Sekolah Lycee Francais Libatkan Orangtua Murid Memasang Imbauan Protokol Kesehatan

Di sekolah Lycee Francais De Jakarta, orangtua siswa ikut memasang imbauan protokol kesehatan COVID-19.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 29 Mei 2021, 10:00 WIB
Suasana kegiatan belajar dengan metode blended learning (sistem pembelajaran campuran) di Lycee Francais De Jakarta, Jakarta, Jumat (28/5/2021). Sekolah ini menerapkan sistem pembelajaran tatap muka dengan daring agar ruang kelas hanya diisi 50 persen kapasitas siswa. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Di sekolah Lycee Francais De Jakarta, orangtua siswa ikut serta memasang imbauan protokol kesehatan COVID-19. Imbauan protokol kesehatan berisi kepatuhan 3M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak) yang berupa poster juga stiker.

Keterlibatan orangtua siswa, kata Communication Manager Lycee Francais De Jakarta Patrick Blot, sekolah berupaya keras menerapkan protokol kesehatan demi mencegah penularan virus Corona. Bahwa uji belajar tatap muka yang tengah berlangsung, protokol kesehatan tetap diutamakan.

Terlebih lagi dalam upaya pembukaan belajar tatap muka, keputusan orangtua siswa turut diminta pandangan. Pihak Lycee Francais De Jakarta menampung segala saran dari orangtua siswa, sehingga keputusan atau kebijakan yang dikeluarkan dapat terwakilkan.

"Di sini, ada banyak representatif  atau perwakilan orangtua siswa yang dibentuk. Agar semua keputusan yang memang mau kami buat dapat mewakili suara orangtua juga. Jadi, kami tampung juga saran dari orangtua siswa, perwakilan siswa dan komite sekolah untuk mengeluarkan keputusan," jelas Patrick saat diwawancarai Health Liputan6.com di Lycee Francais De Jakarta, yang berlokasi di bilangan Cipete, Jakarta Selatan, Jumat (28/5/2021).

"Termasuk pembukaan sekolah tatap muka. Bahkan orangtua siswa juga ikut membantu memasang imbauan protokol kesehatan. Contohnya, ini tempelan stiker penunjuk arah dan jarak. Ada juga poster, itu yang menempel semua ya orangtua siswa ikut bantu. Istilahnya, mereka jadi volunter."

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:


Mesin Cuci Tangan Gunakan Pijakan Kaki

Siswa mencuci tangan sebelum memasuki ruang kelas di Lycee Francais De Jakarta, Jakarta, Jumat (28/5/2021). Sekolah ini menerapkan sistem pembelajaran campuran (blended learning) antara tatap muka dengan daring agar ruang kelas hanya diisi 50 persen kapasitas siswa. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Penerapan protokol kesehatan sudah diputuskan oleh komite sekolah bersama orangtua siswa tapi seiring implementasinya mendapat masukan dari pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Kemendikbud Ristek) serta Kementerian Kesehatan.

"Seiring pengaplikasikannya, kami dapat masukan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga  Kementerian Kesehatan. Kami tambahkan yang perlu ditambahkan, lalu mengurangi yang perlu dikurangi. Semakin ke sini ya kami semakin beradaptasi dengan peraturan sesuai kebutuhan," terang Patrick Blot.

"Salah sat contoh, awalnya kan di depan kelas atau ruangan hanya menyimpan gel handsanitizer gitu ya. Kemudian Kemendikbud bilang harus mesin cuci tangan yang pakai kaki (pijakan kaki). Itu kami adaptasikan."

Selang beberapa minggu, mesin cuci tangan menggunakan pijakana kaki dipasang di depan kelas. "Jadi, di depan kelas ada mesin cuci tangan, tidak hanya tersedia gel handsanitizer," lanjut Patrick.

Saran lain yang diberikan Kemendikbud dan Kemenkes, yakni para staf dan guru juga harus mengikuti panduan protokol kesehatan. Tujuannya, mereka bisa lebih peduli terhadap protokol kesehatan.

Kata Patrick, "Intinya, protokol kesehatan itu penting. Tidak hanya bagi siswa dan orangtua, melainkan seluruh pegawai. Dan bisa menunjukkan, anak safe (aman dari COVID-19) di sekolah."


Infografis 3 Keajaiban Cuci Tangan Saat Pandemi Covid-19

Infografis 3 Keajaiban Cuci Tangan Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya