Liputan6.com, Surabaya - Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG) mengingatkan potensi tsunami akibat gempa di pantai selatan Jawa Timur.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebutkan, kajian tim ahli BMKG, potensi terburuk bencana tsunami tersebut setinggi 26-29 meter di perairan selatan Jawa Timur dari gempa berkekuatan 8,7 skala richter tepatnya di lepas pantai perairan Kabupaten Trenggalek.
Advertisement
"Waktu tiba gelombang tsunami tercepat akan sampai di Kabupaten Blitar dengan waktu tempuh gelombang dari pusat gempa selama 20-24 menit," kata Dwikorita Karnawati dalam webinar Kajian Mitigasi Gempa Bumi Dan Tsunami Di Jawa Timur Jumat (28/5/2021) lalu yang diakses dari Youtube BMKG, Kamis (3/6/2021), seperti dilansir TimesIndonesia.
Dwikora menyebutkan bahwa hasil analisis dan kajian BMKG juga menyatakan bahwa potensi genangan hasil tsunami itu bisa mencapai setinggi 22 meter. Genangan bisa mencapai 22 meter, ini sampai masuknya juga menjorok cukup jauh ke daratan
Menurutnya, sejak 2008 memang kerap terjadi gempa dengan beragam magnitudo di Indonesia. Sejak 12 tahun terakhir, kuantitas gempa terbanyak ada pada 2019 yakni 11.920 kali gempa. Sementara pada 2020 tercatat 8.258 gempa.
Kekuatan magnitudonya rata-rata di bawah 5. Hanya beberapa saja yang di atas 5 dan sifatnya merusak. Fenomena tersebut berdasarkan kajian perlu diwaspadai karena gempa dengan magnitudo besar selalu diawali dengan banyak gempa dengan magnitudo kecil.
Menurut catatan BMKG, ada tren aktivitas gempa selama 5 tahun terakhir. Karena itu, dia meminta pemerintah daerah meningkatkan kewaspadaan dan mitigasi sebelum terjadi gempa.
"Bukan berarti pasti ada gempa, kami tidak bisa memberi kepastian apakah ada gempa atau tidak. Hanya saja berdasarkan survei dan kajian, gempa-gempa kecil selalu mengawali gempa-gempa besar," ujarnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Sumber
Generator gempa di Jatim kata Dwikorita bersumber dari zona subduksi lempeng di Samudera Hindia dan sesar aktif di daratan. Sebagai daerah yang berhadapan dengan zona subduksi, maka pantai selatan Jatim berpotensi dilanda tsunami. Adanya zona seismik gap di pantai selatan Jatim menurut dia patut diwaspadai, karena zona tersebut seharusnya aktif terjadi gempa, namun jarang terjadi gempa signifikan dalam jangka waktu yang lama.
"Di zona tersebut energi gempanya terakumulasi, sehingga berpotensi terjadi gempa kekuatan besar," terangnya.
Pihaknya mengaku sudah turun ke lapangan melihat kesiapan pemerintah daerah di sepanjang pantai selatan Jatim untuk melakukan verifikasi lapangan peta bahaya tsunami sekaligus melakukan pengecekan jalur evakuasi tsunami.
"Kami mengapresiasi persiapan pemerintah daerah, tapi masih ada catatan secara umum seperti jalur evakuasi belum memadai, serta tempat evakuasi sementara di posisi yang sulit dijangkau masyarakat," ucap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Advertisement