Potensi Tsunami di Jatim, BMKG Sebut Alat Peringatan Berfungsi Baik

BMKG memasang banyak sensor gempa di Jawa Timur. Hal tersebut seiring dengan langkah mitigasi BMKG terkait potensi tsunami 30 meter di Jawa Timur dari gempa magnitudo 8,7.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jun 2021, 13:53 WIB
Pandangan udara memperlihatkan sejumlah bangunan rusak usai dilanda gempa dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10). Gempa berkekuatan 7,4 Magnitudo disusul tsunami melanda Palu dan Donggala pada 28 September 2018. (JEWEL SAMAD/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, pihaknya sudah memasang banyak sensor gempa di Jawa Timur. Hal tersebut seiring dengan langkah mitigasi BMKG terkait potensi tsunami 30 meter di Jawa Timur dari gempa magnitudo 8,7.

"BMKG sudah memasang banyak sensor gempa di Jawa Timur. Supaya info dan warning tsunami dapat dengan cepat terdiseminasi. Sehingga memberi manfaat untuk selamatkan masyarakat pesisir," kata Daryono kepada Merdeka.com, Jumat (4/6/2021).

Dia mengatakan, saat ini kesiapan seluruh alat peringatan tersebut telah siap. Anggaran pun sudah dialokasi untuk pemeliharaan alat peringatan tsunami tersebut.

"Semua baik dan ada anggaran pemeliharaannya. Setiap ada kerusakan dilaporkan atau kita punya sistem monitoring alat tersebut," ucap Daryono.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Potensi Tsunami Jawa Timur

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati. (Liputan6.com/Putu Merta Surya Putra)

Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan skenario terburuk gempa bumi dan tsunami di sejumlah wilayah di Jawa Timur. Khusus gempa bumi, diprediksi akan terjadi hingga magnitudo 8,7, sedangkan tsunami bisa setinggi 30 meter.

Pemetaan skenario terburuk ini berdasarkan hasil evaluasi terhadap beberapa klaster di wilayah Indonesia. Hasil evaluasi menunjukkan, terjadi peningkatan kejadian gempa, terutama di lepas pantai selatan Jawa Timur, selatan Selat Sunda, selatan Jawa Barat, selatan Jawa Tengah serta sebelah barat kepulauan Mentawai.

"Nah sehingga kami menyusuri pantai mulai Jatim sampai Selat Sunda mengecek yang kami khawatirkan dari catatan sejarah gempa-gempa yang kekuatannya di atas M 7,0 diprediksi skenario terburuk kekuatannya M 8,7. Kekuatan M 8,7 ini bisa membangkit tsunami," katanya dalam webinar Kajian dan Mitigasi Gempabumi dan Tsunami di Jawa Timur pada Jumat (28/5/2021).

Dwikorita mencatat, selama ini rata-rata kejadian gempa bumi di Jawa Timur mencapai 300 hingga 400 kali dalam sebulan. Sementara sejak Januari 2021, kejadian gempa meningkat signifikan menjadi rata-rata 600 kali sebulan.

Dari 600 kali gempa bumi di Jawa Timur, ditemukan ada zona kosong. Zona ini dikhawatirkan belum melepaskan energi gempa.

 

Reporter : Intan Umbari Prihatin

Sumber: Merdeka

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya