Liputan6.com, Singkawang - Imam Maksum nama lengkapnya. Pemuda berusia 23 tahun ini adalah warga Kelurahan Sedau, Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat. Kepada Liputan6.com, dia bercerita perihal potensi wisata di kampungnya. Salah satunya adalah Batu Burung.
“Kalau pagi, kayak surga di tempat kami. Susah sekali membedakan antara pagi dan petang jelang malam saat matahahari terbit dan tenggelam, jingga,” katanya, MInggu (30/5/2021).
Baca Juga
Advertisement
Dia bercerita, sebelum dikenal sebagai Pantai Batu Burung, meruntut sejarah, masyarakat sekitar lebih kenal dengan nama Pantai Teluk Mak Jantu atau Pantai Teluk Karang. Karena pantai ini persis berada di teluk yang istilahnya lautan yang menjorok ke daratan.
Saat pandemi COVID-19 warga yang berkunjung tetap patuh protokol kesehatan, yakni mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak. Saling mengingatkan satu sama lain akan protokol kesehatan menjadi keharusan.
“Intinya kami di sini, saling jaga dan memberitahu soal protokol kesehatan di masa pandemi ini. Pada swafoto di sini dan mengunggahnya di sosial media mereka. Soalnya kan pada saat matahari tenggelam, mereka suka,” ucap pria penyuka fotografi dan professional areal foto udara (drone) ini.
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Ironi
Namun begitu, dia resah. Permasalahanya adalah pendahnya pendapatan warga di Teluk Karang, Kelurahan Sedau, khususnya warga RT 039 RW 007.
“Sebagai masyarakat yang tinggal di pesisir ini, warga Teluk Karang tidak bisa berharap banyak dengan hasil melaut. Hasil tangkap ikan yang rendah membuat propesi nelayan di Teluk Karang makin tahun semakin menyusut,” ucapnya.
Dia berharap pemerintah memperhatikan warga pesisir pantai utara itu. "Kami tetap bertahan di tengah pandemi. Kami bertani cocok tanam di darat. Menanam sayur mayur, ternak ayam, nanam padi, tenak ikan nila,” kata Imam Maksum.
Kota Singkawang terletak di sebelah utara Kota Pontianak, ibu kota provinsi Kalimantan Barat. Memerlukan perjalanan darat selama 3-4 jam untuk sampai ke kota yang akrab disebut kota Seribu Kelenteng ini.
“Jika perjalanan menggunakan sepeda motor, dari Kota Pontianak ketika matahari mulai tenggelam. Teluk Mak Jantu yang terletak di wilayah Kelurahan Sedau adalah tempat saya. Keindahan alam yang ada di kampung Teluk Karang berupa pantai pasir putih dan batu karang yang ada di tepian pantai. Selain itu ada perbukitan yang mengelilinginya,” kata dia.
Advertisement
Pesona Sunrise dan Sunset di Kampung Teluk Karang
Dia bercerita, ketika matahari terbit pesona di pantai ini sangat indah. Begitu pula ketika matahari tenggelam, sunset di pantai ini juga memiliki pesona yang begitu indah. Ketika air laut surut maka hamparan pasir putih menjadi daya tarik, batu karang yang ada di pesisir semakin kelihatan.
“Mayarakatnya berprofesi sebagai nelayan. Namun karenahasil tangkap ikan yang makin tahun semakin menyusut, tidak sedikit yang meninggalkan profesi ini. Banyak faktor yang mengakibatkan hasil tangkap ikan warga menurun, selain faktor iklim, faktor kerusakan lingkungan juga memberi andil,” kata pria lulusan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN Pontianak Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam konsentrasi jurnalistik ini.
Sebagai daerah pesisir pantai, Teluk Karang punya potensi wisata. Ini dapat terlihat dari beberapa tahun belakangan. Sejak dikelolanya salah satu ikon di pantai ini yakni batu burung, oleh perorangan secara swadaya, pantai ini ramai dikunjungi.
Pantai Batu Burung menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Ini karena, setiap akhir pekan pantai ini selalu ramai dikunjungi. Banyak yang datang sekadar untuk melihat indahnya pantai, ada juga yang mejadikan batu burung sebagai spot foto.
Batu burung yang dimaksud adalah gugusan batu karang yang berkuran besar. Ada jembatan sepanjang kurang lebih 150 meter dari bibir pantai ke batu yang relatif besar ini. Lebar jembatan sekitar 2 meter ini cukup dilalui untuk berjalan kaki.
“Ini aset luar biasa. Dan tentunya, saya berdoa semoga pandemi berakhir. Dan usaha warga berjalan seperti biasanya,” ucap Imam Maksum.