Virolog: Vaksinasi COVID-19 Mempercepat Pengendalian Pandemi

Di beberapa negara yang sudah melakukan vaksinasi COVID-19 memperlihatkan mampu mengendalikan pandemi. Hal ini ini terjadi sejalan dengan program vaksinasi yang diadakan negara tersebut.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 04 Jun 2021, 06:43 WIB
Tenaga kesehatan mengambil serum vaksin AstraZeneca sebelum diberikan kepada peserta di Sentra Vaksinasi Covid-19, GOR Kemayoran, Jakarta pada Kamis (3/6/2021). (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Di beberapa negara yang sudah melakukan vaksinasi COVID-19 memperlihatkan mampu mengendalikan pandemi. Hal ini ini terjadi sejalan dengan program vaksinasi yang diadakan negara tersebut.

“Di Inggris yang cakupan vaksinasinya di atas 50 persen dan Amerika di atas 40 persen, kasus COVID-19 sudah turun dengan angka yang luar biasa. Awal Januari 2021, kasus di Inggris hingga 70.000, sekarang hanya 2000-3000 kasus per hari,” terang virolog g Prof. Dr. drh. I Gusti Ngurah Kade Mahardika.

Sementara itu di Indonesia, vaksinasi COVID-19 bagi tenaga kesehatan di Indonesia yang cakupannya sudah mendekati 100 persen memperlihatkan penurunan kasus COVID-19 dibandingkan dengan sebelum vaksinasi. Jadi pandemi akan segera kita bisa akhiri dengan vaksinasi tentunya dengan cakupan di atas 50 persen dari penduduk apalagi kalau mencapai lebih dari 70 persen.

Mahardika juga menyampaikan bahwa nantinya saat cakupan vaksinasi di Indonesiamelebihi 50%, protokol 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak, dan Mencuci Tangan tidak boleh dilonggarkan. “Karena memakai masker, misalnya, akan mencegah kita terhadap penyakitmenular, tidak hanya COVID-19 tapi juga influenza dan penyakit-penyakit lainnya,” ujarnya.

Hingga Kamis (3/6/2021), vaksinasi COVID-19 dosis kedua di Indonesia sudah ada 10,9 juta orang.  

“Barangkali kita bisa kumpulkan data guru-guru dan petugas publik yang sudah divaksinasi, apakah data kesakitan atau kematian mengalami penurunan. Kalau itu terjadi, maka begitu angka 50 persen tercapai, atau idealnya 70 persen, tercapai maka kita sudah bisa mengatakan pandemi sudah terkendali,” ujarnya.

Mahardika juga mencontohkan bagaimana herd immunity terbentuk pada pandemi sebelumnya. “Ada pandemi yang disebut Spanish Flu. Indonesia juga terdampak, tetapi padawaktu itu tidak ada vaksin. Yang terjadi adalah pandemi berlangsung tiga tahun dan berakhir dengan herd immunity. Jadi imunitas yang disebabkan oleh penularan virus itu sendiri,” ujarnya.

Pandemi besar lainnya yang menurut Prof. Mahardika juga berakhir dengan terciptanya herd immunity yaitu Flu H1N1 tahun 2009.

“Tapi itu pandemi yang ringan (mild). Memang cepat sekalimenular ke seluruh dunia, tetapi tidak menimbulkan gejala klinis yang berat dan kemudian jugaselesai karena herd immunity alamiah,” ujarnya.

Herd immunity baik yang alami maupun yang buatan akan membuat pandemi COVID-19 ini lebih cepat terkendali. “Asumsinya tanpa vaksin itu 3 tahun, maka dengan vaksin dalam 1,5 tahunsudah berakhir. Sekali lagi saya berharap sekali vaksin itu akan menyebabkan kita keluar dari cekaman pandemi ini,” ujar Mahardika.


Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya