Hari Lanjut Usia Nasional, Sayangi Orangtua dengan Memastikan Mereka Divaksinasi COVID-19

Salah satu upaya untuk menjaga para lansia di masa pandemi adalah dengan memastikan mereka mendapatkan vaksinasi COVID-19.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 29 Mei 2021, 16:06 WIB
Lansia menghadiri kegiatan Sentra Vaksinasi Bersama COVID-19, Jakarta, Senin (15/3/2021). Kementerian BUMN menggelar Sentra Vaksinasi Bersama COVID-19 bagi lansia untuk mendorong percepatan program vaksinasi nasional demi mencapai target satu juta vaksin per bulan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Setiap tanggal 29 Mei diperingati sebagai Hari Lanjut Usia Nasional 2021. Salah satu upaya untuk menjaga dan menyatangi para lansia di masa pandemi adalah dengan memastikan mereka mendapatkan vaksinasi COVID-19.

Vaksinasi saat ini merupakan cara menghindari COVID-19 selain menerapkan protokol kesehatan. Tidak alasan untuk tidak divaksin. Ada ratusan juta orang di seluruh dunia yang telah divaksin dan sejauh ini hampir semua baik-baik saja.

"Tidak ada yang lain. Vaksinasi mengurangi risiko, dan kalaupun masih tertular, prosespenyembuhannya akan lebih baik dibanding dengan yang belum divaksinasi," kata Eka yang ayahnya meninggal karena terinfeksi COVID-19 pada usia 85 tahun.

Orang lansia merupakan kelompok rentan bila terkena COVID-19. Angka kematian pada lansia usia 60 tahun ke atas akibat COVID-19 mencapai 49,4 persen. Persentase tersebut yang tertinggi di antara kelompok usia lainnya.

Juru Bicara (Jubir) Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmitomengatakan, pihaknya juga mencatat untuk kelompok usia 46-59 tahun mencapai 35,5 persen,usia 31-45 tahun sebanyak 11,2 persen, sisanya berasal dari kelompok usia 30 tahun kebawah.

Hal senada disampaikan Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiolog Indonesia (PAEI) Masdalina Pane bahwa lansia merupakan kelompok rentan (vulnerable), sama seperti bayi dan anak-anak. Lansia memiliki daya tahan tubuh mereka lebih rendah dibandingkan dewasa muda, jika terinfeksi, mereka lebih berat menghadapinya.

Belum lagi lansia sebagian besar memiliki komorbid, penyakit degeneratif yang diderita lansia karena penuaan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kematian lansia karena COVID-19.

Mekanisme pertahanan diri pada lansia turun sangat jauh dibandingkan kelompok usia muda, jadi lebih banyak harus diberi dukungan dari luar untuk bertahan. Misalnya obat dan suplemen. "Dan, tentu saja vaksinasi dan protokol kesehatan juga harus jalan," kata Masdalina.

 


Alasan Cakupan Vaksinasi COVID-19 Lansia Masih Rendah

Vaksinasi lansia di Surabaya. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementeria KesehataNMaxi Reni Rondonuwumenyebut salah satu hal kendala masih rendahnya cakupan vaksinasi bagi lansia adalah akses ke lokasi vaksinasi. Dengan fisik yang sudah mulai menurun, lansiamembutuhkan tempat vaksinasi yang mudah dekat dan mudah dijangkau.

Lalu, tidak semua sasaran vaksinasi memiliki kondisi sosial maupun ekonomi yang sama seperti lokasi vaksinasi yang jauh, ketiadaan pendamping, akses transportasi yang sulit dll. Hal inilah yang kemudian menghambat para lansia untuk mengikuti vaksinasi.

Daerah perlu melakukan gerakan bersama yang jauh lebih masif denganmelibatkan stakeholder terkait agar semakin banyak lansia yang divaksinasi. Termasukmenciptakan model baru vaksinasi yang mudah, aman dan nyaman.

“Kami membuat kebijakan, satu pendamping yang membawa dua lansia akan ikut disuntikvaksin. Mudah-mudahan daerah juga akan diimplementasikan. Karena ada 456 kabupaten/kota yang cakupan vaksinasi lansia masih di bawah 25 persen. Saya kira daerah perlu mencontoh DKI Jakarta, yang camat maupun lurah ikut terlibat untuk memobilisasi lansia,” kata Maxi.

 


Tenang, Lansia Aman Disuntik Vaksin COVID-19

Vaksinasi Covid-19 lansia di Surabaya. (Dian Kurniawan/liputan6.com)

Terkait efek samping vaksin COVID-19, Ketua ITAGI Sri Rezeki Hadinegoro menekankan kepada masyarakat agar tidak perlu khawatir atau takut. Sejauh pelaksanaan vaksinasi COVID-19, kelompok lansia justru memiliki Kejadian IkutanPasca Imunisasi (KIPI) yang sangat rendah.

Gejala yang dialami pasca penyuntikan sifatnyaringan dan mudah diatasi, sehingga para anak diimbau untuk tidak perlu khawatir, manfaat vaksinasi jauh lebih besar dibandingkan risikonya.

“Efek samping kedua vaksin ini (Sinovac dan AstraZeneca) cukup ringan, tidak ada yang masuk RS atau sampai meninggal. KIPI pada lansia ini justru sangat sangat sedikit dibandingkan yang dewasa/muda,” kata Sri Rezeki.

Hal yang disayangkan bila anggota keluarga melarang lansia divaksin "Karena ternyata (keluarga) memperoleh informasi yang kurang tepat atau pihak yang tidakberwenang terkait imunisasi atau vaksinasi," kata Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Hindra Irawan Satari.

Sebagai lansia, Hindra menyatakan, dirinya telah divaksinasi dua kali. Padahal ia memiliki gangguan irama jantung, penderita hipertensi, kolesterol juga sempat tinggi, dan begitu juga asam urat.

"Alhamdulillah sehat, saya sudah dua kali divaksinasi jadi jangan ragu-ragu," kata profesor yang saat ini berumur 66 tahun tersebut.

Meski memiliki komorbid atau penyakit penyerta, lansia tetap bisa divaksin.Karena tentu, divaksin lebih baik daripada tidak divaksin.

"Jika ada KIPI (Kejadian Ikutan PascaImunisasi) mudah-mudahan sifatnya ringan dan dapat ditolerir namun manfaat vaksinasi jauhlebih besar maka sama-sama kita divaksin," ujarnya lagi.

 


Infografis 4 Manfaat Penting Vaksinasi Covid-19.

Infografis 4 Manfaat Penting Vaksinasi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya