Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa orang yang terinfeksi Covid-19 mengeluarkan bau berbeda yang dapat diendus oleh anjing terlatih dengan baik dalam waktu kurang dari satu detik.
Bisa dibilang, proses pendeteksian pasien Covid-19 oleh anjing jauh lebih cepat dari tes PCR.
Advertisement
Artinya, anjing-anjing ini dapat ditempatkan di lokasi seperti bandar,a di mana mereka dapat mengidentifikasi orang-orang yang mengeluarkan bau khas tersebut.
Mengutip Ubergizmo, Jumat (28/5/2021), cara ini diklaim dapat membantu meringankan pembatasan perjalanan, yang mana jika anjing tidak mencium bau apapun pada seseorang, ia bisa bebas pergi.
Akan tetapi, jika anjing mengira orang itu dicurigai terinfeksi Covid-19, dia mungkin akan digiring untuk tes PCR untuk konfirmasi dan mungkin dimasukkan ke dalam karantina.
Sebelumnya, pada tahun 2020, anjing dilatih untuk mendeteksi pasien Covid-19 di beberapa fasilitas umum. Negara seperti Finlandia juga telah menguji cara ini di bandara.
Studi Baru Ungkap Anjing Bisa Deteksi COVID-19 Meski Tanpa Gejala
Sebuah studi baru menunjukkan seekor anjing yang dilatih bisa mendeteksi lebih dari 90 persen infeksi COVID-19 bahkan ketika seseorang tidak menunjukkan gejala.
Dalam studi tersebut, dijelaskan bahwa seekor anjing, yang menggunakan indra penciuman mereka yang luar biasa - menunjukkan dapat mengendus penyakit seperti kanker, malaria, dan epilepsi.
Beberapa penelitian sebelumnya juga telah menunjukkan bukti konsep bahwa anjing dapat mendeteksi SARS-CoV-2.
Peneliti dari London School of Tropical Medicine ingin melihat apakah anjing dapat mendeteksi bau khas yang dikeluarkan dari senyawa kimia yang terkait dengan seseorang yang positif COVID-19 tanpa gejala.
Mereka mengumpulkan sampel pakaian dan masker wajah dari orang yang dinyatakan positif SARS-CoV-2 ringan atau bergejala.
Advertisement
Sampel 200 Kasus Covid-19
Sampel dari 200 kasus COVID-19 dikumpulkan dan diatur dalam tes laboratorium dari enam anjing yang telah dilatih, guna menunjukkan ada atau tidaknya senyawa kimia tersebut.
Anjing-anjing itu perlu dilatih untuk tidak mengidentifikasi diagnosa "positif palsu" dalam upaya untuk mengungkap sistem pendeteksi mereka dan mendapatkan hasil bahkan jika tidak ada sampel COVID-19 dalam tes tertentu.
"Ini berarti bahwa anjing sepenuhnya memahami dan mendapat tanda untuk hasil yang benar negatif dan juga positif," kata Claire Guest, dari Fakultas Penyakit Menular dan Tropis di London School of Tropical Medicine, seperti dilansir AFP, Senin (24/5/2021).
Secara keseluruhan, anjing berhasil mengidentifikasi antara 94 dan 82 persen sampel SARS-CoV-2.
Para peneliti kemudian memodelkan seberapa efektif tingkat keberhasilan ini, dikombinasikan dengan tes PCR tradisional, yang dapat membantu mendeteksi kasus COVID-19 ringan atau tanpa gejala.
Peneliti kemudian menemukan bahwa menggunakan penciuman anjing untuk menyaring kedatangan di terminal seperti bandara dapat mendeteksi 91 persen kasus, menghasilkan tingkat penularan 2,24 kali lebih rendah dibandingkan dengan tes PCR saja.