Satgas Covid-19: Varian Baru Corona Pengaruhi Efikasi Vaksin

Berdasarkan Whole Genom Sequencing (WGS), sebaran varian baru corona hampir terdeteksi di seluruh Indonesia dan didominasi Pulau Jawa.

oleh Yopi Makdori diperbarui 02 Jun 2021, 09:11 WIB
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito saat konferensi pers perkembangan COVID-19 di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis, 1 April 2021. (Biro Pers Sekretariat Presiden/Lukas)

Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito menyatakan, varian baru virus corona dapat mempengaruhi efikasi vaksin Covid-19.

Dia menuturkan, varian Covid-19 hingga saat ini terus bermutasi. Berdasarkan Whole Genom Sequencing (WGS), sebaran varian baru corona hampir terdeteksi di seluruh Indonesia dan didominasi Pulau Jawa.

World Health Organization (WHO) menyatakan, sejauh ini varian utama terdeteksi yakni B117 (Inggris), B1351 (Afrika Selatan), B11281 atau P1 (Brazil/Jepang) dan B1617 dari India. Semuanya mempengaruhi efikasi vaksin. 

"WHO berdasarkan studi yang dilakukan beberapa peneliti, menyatakan beberapa varian memiliki pengaruh yang sedikit hingga sedang terhadap angka efikasi tiap vaksin pada kasus positif dengan varian tertentu," kata Wiku dalam keterangan tulis, Selasa (1/6/2021).

Pada pengaruh efikasinya, varian B117 mempengaruhi vaksin AstraZaneca. Varian B1351 mempengaruhi vaksin Moderna, Prfizer, AstraZaneca dan Novavac. Sedangkan varian P1 mempengaruhi efikasi Moderna dan Pfizer. Dan untuk varian B1617 mempengaruhi Moderna dan Pfizer.

Kata Wiku, hal ini disebabkan, vaksin yang ada masih menggunakan virus atau original varian yang ditemukan di Wuhan, China.  

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Masih di Bawah 50 Persen

Ilustrasi ilmuwan meneliti varian mutasi virus corona COVID-19. Photo by Trnava University on Unsplash

Meski demikian, WHO juga menyatakan bahwa pengaruh varian baru corona terhadap efikasi vaksin masih bersifat sementara. Dan masih bisa berubah tergantung hasil studi lanjutan yang sedang dilakukan.

Perubahan efikasi tidak menurunkan efikasi vaksin di bawah 50 persen yang menjadi ambang batas minimal yang ditoleransi WHO untuk sebuah produk vaksin yang layak. Bahkan beberapa vaksin di antaranya masih memiliki efikasi di atas 90 persen. 

Menurut Wiku, untuk mengantisipasi hal ini, perlunya dilakukan berbagai solusi secara paralel dan kolektif. Di antaranya, pertama mengefektifkan testing dan karantina pelaku perjalanan demi menekan bertambahnya varian yang masuk. Karena saat ini yang terdeteksi berdasarkan WGS ialah 4 dari 8 varian akibat mutasi Covid-19.

Kedua, menggiatkan WGS secara komplit untuk mengetahui distribusi secara tepat, dan dapat menjadi dasar kebijakan pengendalian yang spesifik sesuai risiko per daerah. 

Ketiga, penegakan protokol kesehatan di semua sektor dan kini kegiatan demi menurunkan peluang kemunculan varian baru atau gabungan dengan kasus-kasus yang ada di Indonesia. Karena pada prinsipnya, mutasi akan menjadi lebih masif, saat penularan di masyarakat juga tinggi. 

Keempat, melanjutkan vaksinasi. Karena vaksin yang digunakan saat ini masih tergolong efektif. Baik untuk mencegah penyakit, maupun menghindari gejala parah pada kasus positif. 

Wiku juga memohon kepada seluruh pemimpin daerah, petugas di lapangan untuk kembali mengevaluasi kebijakan yang diterapkan. Karena solusi-solusi tersebut tidak akan efektif jika tidak ada kekompakan dalam menjalankannya.

Menurutnya perlu ditanamkan keyakinan terhadap kemampuan bangsa untuk sukses mengendalikan Covid-19. Dan sangat berarti dari setiap usaha kecil dan sesederhana seperti memakai masker saat keluar rumah, hingga upaya berskala besar seperti vaksinasi. 

"Semua adalah pahlawan dengan caranya masing-masing. Maka berkontribusilah terhadap pengendalian Covid-19 dengan kemampuannya masing-masing," pungkas Wiku. 

 


Infografis Waspada Mutasi Covid-19 Kombinasi Varian Inggris-India

Infografis Waspada Mutasi Covid-19 Kombinasi Varian Inggris-India. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya