Keberanian Para Joki Cilik di Arena Pacuan Kuda Gayo

Para joki cilik memamerkan keberaniannya dalam pacuan kuda Gayo di Takengon, Aceh Tengah.

oleh Komarudin diperbarui 03 Jun 2021, 11:55 WIB
Tradisi pacuan kuda di Gayo, Takengon, Aceh Tengah, yang diikuti para joki cilik yang gagah berani (Chaideer Mahyuddin/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Aceh Tengah yang beribu kota Takengon tak hanya memiliki destinasi wisata yang eksotis, tapi juga kaya tradisi masyarakatnya. Dari banyak tradisi yang ada, salah satunya pacuan kuda.

Takengon dikenal dengan berbagai julukan, di antaranya Negeri di Atas Awan. Takengon juga dijuluki sebagai Dataran Tinggi Tanoh Gayo dan Negeri Antara.

Setiap ajang tradisi pacuan kuda digelar, masyarakat membanjiri kota Takengon untuk menyaksikan ajang tersebut. Pacuan kuda tradisional itu biasanya diselenggarakan dua kali selama setahun di Kabupaten Aceh Tengah, yaitu memperingati HUT Kota Takengon dan HUT RI.

Seorang joki muda memacu kuda pada tradisi lomba pacuan kuda tradisional Gayo di Takengon, provinsi Aceh tengah, Sabtu (31/8/2019). Pacuan Kuda tradisional yang merupakan tradisi masyarakat Tanah Gayo tersebut diselenggarakan dua kali dalam setahun. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Melansir dari acehprov.go.id, salah satu tempat yang dipilih sebagai lokasi pacuan kuda adalah Gelenggang Musara Alun. Letak persisnya di jantung kota Takengon ibukota Kabupaten Aceh Tengah.

Seorang joki muda memacu kuda pada tradisi lomba pacuan kuda tradisional Gayo di Takengon, provinsi Aceh tengah, Sabtu (31/8/2019). Pacuan Kuda di daratan tinggi Gayo sejak zaman kolonial Belanda tersebut kini menjadi salah satu event wisata Kabupaten Aceh Tengah. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Kondisi lintasan tampak sangat berbahaya. Di sepanjang lintasan yang dibuat melingkar, hanya dibatasi oleh rotan. Perhatian masyarakat bertumpu seluruhnya ke arena pacuan kuda tersebut. 

 

Sejumlah joki muda bersaing pada tradisi lomba pacuan kuda tradisional Gayo di Takengon, provinsi Aceh tengah, Sabtu (31/8/2019). Pacuan Kuda di daratan tinggi Gayo sejak zaman kolonial Belanda tersebut kini menjadi salah satu event wisata Kabupaten Aceh Tengah. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Pacuan kuda di Takengon ini sudah sejak zaman kolonial belanda diselenggarakan. Utamanya setelah para petani memanen hasil pertanian.

Sejumlah joki muda saling memacu kuda dalam balapan kuda tradisional di Takengon, provinsi Aceh pada 2 Maret 2019. Pacuan kuda tradisional digelar pada hari-hari besar daerah nasional di dataran tinggi Gayo Aceh. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Uniknya, para jokinya disebut joki cilik umumnya masih duduk di bangku SMP. Saat menunggang kuda tersebut, mereka tanpa mengenaka pelana.

Seorang joki muda memacu kuda pada tradisi lomba pacuan kuda tradisional Gayo di Takengon, provinsi Aceh tengah, Sabtu (31/8/2019). Pacuan Kuda di daratan tinggi Gayo sejak zaman kolonial Belanda tersebut kini menjadi salah satu event wisata Kabupaten Aceh Tengah. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Selain tradisi pacuan kuda yang juga terkenal di dunia, Takengon juga terkenal dengan hasil pertaniannya, yaitu kopi gayo yang diekspor ke mancanegara. Rasanya ada yang belum lengkap bila wisatawan belum berkunjung dan menyaksikan acara ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya