Mengapa Kebersihan dan Kesehatan Menstruasi Tidak Hanya Urusan Kaum Perempuan?

Akhirnya, berbagai upaya ini dilakukan untuk mematahkan stigma tentang menstruasi.

oleh Asnida Riani diperbarui 01 Jun 2021, 02:02 WIB
Ilustrasi menstruasi. (Photo by Annika Gordon on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Kotor dan memalukan, kesan itulah yang sayangnya masih melekat dengan menstruasi. Padahal, menurut catatan Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) dalam keterangan resmi pada Liputan6.com, baru-baru ini, terdapat lebih 300 juta perempuan dewasa dan anak perempuan di seluruh dunia yang menstruasi di saat yang sama.

Kendati hanya dialami perempuan, menstruasi tidak terbatas hanya urusan kaum hawa saja. Di Indonesia, hanya 25 persen anak dan remaja perempuan usia 10--24 tahun yang memahami keadaan biologis itu sebelum mendapat menstruasi pertama mereka.

Kemudian, satu dari enam peserta didik perempuan memilih absen ketika menstruasi karena merasa terbatasnya fasilitas sanitasi di sekolah, ditambah kurangnya pengetahuan tentang manajemen kebersihan menstruasi. Fenomena ini mendorong adanya Hari Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) Sedunia yang jatuh setiap 28 Mei.

Hari MKM bertujuan menghentikan tabu seputar menstruasi, sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya MKM bagi perempuan. Tahun ini, Plan Indonesia bersama mitra dampingan mengadakan lomba membuat video dan menulis surat tentang MKM.

Pesertanya adalah peserta didik kelas 4--6 SD/MI dan kelas 7--9 SMP/MTS di Kabupaten Malaka, Belu, dan Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), serta Kabupaten Lombok Tengah, Sumbawa, dan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang suratnya ditujukan kepada wali kota maupun bupati di wilayah masing-masing.

Lomba ini bertujuan mendorong anak dan kaum muda, terutama perempuan, memiliki keberanian dan kepercayaan diri menyuarakan gagasannya secara strategis pada pembuat kebijakan tentang isu yang penting bagi mereka, yang dalam konteks ini MKM.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ketersediaan Toilet Anak Perempuan dan Laki-Laki Secara Terpisah

Ilustrasi menstruasi. (Foto: Unsplash.com/Timothy Meinberg).

Tepat pada hari perayaan MKM, Plan Indonesia juga menggelar seminar daring yang menyasar para pendidik sebaya dampingan pihaknya, organisasi kaum muda, perangkat sekolah, dan mitra pemerintah. Rangkaian kegiatan ini bertujuan menyediakan ruang bagi anak dan kaum muda untuk memperoleh edukasi, serta mengadvokasi terkait sanitasi untuk perempuan.

"Anak perempuan menghadapi berbagai tantangan saat menstruasi dengan minimnya fasilitas MKM. Misalnya, belum banyak tersedia toilet umum yang terpisah bagi anak perempuan dan laki-laki untuk memastikan anak perempuan dapat nyaman menjaga kebersihan menstruasinya," kata Dini Widiastuti, Direktur Eksekutif Plan Indonesia.

"Selain itu, anak perempuan yang menstruasi masih menghadapi persepsi tabu sehingga malu jika ada teman laki-laki yang mengetahuinya sedang menstruasi. Karenanya, penting untuk memastikan adanya informasi dan fasilitas MKM yang memadai bagi anak perempuan, juga upaya edukasi pada anak laki-laki," imbuhnya.

Menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2020, 47 persen SD di Indonesia tidak memiliki toilet terpisah untuk anak perempuan dan laki-laki. Hasil analisis Data Pokok Pendidikan(Dapodik) tahun 2017 menyatakan bahwa 12 persen atau sekitar 25.835 sekolah di Indonesia tidak memiliki jamban dan rasio jamban yang secara proporsional untuk laki-laki dan perempuan.

Selama pandemi COVID-19, ketimpangan akses informasi dan layanan terkait MKM semakin besar dialami anak-anak dan kaum muda, terutama perempuan. Misal, harga pembalut jadi semakin mahal, anak-anak semakin sulit keluar rumah untuk membeli pembalut, serta tutupnya sekolah yang berdampak pada berkurangnya ruang interaksi dan arus pertukaran informasi terkait menstruasi.


Bukan Masalah Baru

Cup menstruasi, salah satu produk menstruasi lebih ramah lingkungan. (dok. Instagram @organicup/https://www.instagram.com/p/CLwv_aaDWR7/)

MKM sebenarnya bukanlah masalah baru di Indonesia. Advokasi MKM sendiri telah dijalankan Plan Indonesia sejak 2017. Meski sudah berjalan kurang lebih empat tahun, kegiatan penyadartahuan tetap penting untuk terus dipromosikan dengan pendekatan yang inovatif dan kreatif.

"Kesehatan dan kebersihan menstruasi bukan hanya urusan perempuan. Perlu upaya bersama untuk menciptakan kondisi, yang mana tiap perempuan dewasa dan anak-anak dapat mengatur menstruasinya dengan higienis di mana pun mereka berada secara personal, aman, dan bermartabat," tegas Dini.

Hingga 2021, Plan Indonesia sudah melakukan program MKM di 104 sekolah, mulai SD/MI, SMP/MTs, sampaiSLB, dan memberi manfaat bagi 22.653 anak perempuan dan laki-laki di NTT dan NTB. Ke depannya, pihaknya berencana mengadvokasi dan memfasilitasi tersedianya toilet  yang aksesibel, adanya pendidik sebaya, serta terciptanya kebijakan dan kurikulum yang mendukung MKM di 72 sekolah, baik SD/MI, SMP/MTs, maupun SLB, di dua provinsi tersebut.

"Kami menyerukan agar semua pihak terlibat untuk mendorong pengambil kebijakan, menjadikan MKM sebagai bagian dari pedoman kesehatan reproduksi remaja," tandasnya.


Infografis Protokol Kesehatan Vaksin Terbaik

Infografis Protokol Kesehatan Vaksin Terbaik (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya