Liputan6.com, Jakarta Satuan Tugas COVID-19 Nasional sejak November 2020 sampai Maret 2021 telah melatih lebih kurang 7.000 contact tracer di 15 provinsi.
Menurut Kepala Bidang Penanganan Kesehatan, Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Brigjen TNI (Purn) dr Alexander K Ginting S., Sp.P(K), pelatihan bukan hanya untuk contact tracer saja tapi juga untuk data manager dan supervisor yang sudah dikembalikan ke dinas kabupaten/kota.
Advertisement
“Jadi kita meminta ke dinas kabupaten/kota untuk mengaktifkan seluruh tracer ini dan memobilisasi tracer-tracer yang ada di daerah masing-masing,” ujar Alex kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Jumat (4/6/2021).
Ia menambahkan, sepanjang pandemi contact tracer ini harus terus berjalan. Mengingat, contact tracer berguna untuk melihat mana kasus yang konfirmasi, bergejala, dan kontak erat.
“Setiap kasus terkonfirmasi harus dicari kontak eratnya paling tidak 15 hingga 30 orang, tapi 15 saja sudah cukup walau idealnya lebih dari 20-an.”
Jadi, contact tracing dilakukan bukan hanya untuk mencari orang yang sakit dan bergejala saja tapi juga kontak erat, katanya.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut Ini
Tracing di Tiap Zona
Alex juga menyinggung terkait tracing di tiap zona yang perlu terus dijalankan. Di zona terkonfirmasi seperti zona kuning, oranye, dan merah, tracer akan melihat apakah kondisi para pasien di zona tersebut mengalami perburukan atau tidak.
“Jika perburukan maka akan dirujuk ke rumah sakit, tapi kalau tidak perburukan maka dalam tempo 10 atau 14 hari ke depan pasien-pasien akan dicek ulang apakah sudah negatif atau belum.”
Sementara di zona hijau, contact tracing itu berguna untuk mempertahankan supaya tetap hijau. Jadi, jika di zona hijau tiba-tiba ada yang positif maka orang tersebut langsung dipisahkan dan kontak eratnya dicari.
“Jadi contact tracing itu memang upaya memisahkan mana yang sakit dan mana tidak, mana yang kontak mana yang tidak. Dengan demikian kita bisa melakukan karantina dan isolasi. Ini upaya-upaya kita untuk mencegah klaster yang sporadis,” tutupnya.
Advertisement