Liputan6.com, Jakarta - Serangan Israel terjadap Palestina diketahui sudah terjadi sejak tahun 1967. Dan yang terbaru, pada 10 Mei 2021, tercatat sebagai salah satu yang tak kalah mematikan.
Bentrokan dini hari terjadi antara polisi dan warga Palestina di kompleks masjid Al-Aqsa, tempat massa melempar batu dan petugas menembakkan granat setrum.
Advertisement
Kemarahan Palestina telah dipicu oleh pawai Hari Yerusalem tahunan yang direncanakan pada hari itu oleh ratusan nasionalis Israel untuk merayakan pendudukan Israel atas Yerusalem Timur pada tahun 1967.
Pawai itu akan melewati sebagian besar wilayah Arab di Kota Tua dalam apa yang dipandang oleh warga Palestina sebagai provokasi yang disengaja. Ini dialihkan pada jam ke-11, tetapi suasananya tetap bergejolak dengan lebih dari 300 warga Palestina dan sekitar 21 polisi terluka dalam kekerasan di situs suci itu.
Hamas mengeluarkan ultimatum kepada Israel untuk "menarik tentaranya ... dari masjid Al-Aqsa yang diberkati dan Sheikh Jarrah" pada pukul 18:00. Ketika tenggat waktu berlalu tanpa tanggapan Israel, roket ditembakkan ke arah Yerusalem untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kelompok itu telah "melewati garis merah" dan Israel membalas dengan serangan udara, menewaskan tiga pejuang Hamas.
Pertukaran tembakan roket dan serangan udara yang berkelanjutan dengan cepat meningkat menjadi permusuhan paling sengit antara kedua belah pihak sejak mereka berperang pada tahun 2014.
Menurut Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al-Shun dalam program The Ambassador Liputan6.com, masalah utama yang menjadi penyebab meletusnya konflik antara Palestina Israel atau Palestina hanyalah satu. Yakini penjajahan Israel atas negaranya.
"Permasalahan yang ada di Sheikh Jarrah, yang ada di Masjid Al-Aqsa atau pun keadaan sulit yang selalu menimpa masyarakat Palestina. Ini disebabkan oleh adanya penjajahan Israel atas Palestina," ucapnya.
Dubes Zuhair menuturkan, bahwasanya kemerdekaan atau kondisi yang aman di Palestina bakal tercipta jika penjajahan Israel tersebut berakhir. "Dan apabila penjajahan ini hilang, maka semua bentuk kericuhan dan penindasan itu akan hilang. Ini pun yang menyebabkan adanya gerakan masyarakat umum untuk melawan penjajahan ini."
"Dan yang kami tekankan lagi bahwasanya masalah utama ini adalah penjajahan Israel atas Palestina. Dan apabila penjajahan ini hilang, maka akan nada keamanan yang tericpta di Palestina," imbuhnya lagi.
Butuh Dukungan Nyata
Agresi militer yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina menuai kecaman luas. Banyak yang menyerukan untuk diakhiri agar tak makin banyak korban berjatuhan.
Kecaman melalui aksi solidaritas pun digelar di sejumlah negara, dengan maksud untuk perdamaian kedua belah pihak tersebut. PBB dan Indonesia berada dalam daftar yang menyerukan agar Israel berhenti menyerang Palestina.
"Kami mendengar penolakan masyarakat internasional bahkan dari pihak Indonesia. Kami sangat menghargai apa yang dilakukan masyarakat Indonesia dan dunia. Tetapi bahwasanya mental Israel akan selalu tidak ingin perdamaian," jelas Dubes Zuhair.
"Maka dari itu kami mengharap masyarakat internasional, dalam rangka memberikan hak-hak warga Palestina, yaitu dengan mengadakan seperti blokade produk Israel dan sebagainya," tambahnya lagi.
Menurut Dubes Palestina untuk Indonesia itu, tak hanya aksi demikian yang bisa dilakukan untuk mendukung negaranya. Melainkan juga langkah konkret agar pihak Israel bisa merasakan dampaknya.
"Karena bisa kami katakan bahwasanya kecaman atas serangan Israel sudah cukup, tetapi harus ada langkah maju yang lain yang nyata demi rakyat Palestina mendapatkan hak-haknya," tegas Dubes Zuhair.
Dubes Zuhair mengatakan, semua orang Palestina adalah korban karena agresi Israel. Baik di Tepi Barat, Yerusalem, maupun di Gaza. "Tapi keluarga saya tinggal di Tepi Barat, selamat dari serangan itu."
"Kita bisa melihat semua orang Palestina mengalami kesulitan dalam bergerak. Ada ribuan pos pemeriksaan yang mengontrol semua jalan, ke mana pun perginya, dari kota ke kota atau desa. Ini adalah situasi yang diderita orang-orang Palestina karena pendudukan Israel," ucapnya lagi.
Atas dasar itulah, Dubes Zuhair menyatakan bahwa rakyat Palestina tak gentar melawan Israel. Demi kemerdekaan dan hak-hak mereka.
"Itulah mengapa Anda berjuang untuk mengakhiri pendudukan untuk menjadi mandiri, untuk bebas, seperti setiap orang bebas di dunia ini," tukas Dubes Zuhair.
Advertisement