Awas, Kecerdasan Buatan Bisa Bantu Membuat Disinformasi

Sebuah penelitian menunjukkan dan menganalisis bagaimana GPT-3 yang merupakan sistem kecerdasan buatan (AI) yang menulis teks dapat digunakan sebagai kampanye disinformasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Jun 2021, 20:00 WIB
Ilustrasi Kecerdasan Buatan. Kredit: Geralts via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penelitian menunjukkan dan menganalisis bagaimana GPT-3 yang merupakan sistem kecerdasan buatan (AI) yang menulis teks dapat digunakan sebagai kampanye disinformasi.

Dilansir dari Global Government Forum, para peneliti menyimpulkan bahwa GPT-3 ini memang tidak akan menggantikan manusia dalam membuat disinformasi. Tapi, alat ini akan membantu mereka dalam menulis yang lebih berkualitas sedang hingga tinggi dan dengan skala yang jauh lebih besar dari sebelumnya.

Para ahli dari Center for Security and Emerging Technology (CSET) di Sekolah Dinas Luar Negeri Walsh Georgetown bekerja sama dengan sistem AI GPT-3 mengujinya di enam aktivitas disinformasi.

“Studi kami menunjukkan kemasukakalan - tapi bukan keniscayaan - dari masa depan seperti itu, di mana pesan otomatis tentang pembagian dan penipuan mengalir di internet,” catat para penulis. "Sementara lebih banyak perkembangan yang akan datang, satu fakta sudah jelas: manusia sekarang dapat membantu mencampur kebenaran dan kebohongan dalam layanan disinformasi,” ungkap salah satu ahli, dikutip Global Government Forum.

Para peneliti juga berpendapat, GPT-3 menipu 88 persen pembaca sehingga teks yang seharusnya ditulis oleh AI dianggap sebagai tulisan manusia. Tidak hanya itu, GPT-3 dapat memproduksi konten ideologi yang merugikan. Eksperimen yang sebelumnya dilakukan AI dapat membuat konten ketika diminta dengan contoh yang dibuat oleh manusia.

Para peneliti juga mengungkap, jika ingin menggunakan GPT-3 untuk kampanye disinformasi, dibutuhkan tiga sumber daya: sistem itu sendiri, operator yang cakap, dan daya komputasi dan kapasitas teknis.

Beberapa pihak menolak menggunakan kampanye ini karena sulit untuk mereka mengidentifikasi teks hasil tulisan AI ini di media sosial. Namun, peneliti menegaskan GPT-3 tidak membantu kampanye disinformasi untuk menciptakan “infrastuktur” yang mereka butuhkan, seperti akun media sosial palsu.

“Mitigasi terbaik untuk pembuatan konten otomatis dalam disinformasi bukanlah fokus pada konten itu sendiri, tetapi pada infrastruktur yang mendistribusikan konten itu,” tulis para peneliti.

(MG/Jihan Fairuz)

Sumber: https://www.globalgovernmentforum.com/ai-could-scale-up-disinformation-campaigns-researchers-warn/

 

Saksikan Video Cek Fakta di Bawah Ini


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silakan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya