Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi (paru) dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Anna Rozaliyani, menerangkan terkait mukormikosis yang baru-baru ini disebut dengan istilah infeksi jamur hitam.
Mukormikosis adalah infeksi jamur yang disebabkan jamur golongan mucoemycetes dan tidak tepat jika disebut infeksi jamur hitam karena tidak disebabkan oleh jamur hitam (Dematiaceae).
Advertisement
Anna, menambahkan, aslinya jamur mucoemycetes ada di lingkungan. Spora jamur ini senang berada di tanah atau bahan organik yang membusuk seperti daun, tumpukkan kompos atau pupuk kotoran hewan.
“Jamur ini kemudian kontak dengan pasien kemudian sporanya masuk ke tubuh melalui saluran napas (terhirup melalui udara). melalui cedera/goresan kulit, atau tertelan tanpa disadari,” kata Anna dalam seminar daring PDPI, Kamis (3/6/2021).
Sebagian besar kasus menyebar secara sporadis, tetapi pernah dilaporkan terjadi wabah di rumah sakit melalui peralatan rumah sakit yang terkontaminasi jamur, kebocoran air, penyaringan udara yang buruk, pembongkaran bangunan, cedera akibat bencana alam, dan lain-lain.
"Namun, mukormikosis tidak menular dari orang ke orang, maupun dari binatang. Jadi infeksinya dari lingkungan," kata Anna.
Simak Video Berikut Ini
Tergantung Kekebalan Tubuh
Spora atau konidia (elemen kecil jamur) beterbangan di udara dan berpotensi terhirup oleh siapa saja. Namun, tidak semua orang yang menghirup spora itu kemudian terinfeksi. Menurut Anna, hal ini tergantung pada kekebalan tubuh setiap orang.
“Orang-orang menghirup spora, tapi kok ada yang sakit ada yang enggak? Nah ini kaitannya dengan daya tahan tubuh atau imunitas dan termasuk juga faktor risiko," Anna menjelaskan.
Artinya, elemen jamur yang terhirup ke dalam saluran napas dapat dilenyapkan oleh sistem kekebalan tubuh, tapi jika terdapat faktor risiko seperti diabetes atau immunoparalysis maka dapat terjadi reaksi peradangan serius atau infeksi yang menimbulkan keluhan serta gejala.
Pada Mei 2021, kasus mukormikosis mulai melonjak di India. Lonjakan ini beriringan dengan tsunami COVID-19. Sejauh ini kasus mukormikosis yang dilaporkan di negara tersebut mencapai lebih dari 9.000.
"Di Indonesia juga ada kasus mukormikosis tapi memang ditemukan sebelum pandemi COVID-19. Jumlahnya tidak banyak, mungkin kalau dikumpulkan dari seluruh Indonesia selama satu tahun itu tidak sampai 50, tapi walau terlihat sangat sedikit, penyakit ini sangat fatal,” ujarnya.
Advertisement