Liputan6.com, Malang - Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menjadi habitat yang baik bagi Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) dan Macan tutul (Panthera pardus). Populasi dua satwa langka itu pun tetap terjaga dan bahkan berpotensi semakin bertambah.
Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) dapat mengindentifikasi setidaknya ada 27 ekor elang Jawa dan 21 ekor macan tutul. Khusus untuk elang menunjukkan tren peningkatan populasi dalam beberapa tahun terakhir ini.
Baca Juga
Advertisement
“Ini jadi kabar baik sebab tidak di semua tempat populasi elang bisa meningkat,” kata Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan BB TNBTS, Toni Artaka, Sabtu, 5 Juni 2021.
Sebanyak 27 individu elang itu tersebar di Coban Trisula ada 10 individu, Bendolawang ada 14 individu dan Pronojiwo ada 3 individu. Khusus di Pronojiwo, satu di antaranya baru menetas dan masih berusia 3 bulan diberi nama Garwo alias Garuda Pronojiwo.
“Keberhasilan elang menetas itu jadi pertanda ketersediaan pakan berkualitas, jadi habitat baik,” ujar Toni.
Sebab tidak di semua tempat populasi elang dapat bertambah. Ia mencontohkan di kawasan Gunung Merapi, burung yang diidentikkan dengan mitos Garuda itu bertelur lima butir namun sulit untuk menetas.
“Sepengetahuan saya bertambahnya populasi elang Jawa itu selain di Semeru juga di Malang selatan dan di Gunung Halimun Salak,” ucap Toni.
Selain ketersediaan pakan, ancaman berupa perburuan liar yang semakin berkurang turut andil bertambahnya populasi elang. Selain itu, keterlibatan masyarakat di sekitar Gunung Semeru untuk menjaga sang Garuda kebanggaan juga sangat penting.
“Kami mengedukasi warga elang itu identik dengan Garuda dan menjadi sebuah kebanggaan ikut menjaganya,” kata Toni.
Sebab keberadaan elang Jawa di kawasan TNBTS juga bisa dikelola sebagai sebuah wisata minat khusus. Turis asing berminat datang untuk memburu gambar Garuda, tentu mereka menginap dan memberi efek ekonomi kepada warga.
“Karena itu sekarang semua harus ikut terlibat bertanggungjawab melindungi dan bisa memberi manfaat ke warga,” ujar Toni.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Populasi Macan Tutul
Untuk macan tutul, BB TNBTS telah memasang kamera penjebak (camera trap) sejak 2015 silam. Jumlah kamera yang dipasang dari tahun ke tahun terus ditambah. Sampai hari ini total ada sekitar 50-60 kamera dipasang.
Pemasangan kamera itu memudahkan petugas mengidentifikasi individu macan tutul. Sebab sebelum ada kamera, petugas hanya berusaha mendata berdasarkan bekas cakaran, jejak, kotoran sampai keterangan perjumpaan warga dengan macan.
“Hinga sekarang paling tidak ada 21 individu berbeda di seluruh kawasan TNBTS yang bisa terekam kamera,” kata Toni.
Untuk memastikan macan yang tertangkap kamera adalah individu berbeda, salah satunya dilakukan analisis foto untuk mengidentifikasinya pola totol. Sebab tiap individu memiliki pola totol yang pasti berbeda.
“Kami selalu mengajak komunitas lain untuk menganalisis foto itu. Tapi salah satu yang masih sulit dilakukan adalah membedakan macan jantan maupun betina,” tutur Toni.
Elang Jawa dan macan tutul sendiri termasuk satwa langka dilindungi. Kedua satwa itu masuk dalam daftar merah terancam punah dalam Internasional Union for Conservation of Nature (IUCN).
Advertisement