PPKM Mikro di Riau Gagal Tekan Penyebaran Covid-19, Mengapa?

Juru bicara Satgas Covid-19 di Riau, dr Indra Yovi menyatakan PPKM mikro di Riau gagal menekan laju penyebaran Covid-19 sehingga terjadi lonjakan kasus.

oleh M Syukur diperbarui 28 Mei 2021, 16:00 WIB
Juru bicara Satgas Covid-19 Riau, dr Indra Yovi. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Puluhan kelurahan di Provinsi Riau sudah melakukan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro. Namun Covid-19 di Riau masih merajalela dan menjadi kasus konfirmasi harian tertinggi di Indonesia pada 26 Mei 2021.

Juru bicara Satgas Covid-19 Riau, dr Indra Yovi menyatakan lonjakan Covid-19 Riau karena PPKM mikro tidak efektif. Aturan yang sudah disusun untuk memutus penyebaran virus corona tidak berjalan maksimal.

"Indikasi PPKM mikro tidak efektif, buktinya kasus konfirmasi melonjak," kata Yovi, Kamis siang, 27 Mei 2021.

Yovi menjelaskan, rancangan penerapan PPKM mikro kalau dibaca oleh masyarakat sangat bagus untuk memutus penyebaran Covid-19 di Riau. Namun, aturan dan rencana hanya di atas kertas.

"Bagus kalau itu memang diterapkan, tapi lihat sendirilah," ucap dokter spesialis paru ini.

Selain tidak efektifnya PPKM mikro, Yovi juga menyinggung tidak efektifnya screening saat pembatasan atau larangan mudik lebaran beberapa waktu lalu.

"Banyak orang mudik sudah pulang, kemudian menginfeksi keluarga di Riau, ini yang terjadi," jelas Yovi.

 

Simak video pilihan berikut ini:


PSBB Lagi?

Tidak efektifnya PPKM mikro membuat Pemerintah Provinsi Riau mewacanakan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Rencananya masih dalam pembahasan.

"Namun, itu perlu disetujui oleh pemerintah pusat," kata Yovi.

Yovi menjelaskan, Riau pada Mei 2021 terjadi lonjakan Covid-19 sangat besar. Dia memprediksi puncaknya bisa terjadi pada Juni hingga Juli kalau tidak pengetatan di masyarakat.

"Bisa jadi pada Mei ini sampai 15 ribu angka konfirmasi Covid-19, tertinggi di Riau," katanya.

Tahun lalu, sambung Yovi, angka konfirmasi Covid-19 di Riau tertinggi terjadi pada April dan Oktober. Pada April ada 9 ribu orang dan pada Oktober ada 7 ribu.

"Angka kematian tertinggi terjadi pada 26 Mei kemarin, ada 27 orang meninggal dalam sehari," jelas Yovi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya