Liputan6.com, Jakarta World Health Organization (WHO) kembali mengingatkan negara-negara di dunia mengenai kesetaraan untuk akses vaksinasi COVID-19 demi mengakhiri pandemi di dunia.
Dalam konferensi pers Jumat pekan lalu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebereyesus mengatakan sudah ada lebih dari 3,5 juta kematian akibat virus corona dengan perkiraan kerugian ekonomi global mencapai 22 triliun dolar Amerika Serikat.
Advertisement
Tedros juga mengatakan bahwa adanya varian baru dari virus COVID-19 menyebabkan ledakan wabah bertambah dan membuat pandemi ini masih jauh dari selesai.
"Saya meminta para pemimpin dunia untuk mendorong besar-besaran vaksinasi setidaknya 10 persen dari populasi di setiap negara pada September, dan 30 persen di akhir tahun," katanya seperti mengutip laman resmi WHO pada Kamis (3/6/2021).
"Tujuan 'berlari ke September' ini berarti kita harus memvaksinasi setidaknya 250 juta lebih orang di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk semua tenaga kesehatan dan kelompok paling berisiko sebagai prioritas pertama," kata Tedros.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Cakupan Vaksinasi 70 Persen
Tedros mengatakan bahwa apabila negara-negara dapat segera membagikan dosis vaksinnya, serta jika produsen memberikan prioritasnya kepada COVAX, maka target vaksinasi tersebut bisa tercapai dan menyelamatkan banyak nyawa.
"Pada akhirnya, cara tercepat untuk mengakhiri pandemi ini adalah dengan dramatis meningkatkan produksi global vaksin, tes, perawatan, dan pasokan medis lainnya, serta memastikan akses yang adil," Tedros menambahkan.
Direktur WHO Eropa Hans Kluge mengingatkan bahwa negara-negara tidak boleh berpuas diri meski sudah melaksanakan vaksinasi.
"Pandemi akan berakhir begitu kita mencapai cakupan minimum 70 persen dalam vaksinasi," katanya seperti dikutip dari Straits Times.
Kluge mengatakan, meski saat ini vaksin masih terbukti efektif melawan mutasi virus, namun masyarakat harus tetap waspada. Selain itu, ia mengatakan bahwa negara-negara Eropa juga perlu menunjukkan lebih banyak solidaritas.
"Tidak bisa diterima bahwa beberapa negara mulai memvaksinasi populasi yang lebih muda dan sehat, sementara negara lain di wilayah kita masih belum mencakup semua tenaga kesehatan dan orang-orang yang paling rentan."
Advertisement