4 Saham Emiten Bank Kapitalisasi Besar Tiba-Tiba Rontok, Ini Respons Mantan Dirut BEJ

Empat saham emiten bank kapitalisasi besar antara lain BBRI, BBCA, BBNI dan BMRI tiba-tiba rontok pada perdagangan Kamis, 27 Mei 2021.

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Mei 2021, 08:26 WIB
Pekerja beraktivitas di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level 5.600 pada penutupan perdagangan pertama bulan ini, Senin (3/4/2017). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Empat saham emiten bank kapitalisasi besar yang sempat berada di zona hijau tiba-tiba rontok jelang penutupan perdagangan saham Kamis, 27 Mei 2021.

Hal tersebut pun mendapat sorotan dari Direktur Utama Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada periode 1991-1996, Hasan Zein Mahmud.

Mengutip data RTI, pada perdagangan Kamis 27 Mei 2021, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melemah 2,71 persen ke posisi Rp 3.950. Padahal saham BBRI sempat bertahan di zona hijau. Saham BBRI pun bergerak di kisaran Rp 3.950-Rp 4.190.

Demikian juga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mendadak berbalik arah ke zona merah. Saham BBCA ditutup merosot 1,34 persen ke posisi Rp 31.350 per saham.

Selain itu, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) ditutup tergelincir 2,54 persen ke posisi Rp 5.750 per saham. Saham BMRI sempat sentuh zona hijau pada sesi pertama perdagangan saham bahkan sentuh posisi tertinggi Rp 6.000. Sedangkan posisi terendah Rp 5.750 per saham.

Demikian juga saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang tiba-tiba tergelincir. Saham BBNI melemah 3,29 persen ke posisi Rp 5.150 per saham. Saham BBNI dibuka naik 50 poin ke posisi Rp 5.375. Pada perdagangan Kamis, saham BBNI berada di posisi terendah Rp 5.150 dan tertinggi Rp 5.500 per saham.

Hasan Zein pun menyoroti gerak saham emiten bank kapitalisasi besar yang tiba-tiba rontok tersebut jelang penutupan perdagangan. Ia mempertanyakan mengenai fairness dari sistem pre-opening dan pre-closing yang diaplikasikan BEI.

"Tapi peristiwa tutup pasar sore ini, walau tidak berkaitan dengan saham-saham dalam portofolio saya, sungguh menggiriskan. Empat saham bank besar-penggerak IHSG-dibanting habis pada saat pre closing, menggunakan keunggulan mereka. Keunggulan dalam skala memberi peluang mereka menjadikan sistem pre-closing sebagai mainan,” kata dia Hasan dikutip dalam catatannya, Jumat, (28/5/2021).

Ia mencontohkan, saham BBCA dengan kapitalisasi paling besar di BEI. Saham BBCA mencatat kapitalisasi Rp 765 triliun pada Kamis, 27 Mei 2021. Hasan menulis, saham BBCA yang lagi menanjak, diseret turun dari harga sekitar Rp 32.400 sebelum pre closing ke Rp 31.350 menggunakan sistem pre-closing.

Ia menulis, dari hijau berubah seketika menjadi merah. Hal serupa terjadi juga pada saham BBRI, BMRI dan BBNI. Empat bank berkapitalisasi paling besar di BEI, sebelum demam bank digital jadi pandemi para spekulan saham.

Hasan menyebutkan, cara kerja Dutch Auction yang digunakan BEI pada pre-opening dan pre-closing. Ia menulis, dalam sistem itu, dari beberapa harga yang matched, diambil harga dengan peredaran paling banyak.

"Saya ulangi kata paling banyak. Jelas mereka yang memiliki stock saham lebih besar dan uang lebih banyak, dengan leluasa menentukan harga melalui sistim itu. Kesengajaan itu semakin kentara, karena pialang yang melakukan "guyuran" di empat saham itu adalah pialang yang sama,” ujar dia.

Hasan menilai, para investor perlu mengusulkan ada bursa baru yang bisa beroperasi dan memperlakukan secara lebih adil. Ia pun menyampaikan, peristiwa tutup pasar pada Kamis, 27 Mei 2021 menunjukkan lempar dadu menjanjikan outcome yang lebih adil.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Penutupan IHSG

Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bertahan di zona hijau pada perdagangan saham Kamis, 27 Mei 2021. Akan tetapi, penguatan IHSG menjadi terbatas memasuki penutupan sesi kedua perdagangan saham.

IHSG sempat naik 1 persen dan menembus level 5.900. Namun, penguatan IHSG menjadi tertahan sehingga sulit mempertahankan posisi 5.900 pada saat penutupan perdagangan.

Mengutip data RTI, IHSG naik 0,45 persen ke posisi 5.841,82. Indeks saham LQ45 melemah tipis 0,14 persen. Sebagian besar indeks saham acuan bervariasi. Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG bergerak di kisaran 5.841-5.904.

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bertahan di zona hijau pada perdagangan saham Kamis, 27 Mei 2021. Akan tetapi, penguatan IHSG menjadi terbatas memasuki penutupan sesi kedua perdagangan saham.

IHSG sempat naik 1 persen dan menembus level 5.900. Namun, penguatan IHSG menjadi tertahan sehingga sulit mempertahankan posisi 5.900 pada saat penutupan perdagangan. Mengutip data RTI, IHSG naik 0,45 persen ke posisi 5.841,82. Indeks saham LQ45 melemah tipis 0,14 persen. Sebagian besar indeks saham acuan bervariasi. Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG bergerak di kisaran 5.841-5.904.

Sebanyak 294 saham menguat sehingga mengangkat IHSG. Namun, 209 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. 138 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham 1.200.243 kali dengan volume perdagangan 25,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 22,9 triliun. Investor asing borong saham Rp 844,58 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.308.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menguat yang dipimpin IDXIndustry sebesar 1,92 persen, sektor saham IDXNoncylical sebesar 1,81 persen dan IDXInfrastruktur sebesar 1,56 persen.

Sementara itu, sektor saham yang melemah antara lain IDXFinance melemah 0,60 persen, sektor saham IDXHealth 0,30 persen dan IDXProperty susut 0,20 persen.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya