Liputan6.com, Ithaca - Berbaris di Ithaca, New York, demonstrasi solidaritas untuk Palestina baru-baru ini diselenggarakan. Kelompok Gerakan Black Lives Matter yang melakukannya.
Diselenggarakan oleh mahasiswa Universitas Cornell, protes terhadap pemboman besar-besaran Israel terbaru di Jalur Gaza dan serangan terhadap orang-orang Palestina di dalam dan di luar Yerusalem membuktikan bahwa aksi ini sangat menuai kecaman.
Advertisement
Sekitar 300 orang termasuk sekelompok warga kulit Hitam ambil bagian dalam aksi ini, demikian dikutip dari laman Vox, Jumat (28/5/2021). Memang hampir separuh pesertanya adalah orang kulit berwarna, sebagian besar adalah pelajar di New York.
Kaum muda bersedia untuk secara terbuka mendukung kebebasan Palestina. Dalam beberapa hal, kehadiran warga Afrika-Amerika yang terlihat dalam banyak mobilisasi pro-Palestina dalam beberapa minggu terakhir, termasuk demonstrasi di New York, Chicago, dan Philadelphia, merupakan transisi budaya yang sama luar biasa.
Mungkin berlebihan untuk mengatakan bahwa kebangkitan perlawanan massa terhadap supremasi kulit putih yang mendorong gerakan Black Lives Matter (BLM) juga telah menghidupkan kembali cita-cita solidaritas global di antara orang Afrika-Amerika.
Warga Afrika-Amerika telah lama menjadi sekutu paling setia Palestina. Selama masa kejayaan era hak-hak sipil AS, Malcolm X, Black Panthers, dan Komite Koordinasi Non-Kekerasan Mahasiswa semuanya menerima tuntutan untuk pembebasan Palestina.
Setelah 1960-an dan 70-an, jalinan solidaritas Afrika-Amerika-Palestina semakin memudar. Tetapi ikatan itu kembali diperkuat dalam beberapa tahun terakhir ketika adanya serangan dan kekerasan baru yang menyebabkan kelompok itu menyuarakan aksinya di dalam maupun luar negeri.
Dukungan Palestina untuk Black Lives Matter
Sebelummya, orang-orang Palestina memainkan peran penting dalam aksi demo setelah polisi AS membunuh remaja kulit hitam bernama Michael Brown.
Aktivis Palestina menggunakan media sosial untuk berbagi dengan para pengunjuk rasa Afrika-Amerika guna menangani serangan gas air mata oleh pasukan polisi militer.
Pada 2015, lebih dari 1.000 kelompok kulit hitam menandatangani pernyataan solidaritas yang mengutuk Israel di Gaza dan 'pencekikan' kawasan Tepi Barat.
Organisasi kulit hitam yang progresif dan muda, dari Dream Defenders hingga Black Youth Project 100 (BYP100) sampai Malcolm X Grassroots Movement, merangkul pembebasan Palestina sebagai elemen inti dari agenda global mereka.
Beberapa anggota dari kelompok ini dan kelompok Afrika Amerika lainnya mengunjungi wilayah Palestina sebagai bagian dari delegasi internasional, kemudian kembali ke AS untuk menyebarkan laporan yang tidak ada dalam reportase media Barat, terutama tentang kondisi kehidupan barbar di bawah pendudukan Israel.
Advertisement