Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat tengah berpolemik tentang tayangan televisi yang disebut tidak pantas dan melanggar hak-hak anak. Menanggapi hal tersebut, artis Ade Fitrie Kirana, meminta semua pihak melakukan intropeksi dan memperbaiki produksi mengikuti aturan dan norma.
"Kini kita hidup di era globalisasi yang membawa pengaruh perubahan tata nilai dari berbagai bangsa termasuk bangsa Indonesia. Pada konteks ini, media televisi dan media sosial banyak memainkan peran. Program televisi begitu menarik dan sangat banyak menarik perhatian dari hampir seluruh aspek kehidupan kita," kata artis yang dikenal publik dengan perannya sebagai Anna di sinetron Islam KTP SCTV.
"Televisi seakan telah menjadi kebutuhan kita sehari-hari. Hampir bisa dikatakan tidak ada rumah yang tanpa televisi. Begitupun media sosial yang sangat lebar informasi yang dapat kita lihat setiap detiknya," imbuh Ketua Umum Yayasan Perlindungan Perempuan dan Anak (YPPA) ini.
Baca Juga
Advertisement
Kehidupan Hedonis
Ia menambahkan, seiring perkembangan zaman, banyak sinetron Indonesia yang menonjolkan sisi kehidupan yang hedonis dan adanya unsur kekerasan, dan maraknya dibawah umur yang mempertontonkan gaya pacaran apalagi saat ini menjadi istri muda .
"Padahal, bila menilik beberapa tahun lalu, banyak sinetron Indonesia yang menyuguhkan tayangan yang mendidik," Ade Fitrie Kirana mengingatkan.
Advertisement
Tiga Efek Siaran Televisi
Sebagai praktisi, Ade Fitrie Kirana menyebut ada tiga efek siaran televisi atau film yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Pertama, efek kognitif, yaitu efek yang ditimbulkan oleh lembaga penyiaran yang mengakibatkan khalayak bertambah pengetahuan dan wawasannya.
"Kedua, reflek afektif yaitu efek yang ditimbulkan oleh lembaga penyiaran yang mengakibatkan khalayak berubah sikapnya. Ketiga, efek psikomotorik yaitu efek yang ditimbulkan oleh lembaga penyiaran yang mengakibatkan khalayak berubah perilakunya," dia menerangkan.
Peminat Tayangan Tak Berkualitas
Artis yang juga menjadi penggiat sosial kemasyarakatan ini mengatakan, sepertinya banyak tayangan yang tidak bermutu lantaran masyarakat Indonesia sebagian besar pendidikannya masih rendah. Sebanyak 76 persen tamatan pendidikan dasar atau putus sekolah menyukai tayangan yang tidak berkualitas.
"Ini tantangan yang harus dihadapi, kalau masyarakat semakin butuh tayangan yang bermutu, edukasi, pengetahuan, pasti akan diproduksi. Hal ini terjadi karena tingkat pendidikan 76 persen hanya tamatan SD dan tidak sekolah jadi kalau mereka yang suka tayangan murahan itu, seperti mistik, jadi ada kaitan dengan pendidikan masyarakat," katanya melanjutkan.
Advertisement
Mengubah Mental Melalui Pendidikan
"Seharusnya masyarakat jangan pernah nonton acara yang tak berkualitas, dan ini butuh waktu panjang dan lama, karena ini termasuk mengubah mental dan paling efektif itu adalah pendidikan. Mari kita lebih selektif memilih tontonan baik itu yang terdapat di televisi maupun media sosial apapun, demi menjaga kualitas anak bangsa kedepan," Ade Fitrie Kirana menguraikan.