Pesona Chinatown Bandung yang Tandas Terusik Pandemi Covid-19

Suasana Chinatown di Jalan Kelenteng, Kota Bandung, Jawa Barat, begitu sepi pada Rabu (26/5/2021).

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 28 Mei 2021, 17:00 WIB
Suasana Chinatown di Jalan Kelenteng, Kota Bandung, Jawa Barat, begitu sepi pada Rabu (26/5/2021). (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Suasana Chinatown di Jalan Kelenteng, Kota Bandung, Jawa Barat, begitu sepi pada Rabu (26/5/2021) sekitar pukul 11.30 WIB. Gerbang masuk dan keluar bercat hitam digembok. Kondisi bangunan juga terlihat kusam dan dipenuhi vandalisme.

Ketika Liputan6.com mengunjungi lokasi ini, terlihat seorang tunawisma tengah tertidur di depan pintu tempat pembelian tiket. Kesan kumuh ditambah bau pesing menjadi pemandangan yang didapatkan di beberapa area gedung.

Dari luar pintu gerbang, terlihat lantai dan dinding dari Chinatown Bandung mulai ditumbuhi tanaman liar. Kios-kios yang dulunya pernah menjajakan aneka makanan juga sudah tak terlihat lagi.

Chinatown Bandung ditutup sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia sejak awal 2020. Dampak pandemi ini juga membuat karyawan Chinatown terdepak dari pekerjaannya.

Salah satunya Yana (36), mantan keamanan objek wisata bernuansa oriental tersebut. Ketika ditemui, dia tengah sibuk menjadi juru parkir di sebuah rumah makan Padang.

Sebelum pandemi, Chinatown ramai pengunjung. Banyak warga baik dalam dan luar kota datang untuk berfoto, berbelanja, dan memburu kuliner yang disediakan wahana wisata di kawasan pecinan ini.

"Dulu, waktu awal dibuka ramai banget. Hampir setiap akhir pekan ada saja yang ingin jalan-jalan ke sini," kata Yana.

Menurut dia, saat pandemi merebak manajemen tempat wisata kelabakan untuk menutupi biaya operasional. Terhitung sejak Mei 2020, tempat ini akhirnya ditutup.

"Kontraknya setahun lagi dengan pengelola gedung sebenarnya (2022) tapi mau dibuka terus karyawannya banyak, akhirnya manajemen memilih tutup," ujar Yana.

Chinatown Bandung dibuka pertama kali pada 1 Agustus 2017. Peresmiannya kala itu dilakukan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.

Dibangun di atas lahan seluas tiga ribu meter persegi dengan arsitektur khas Tiongkok, Chinatown mengusung konsep ruang terbuka dengan nuansa multi kultur.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini


Dijadikan Lokasi Uji Nyali

Suasana Chinatown di Jalan Kelenteng, Kota Bandung, Jawa Barat, begitu sepi pada Rabu (26/5/2021). (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Yana mengatakan, setelah ditutup, lokasi Chinatown tak ada lagi perawatan. Listrik sudah lama diputus sehingga saat malam di lokasi ini terlihat gelap.

Lama kelamaan, banyak orang sekitar yang merasakan area yang sunyi menjadi tempat yang angker. Dari cerita yang berkembang, ada suara-suara halus yang muncul dari dalam gedung. Hal ini, kata dia, memancing orang datang untuk membuat konten dan melakukan uji nyali di sana.

"Suka ada saja yang datang karena ingin bikin konten. Kalau kata orang yang bisa melihat mah, ada ini, ada itu," ujarnya.

Sementara itu, Eka, mantan karyawan Chinatown Bandung lainnya membenarkan bahwa Chinatown sudah tutup sejak setahun terakhir. Penyebabnya, pembatasan sosial membuat manajemen tidak punya banyak pilihan untuk melanjutkan usaha jasa wisata.

"Iya, sudah tutup total. Waktu awal pandemi belum ada kepastian dan akhirnya dari pihak manajemen memutuskan operasionalnya tutup total," kata dia.

Di akun media sosialnya, Chinatown Bandung juga menyatakan pamit. "Dengan berat hati, kami nyatakan Chinatown Bandung tutup permanen. Terima kasih atas dukungan kalian selama ini," tulis akun @chinatownbandung di akun Instagram mereka.


Dari Gedung Bioskop

Suasana Chinatown di Jalan Kelenteng, Kota Bandung, Jawa Barat, begitu sepi pada Rabu (26/5/2021). (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Bangunan Chinatown sebenarnya punya lika-liku pemanfaatan bangunan. Awalnya, bangunan ini pernah dijadikan bioskop.

'De eerste steen is gelegd door. Kwee liang an. 19 Mei 1938. Arch. Ir Max Van Slooten. Aan Lioe A Tjin'. Begitu tulisan sebuah plakat di bagian depan gedung.

Namun, fungsi sebagai gedung bioskop tidak bertahan lama, selanjutnya gedung tersebut menjadi rumah duka. Selain itu, dahulunya terdapat beberapa gedung di belakang rumah duka yang dulunya menjadi asrama perawat.

Hingga saat ini, gedung tersebut dimiliki Yayasan Perhimpunan Masyarakat Bandung (Permaba).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya