue, virus tersebut tidak dapat bereplikasi di dalam tubuh nyamuk.
Akibatnya, virus dengue tidak dapat ditularkan ke orang lain. Selain itu, bakteri wolbachia menurun ke nyamuk generasi selanjutnya.
Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, menjelaskan Program Si Wolly Nyaman ini merupakan bentuk komitmen pemerintah terhadap kesehatan warga Sleman.
"Manfaat program ini untuk mengurangi kasus penularan lokal DBD di Sleman, minimal sampai 50 persen," katanya usai peletakan ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia di 588 padukuhan Jumat, 21 Mei 2021.
Project Leader WMP Yogyakarta, Prof Adi Utarini mengatakan inovasi pengendalian DBD melalui nyamuk ber-Wolbachia telah terbukti menurunkan 77 persen kasus DBD di Kota Yogyakarta. Program ini juga terbukti aman bagi lingkungan dan manusia.
Baca Juga
Advertisement
"Kegiatan peletakan ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia di Kabupaten Sleman akan dimulai sejak Mei hingga November 2021, dan dilakukan dengan kerjasama antara kader kesehatan dan staf WMP Yogyakarta," jelasnya.
Guru Besar FKKMK UGM ini menjelaskan soft launching Program Si Wolly Nyaman sebenarnya sudah pada 16 Februari 2021 silam oleh Bupati Sleman, Sri Purnomo. Implementasi Si Wolly Nyaman dilakukan pada 20 puskesmas yang tersebar di 13 kapanewon, 39 kalurahan, dan 588 padukuhan di Sleman dengan mempertimbangkan tingkat angka kejadian DBD di wilayah yang bersangkutan.
Agar dapat menjangkau semua lokasi tersebut, akan dititipkan lebih dari 22 ribu ember yang secara rutin akan diisi telur nyamuk ber-Wolbachia. Selama enam bulan periode penitipan ember ini di masyarakat akan dilakukan penggantian telur nyamuk selama dua minggu sekali.
"Kemudian setelah grand launching ini, tahapan program yang akan berlangsung hingga November 2021 mendatang adalah penitipan ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia, dilanjutkan monitoring populasi nyamuk, dan diakhiri dengan penarikan ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia. Diharapkan setelah tahapan-tahapan tersebut terlaksana, penurunan angka kasus DBD di Kabupaten Sleman dapat terwujud," paparnya.
Tim WMP Yogyakarta lainnya, Riris Andono Ahmad menambahkan nyamuk ber-Wolbachia yang dititipkan di rumah warga telah dipastikan keamanannya. Dari hasil analisis risiko oleh tim ahli independen yang dibentuk Kemenristek Dikti dan Balitbangkes Kemenkes diketahui bahwa risiko teknologi ini dapat diabaikan.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Joko Hastaryo berpesan bagi orang tua asuh ember telur nyamuk ber-Wolbachia, baik yang berada di permukiman, perkantoran, atau fasilitas umum, agar dapat selalu memantau kondisi ember yang dititipkan, supaya tetap aman, tidak tumpah, dan tidak sampai hilang.
"Jika ada pertanyaan terkait program dan implementasinya, orang tua asuh dan warga dapat langsung bertanya melalui Lapor Sleman dan nomor hotline Dinas Kesehatan Sleman," tuturnya.