Liputan6.com, Jakarta - Dua puluh orang di India telah menerima dua jenis vaksin COVID-19 yang berbeda. Padahal, otoritas kesehatan India masih belum mengizinkan pencampuran dua jenis vaksin berbeda.
Berita ini pun menjadi sorotan di kanal Global Liputan6.com edisi Jumat (28/5/2021).
Baca Juga
Advertisement
Berita populer lainnya adalah badai siklon Yaas yang menghantam India dan Bangladesh. Badai ini kembali terjadi di tengah pandemi COVID-19.
Sementara itu, informasi lainnya yang juga menarik perhatian pembaca adalah Presiden Joe Biden yang memerintahkan penyelidikan intel tentang pandemi COVID-19.
Simak ketiga berita paling populer di kanal Global Liputan6.com edisi Jumat (28/5/2021):
1. 20 Warga India Terima Dua Jenis Vaksin COVID-19 Berbeda, Apakah Aman?
Dua puluh orang di India utara telah diberikan dua suntikan virus corona yang berbeda untuk dosis pertama dan kedua.
Mereka diberi vaksin Covishield (AstraZeneca) pada awal April, tetapi kemudian mendapatkan Covaxin yang dikembangkan secara lokal sebagai bagian dari dosis kedua mereka pada bulan Mei.
Advertisement
2. Badai Siklon Yaas Hantam India dan Bangladesh
Badai topan yang kuat telah melanda India timur, dengan laporan menunjukkan bahwa badai tersebut telah menewaskan beberapa orang.
Siklon Yaas, yang meningkat menjadi "badai siklon yang sangat parah", melanda negara bagian Benggala Barat dan Orissa - juga dikenal sebagai Odisha - pada Rabu (26/5), serta menghantam Bangladesh selatan. Ini adalah topan kedua yang melanda negara itu dalam seminggu, setelah Topan Tauktae menewaskan lebih dari 150 orang.
3. Joe Biden Perintahkan Penyelidikan Intel Tentang Asal Pandemi COVID-19
Presiden Joe Biden memerintahkan pejabat intelijen Amerika Serikat (AS) untuk "melipat gandakan" upaya mereka guna menyelidiki asal-usul pandemi COVID-19, termasuk kemungkinan jejak tersebut mengarah ke laboratorium China, pada Rabu (26/5/2021).
Setelah berbulan-bulan meminimalkan kemungkinan itu sebagai teori pinggiran, pemerintahan Biden bergabung dengan tekanan di seluruh dunia agar China lebih terbuka tentang wabah tersebut, yang bertujuan untuk mencegah keluhan GOP bahwa presiden belum cukup tangguh menghadapi China.
Advertisement