HEADLINE: Jaringan Internet 5G Masuk Indonesia, Apa Kecanggihan dan Kekurangannya?

Layanan internet 5G baru saja hadir di Indonesia secara komersial. Apa saja kecanggihan yang ditawarkan dan bagaimana cakupannya ke depan?

oleh IskandarAgustinus Mario Damar diperbarui 31 Mei 2021, 13:31 WIB
Ilustrasi internet 5G. Justin Tallis/AFP

Liputan6.com, Jakarta - Kamis 27 Mei 2021 jadi hari bersejarah bagi dunia teknologi Tanah Air. Hari itu merupakan tanggal kelahiran internet 5G di Indonesia.

Telkomsel menjadi operator seluler pertama di Tanah Air yang menggelar layanan 5G secara komersial dengan jaringan frekuensi 2,3GHz. Menurut Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro, peluncuran 5G menandai upaya perusahaan untuk menjadi operator terdepan sekaligus memberikan layanan terbaik bagi masyarakat.

"Dengan memberikan layanan 5G, kami bisa menumbuhkan talenta digital dan digitalpreuner di Indonesia, sekaligus membuat competitiveness Indonesia semakin baik," kata Setyanto saat acara peluncuran layanan 5G Telkomsel.

Selain Telkomsel, operator seluler yang digadang-gadang siap merilis layanan 5G secara komersial adalah Smartfren. Seperti Telkomsel, Smartfren juga menjadi pemenang lelang frekuensi 2,3GHz untuk jaringan 5G yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) beberapa waktu lalu.

Menurut Presiden Direktur Smartfren, Merza Fachys, perusahaan sebenarnya sudah sangat siap untuk menggelar 5G. Namun saat ini masih melakukan kajian, baik secara ekosistem maupun implementasi.

"Kajian dilakukan untuk memastikan penggelaran 5G akan tepat guna, serta memberikan manfaat besar bagi masyarakat maupun industri," ujar Merza saat dihubungi Tekno Liputan6.com, Jumat (28/5/2021).

Kajian yang dilakukan Smartfren, ungkapnya, sekaligus dalam rangka mewujudkan 5G yang mumpuni guna memfasilitasi berbagai aktivitas masyarakat. "Mulai dari belajar hingga bekerja, termasuk kegiatan yang mission critical, seperti kesehatan hingga manufaktur."

Saat ini cakupan internet 5G masih sangat terbatas. Pun demikian, Telkomsel mengklaim akan memperluasnya ke wilayah lain secara bertahap. Selain itu, pengguna yang ingin menikmati internet 5G juga harus memiliki perangkat yang kompatibel.

Meski masih ada kekurangan atau keterbatasan dari sisi layanan, jika frekuensi yang tersedia sudah benar-benar ideal, internet 5G menjanjikan kecepatan yang jauh lebih ngebut ketimbang internet 4G LTE.

Director Network Telkomsel Nugroho mengatakan, dengan kemampuan yang dimiliki perusahaan, 5G menawarkan pengalaman baru dalam konektivitas.

"Koneksi data 5G itu 10 hingga 20 kali lipat lebih cepat dari 4G dan ultra low latency yang memiliki kemampuan 10 kali lipat lebih dari 4G dengan latency data sekitar 1ms," tuturnya.

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)

Selain itu, jelas Nugroho, berdasarkan riset yang dilakukan Qualcomm, 5G membawa dampak ekonomi yang besar. Dari studi, 5G disebut mampu mendorong ekonomi global hingga USD 13,1 triliun pada 2035.

Tidak hanya itu, 5G juga diprediksi mampu menghasilkan sekitar 22,8 juta pekerjaan baru pada 2035. Pemanfaatan 5G pun berimbas pada beragam industri, seperti transportasi, penambangan, properti, hingga prosedur medis.

Nugroho mengungkap, beberapa kasus nyata untuk pemanfaatan 5G adalah kontrol industri jarak jauh, mobil otonomos, smart home jarak jauh, operasi tanpa sentuhan, hingga penambangan jarak jauh. Namun untuk saat ini, layanan 5G yang digelar Telkomsel memang belum ideal karena ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut.

Faktor Pertama, menurut Nugroho, spektrum yang digunakan Telkomsel masih jauh dari ideal. Kedua, perangkat yang mendukung 5G di frekuensi 2,3GHz masih terbatas. Selain itu, infrastruktur yang digunakan masih non-standalone. Karenanya, ia mengatakan ke depan Telkomsel juga ingin memanfaatkan jaringan standalone.

"Kenapa kami baru mengimplementasikan 5G non-standalone, karena kami ingin menghadirkan 5G secara cepat. Jadi, mimpi yang ditawarkan 5G ini bisa terwujud dan dirasakan masyarakat Indonesia," tuturnya.

Nugroho menjelaskan, Telkomsel juga akan terus menggelar jaringan 5G sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dia pun menyatakan komitmen layanan 5G Telkomsel akan mendukung gelaran PON dan MotoGP di Indonesia. 

Sementara menurut Open Signal, perusahaan swasta yang mengkhususkan diri dalam pemetaan cakupan nirkabel, kecepatan tertinggi dari internet 5G di Amerika Serikat (AS) saat dipakai mengunduh file adalah 1,8Gbps.

Sedangkan saat 4G LTE dipakai untuk mengunduh file, kecepatan tertingginya 678Mbps. Dengan begitu, kecepatan unduh internet 5G adalah sekitar 2,7 kali lebiih cepat ketimbang 4G LTE.

Akan tetapi, hal ini dipengaruhi penggunaan spektrum gelombang milimeter (millimeter wave) yang memiliki frekuensi ultra-tinggi (sekitar 30GHz ke atas), sehingga memungkinkan peningkatan bandwidth yang sangat besar.

Sayangnya, kecepatan itu hanya dirasakan oleh pengguna 5G di AS. Sebab, di negara lain seperti Swiss dan Korea Selatan, kecepatan tertinggi 5G saat dipakai untuk mengunduh file adalah 1.1Gbps.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


PR Pemerintah dan Perlunya Pengembangan Ekosistem

Ilustrasi jaringan 5G. (Doc: Cobham)

Pengamat telekomunikasi Heru Sutadi menilai, layanan 5G bukan hanya pemenuhan akselerasi transformasi digital, tapi jauh lebih bermanfaat lagi. Kehadiran layanan 5G Telkomsel membuktikan kepada dunia luar, Indonesia tidak tertinggal dalam urusan teknologi baru.

"Dimulainya layanan 5G oleh Telkomsel, bukan hanya merupakan pemenuhan akselerasi transformasi digital sesuai arahan Presiden Joko Widodo, tetapi juga menunjukkan bahwa dalam kondisi pandemi, Indonesia tetap menjadi bangsa tangguh. Indonesia tidak ketinggalan dalam mengadopsi teknologi terbaru," kata Heru.

Sementara pengamat dari Indotelko Forum, Doni Ismanto, mengatakan bahwa kapasitas frekuensi menjadi PR pemerintah untuk segera dituntaskan. Apalagi, asosiasi yang mewadahi kepentingan operator telekomunikasi di seluruh dunia, GSMA, sudah meminta 6GHz juga didedikasikan untuk 5G.

Artinya jika frekuensi yang tersedia benar-benar ideal, baru bisa dituntut yang maksimal dari operator seluler. "Sekarang kita harus hargai kerja keras operator seperti Telkomsel yang mencoba menghadirkan 5G dengan segala keterbatasan di sisi frekuensi," ujar Doni.

Heru menambahkan, upaya Telkomsel juga diharapkan bisa menggerakkan ekonomi bangsa. Terutama, menurut Heru, dari sisi UMKM serta menjawab tantangan WFH, PJJ, dan apa pun yang kini banyak dilakukan di rumah karena sasaran pertama komersial adalah residensial.

"Sebagai tahap awal, tentu pembangunan di tahun pertama hanya sekitar 2-3 provinsi, kemudian nanti terus berkembang karena tidak tertutup kemungkinan akan digelar di Ibu Kota Negara baru, kemudian wilayah dan kota dengan permintaan tinggi," ucapnya menambahkan.

Menurut Heru, sejalan dengan implementasi 5G, perlu juga dikembangkan ekosistemnya, karena paling utama adalah yang mendukung Industri 4.0 seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan, virtual reality (VR), augmented reality (AR) hingga blockchain.


Menkominfo Minta Operator Siapkan Roadmap yang Matang

Menkominfo Johnny G Plate menghadiri peluncuran layanan 5G Telkomsel di Telkom Hub, Jakarta, Kamis (27/5/2021). Liputan6.com/Agustinus Mario Damar

Dalam kesempatan berbeda, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkomifo), Johnny G. Plate, memaparkan potensi komersialisasi 5G yang besar bisa meningkatkan efisiensi di level pelanggan.

Untuk itu, ia menilai penyelenggara layanan telekomunikasi atau operator seluler perlu menyiapkan peta jalan (roadmap) yang memadai terkait 5G.

"Efisiensi bagi pelanggan tidak saja secara komersial tapi juga dari sisi teknologi, karena kecepatan dan manfaatnya begitu banyak. Mulai dari gaming, VR, dan lain sebagainya yang bisa digunakan," ujar Johnny.

Ia menyebut implementasi operasi komersial membutuhkan kerja sama ekosistem, baik kementerian, lembaga, pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota hingga pemerintah desa.

"Ekosistem industri juga harus disiapkan untuk memastikan pembangunan teknologi 5G berlangsung lancar. Jangan lupa untuk menyiapkan roadmap yang memadai, karena tidak mudah juga untuk menempatkan microcell di kota besar," tuturnya.

Menurut Johnny, penyelenggara telekomunikasi atau operator seluler perlu menyiapkan cara yang cerdas dalam menggelar infrastruktur untuk mendukung implementasi 5G.

"Gunakan cara-cara tegas, langkah-langkah cerdas, komunikasi yang efektif agar memudahkan kita men-deploy setiap kebutuhan penggelaran ICT infrastruktur untuk mendukung 5G deployment," pintanya.

Di sisi lain, menurut Menkominfo, Presiden Joko Widodo sering menyampaikan kepada masyarakat bahwa pemerintah akan membangun ibu kota negara baru berbasis teknologi 5G. Johnny menegaskan hal itu sebagai peluang besar.

"Itu peluang, itu kesempatan yang luar biasa. Indonesia mempunyai pasar domestik yang besar," tandasnya.


Cakupan Layanan 5G

Peluncuran layanan 5G Telkomsel. Liputan6.com/Agustinus Mario Damar

Soal cakupan, layanan 5G saat ini memang masih belum meluas. Sebagai permulaan, layanan 5G Telkomsel baru akan tersedia di beberapa wilayah, khususnya di daerah residensial.

Lantas, wilayah mana saja yang tercakup dengan layanan 5G Telkomsel?

Director Network Telkomsel, Nugroho, menuturkan cakupan 5G saat ini baru hadir di Alam Sutera, BSD, Kelapa Gading, PIK, Pondok Indah, dan Widya Chandra.

Adapun keenam wilayah itu dipilih karena dianggap potensial untuk menggelar layanan 5G lebih dulu.

"Ke depannya kami juga akan menggelar jaringan 5G sesuai kebutuhan masyarakat," tuturnya.

Selain keenam wilayah itu, Telkomsel juga berencana untuk mengadakan 5G di wilayah lain secara bertahap.

Adapun wilayah lain yang tercakup layanan 5G Telkomsel adalah GraPARI Bandara Soekarno Hatta, GraPARI Pemuda Surabaya, GraPARI Pettarani Makassar, GraPARI Renon Bali, GraPARI Batam Center, GraPARI Telkom Group Medan, GraPARI Solo, Kantor Balai Kota Solo, GraPARI Balikpapan, Telkom University (Bandung) dan Institut Teknologi Bandung. 

 


Cara Menikmati Jaringan 5G

Ilustrasi Foto Jaringan Telpon Seluler atau HP 4G dan 5G. (iSrockphoto)

Direktur Utama Telkomsel, Setyanto Hantoro, menjelaskan bahwa untuk menggunakan jaringan 5G Telkomsel, pengguna tak perlu mengganti kartu SIM baru karena masih bisa dipakai dengan kartu SIM 4G.

"Untuk saat ini, jaringan 5G tidak perlu mengganti kartu SIM, asalkan sudah 4G," kata Setyanto dalam konferensi pers yang berlangsung secara virtual.

Pun demikian, pengguna harus menggunakan smartphone yang sudah kompatibel dengan jaringan 5G Telkomsel atau di rentang pita frekuensi N40 (2.300-2.400 MHz).

Lalu, yang tak kalah penting adalah kamu harus berada di sejumlah wilayah residensial yang disebutkan di atas.

Setyanto mengungkapkan, ketersediaan layanan 5G Telkonsel sengaja tidak digelar secara serentak di semua kota karena alasan pertimbangan aspek manfaat dan ekonomi.

Adapun untuk smartphone yang mendukung jaringan 5G Telkomsel di frekuensi 2.300MHz di Indonesia, beberapa di antaranya adalah Oppo Reno 5, Huawei Mate 40, Vivo X60, dan Vivo X60 Pro.

Telkomsel juga terus memperluas kerja sama dengan sejumlah mira perangkat, termasuk Apple dan Samsung. Pada tahap awal ini, perangkat tersebut memang tidak langsung terhubung dengan layanan Telkomsel 5G.

Untuk itu, masing-masing produsen smartphone akan melakukan proses penyesuaian software agar tiap perangkat dapat terhubung dengan layanan 5G dari Telkomsel.


Mitos dan Fakta 5G

Ilustrasi 5G. Dok: apnews.com

Meski banyak dampak positifnya, kemunculan 5G tidak serta merta diterima begitu saja oleh masyarakat. Seperti halnya teknologi baru pada umumnya, banyak dari masyarakat yang belum paham sepenuhnya tentang 5G, namun sudah mendengar berbagai macam mitos yang beredar yang belum terbukti kebenarannya.

Telkomsel pun meluruskan berbagai kabar yang beredar seputar 5G, berikut faktanya:

1. Apakah hadirnya 5G akan mempengaruhi kecepatan 4G?

Tidak. Pada saat perangkat pengguna tersambung dengan jaringan 5G maka pengguna akan mendapatkan koneksi yang cepat dari 5G. Namun, begitu pengguna sudah tidak berada dalam jangkauan coverage 5G, maka nantinya koneksi akan dialihkan ke jaringan yang berada dalam coverage di wilayah tersebut, 4G misalnya. Tergantung dari ketersediaan jaringan di wilayah tersebut. Dalam kondisi tersebut, tentunya experience pelanggan dalam hal kecepatan akses data tidak akan sebaik jaringan 5G.

2. Bagaimana dengan kestabilan jaringan 5G, terutama saat hujan?

Teknologi 5G dapat beroperasi menggunakan frekuensi rendah, menengah, dan tinggi. Jika berbicara mengenai frekuensi tinggi, maka memang benar ada sensitivitas terkait hujan, bahkan blocking dari dahan pohon pun berpengaruh.

Hanya saja, penggunaan frekuensi tinggi ini jarang sekali dipakai. Frekuensi tinggi biasanya digunakan untuk mengakomodir kebutuhan kapasitas di wilayah tertentu. Penggunaan frekuensi yang tinggi juga memiliki kelemahan berupa jangkauan yang tidak luas. Sebagian besar dari jaringan 5G yang diimplementasi secara global saat ini menggunakan frekuensi menengah yang kestabilannya relatif tidak terpengaruh oleh hujan.

3. Apakah teknologi 5G bisa meningkatkan kualitas bermain mobile game? Berapa ping/ms 5G?

Tentu saja. Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh 5G dibanding generasi sebelumnya adalah latensi (waktu akses layanan data) yang amat sangat rendah yang akan memberikan respon dan feedback dari pengalaman bermain game ke tingkat yang lebih tinggi. Sebagai perbandingan, 5G mampu menyuguhkan latensi 10 kali lebih rendah dari 4G atau dengan kata lain hingga 1ms.

Jadi, untuk ping/ms ini memang belum ada parameter atau angka pasti. Selain jaringan, ping/ms juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah server dari third-party atau penyedia layanan game itu sendiri.

4. Apakah penggunaan jaringan 5G bisa bikin boros kuota data?

Bisa iya, bisa juga tidak. Hal ini sangat bergantung pada kebijakan pemakaian pengguna. Teknologi 5G menghadirkan pengalaman yang lebih tinggi dibanding generasi sebelumnya dengan menyuguhkan koneksi data yang cepat. Semakin cepat koneksi data, akumulasi data yang dikonsumsi bisa lebih besar.

Ada beberapa tips yang dapat dicoba oleh pengguna jika tidak ingin boros kuota, antara lain seperti men-setting kualitas video streaming dari yang tadinya Full HD menjadi standar, penyesuaian kualitas grafis di dalam game, hingga mematikan background data setelah pemakaian aplikasi.

5. Apakah penggunaan jaringan 5G bisa bikin boros baterai smartphone?

Untuk saat ini tidak ada use case yang menyebut bahwa jaringan 5G bisa membuat baterai smartphone menjadi boros. Namun, ketika pengguna berada di wilayah yang minim sinyal atau jaringan, maka transmitter smartphone akan bekerja ekstra keras menangkap sinyal, sehingga akan mengonsumsi baterai.

Agar baterai smartphone tidak boros, pengguna disarankan agar tidak melakukan setting jaringan di 5G Only atau LTE Only. Di samping itu, smartphone 5G yang sudah tersedia di pasar umumnya sudah dilengkapi dengan baterai berkapasitas besar dan juga teknologi pengisian daya cepat (fast charging). Jadi, kamu tidak perlu khawatir lagi soal baterai.

6. Apakah dengan mengaktifkan sinyal 5G kita bisa mengetahui posisi orang lain?

Tidak. Kamu hanya bisa melihat posisi orang lain kalau orang tersebut membagikan posisinya ke kamu melalui aplikasi, seperti share location atau tergantung bagaimana kamu mengizinkan sebuah aplikasi untuk mengetahui lokasi pengguna.

7. Apakah teknologi 5G bisa mengganggu kesehatan?

Tidak. Sama seperti teknologi generasi sebelumnya, 5G beroperasi menggunakan gelombang radio yang juga dikenal radiofrequency electromagnetic fields (EMF). Gelombang ini pun sama seperti yang dipakai pada televisi dan radio selama ini. Dalam situsnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa hingga saat ini tidak ada penelitian yang menyebut adanya paparan frekuensi radio yang dipakai 5G bisa membahayakan tubuh manusia.

8. Apakah benar jika teknologi 5G membawa tegangan/radiasi tinggi? Apakah aman bagi kesehatan?

Tidak. Frekuensi operasional dari seluler, televisi, dan radio termasuk dalam spektrum elektromagnetik rendah dengan tingkat radiasi tidak berbahaya (non-ionisasi). Hal ini berbeda dengan radiasi yang ditimbulkan dari sinar X-ray, sinar gamma, dan sinar ultraviolet (UV) yang termasuk dalam jenis radiasi pengion. Jenis radiasi ini justru sangat berbahaya dan memiliki energi yang cukup untuk merusak DNA yang berpotensi menyebabkan kanker.

Selain itu informasi yang menyebutkan bahwa 5G memancarkan radiasi yang dapat menyebabkan sistem imun seseorang melemah sehingga mudah terserang penyakit juga tidak benar, lho.

9. Apakah teknologi 5G menjadi penyebab COVID-19?

Tidak. 5G tidak menyebarkan virus Corona dan tidak menyebabkan Covid-19. Ini termasuk ke dalam mitos 5G terkait risiko kesehatan yang marak beredar di internet yang dikait-kaitkan antara peluncuran 5G yang berdekatan dengan penyebaran Covid-19. Singkatnya, virus Corona menyebar melalui tetesan kecil (droplets) yang menginfeksi saluran pernapasan. Sebuah virus tidak dapat menyebar melalui gelombang radio.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya