Satgas Tegaskan Vaksin Bukan Obat untuk COVID-19

Ingat, vaksin tidak digunakan sebagai obat COVID-19, melainkan mencegah tertularnya Virus Corona

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 06 Jun 2021, 14:00 WIB
Petugas kesehatan saat persiapan simulasi vaksin COVID-19 di Puskesmas Tapos, Depok, Jawa Barat, Kamis (22/10/2020). Pemkot Depok menggelar simulasi vaksin COVID-19 dalam rangka persiapan vaksinasi yang rencananya akan dilaksanakan bulan November 2020. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Satgas COVID-19 mengingatkan masyarakat bahwa vaksin bukanlah obat COVID-19 yang digunakan untuk menyembuhkan infeksi akibat virus Corona, melainkan salah satu bentuk pencegahan.

"Fungsi dari vaksin COVID-19 adalah untuk melakukan pencegahan terhadap penularan COVID-19 ataupun mencegah seseorang yang tertular untuk tidak mengalami gejala yang buruk akibat terinfeksi," kata Wiku Adisasmito, Juru Bicara Satgas COVID-19.

"Vaksin COVID-19 bukan diperuntukkan melakukan pengobatan," kata Ketua Tim Pakar Satgas itu menegaskan dalam konferensi persnya pada Selasa awal pekan ini, ditulis Minggu (6/6/2021).

Wiku mengatakan bahwa hingga saat ini, pengobatan untuk COVID-19 masih dalam tahap pengembangan.

"Upaya terbaik dalam menghindari COVID-19 adalah melakukan pencegahan, melalui disiplin protokol kesehatan, dan melakukan kegiatan vaksinasi apabila dimungkinkan," ujarnya.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Pengaruh Varian Baru untuk Vaksin

Di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (25/5/2021), Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menjelaskan trombo emboli vena tidak berkaitan dengan vaksin COVID-19. (Tim Komunikasi Satgas COVID-19/Damar)

Pada kesempatan tersebut, Wiku juga mengatakan empat varian dari virus SARS-CoV-2 yang menjadi perhatian saat ini, juga berpengaruh pada efektivitas vaksin COVID-19 tertentu.

"WHO berdasarkan berbagai studi yang dilakukan beberapa peneliti menyatakan bahwa beberapa varian memiliki besaran pengaruh yang sedikit hingga sedang, terhadap efikasi tiap vaksin pada kasus positif pada varian tertentu," ujarnya.

Wiku mengatakan, varian B117 mempengaruhi efikasi vaksin AstraZeneca, sementara varian B1351 berpengaruh pada efikasi vaksin Moderna, Pfizer, AstraZeneca, dan Novavax.

"Sedangkan varian P1 mempengaruhi efikasi Moderna dan Pfizer, dan untuk varian B1617 mempengaruhi efikasi Moderna dan Pfizer," kata Wiku menambahkan.


Bersifat Sementara

Petugas medis menunjukkan jarum suntik dan vaksin Covid-19 di Puskesmas Cengkareng, Jakarta Barat, Selasa (9/2/2021). Kementerian Kesehatan memulai vaksinasi Sinovac untuk tenaga kesehatan di atas 60 tahun setelah BPOM mengeluarkan izin penggunaan vaksin untuk lansia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Namun, Wiku mengatakan bahwa pengaruh varian terhadap efikasi vaksin ini masih bersifat sementara dan dapat berubah, tergantung dari hasil studi lanjutan yang tengah dilakukan.

"Pada prinsipnya, perubahan efikasi beberapa jenis vaksin terjadi karena seluruh vaksin yang dikembangkan dan digunakan saat ini, masih menggunakan virus yang belum bermutasi atau original variant dari Wuhan," katanya.

"Perlu diketahui bahwa efikasi vaksin atau kemampuan vaksin dalam mencegah penyakit pada penerima vaksin, tidak membuat efikasinya turun di bawah 50 persen, yang menjadi ambang batas minimal efikasi yang ditolerir WHO."

Wiku pun mengatakan bahwa menyelesaikan COVID-19 tidak hanya dapat dilakukan dengan vaksinasi saja. Menurutnya, berbagai solusi harus dilakukan secara paralel dan kolektif.

Solusi tersebut adalah dengan menegakkan testing dan karantina pelaku perjalanan internasional untuk menekan bertambahnya varian baru yang masuk, menggiatkan whole genome sequencing, tetap disiplin protokol kesehatan, serta melanjutkan vaksinasi.


Infografis Sudah Vaksinasi Covid-19? Jangan Kendor 5M!

Infografis Sudah Vaksinasi Covid-19? Jangan Kendor 5M! (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya