Arsitek Inggris Berencana Bangun Resor Terapung Mewah dari Sampah Plastik Laut

Menurut sang arsitek, rencananya membangun resor terapung masih dalam tahap awal tapi diharapkan bisa dibuka pada 2025.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Jun 2021, 04:01 WIB
Rancangan gambar bangunan resor terapung mewah yang berlokasi di Kepulauan Cocos, Australia. (Credit: Courtesy Margot Krasojević Architecture)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang arsitek asal Inggris berencana untuk membangun resor terapung yang mewah. Uniknya, ia akan membuat resor dari bahan sampah plastik di laut yang dipulihkan di lokasi terpencil, tepatnya di Samudra Hindia.

Dilansir dari laman CNN, Minggu (6/6/2021), Margot Krasojević pendiri dari Margot Krasojević Architecture mengatakan terdapat konsep resor 75 kamar yang siap dibangun. Ia mengaku dana yang diperlukan sudah tersedia tapi menolak memberitahu sumber pendukung keuangannya.

Resor tersebut nantinya akan dibangun di atas “Pulau Terapung” yang berlokasi di Kepulauan Cocos, Australia dan terletak sejauh 2.750 kilometer barat laut Perth, Australia Barat.

Pada bagian bawah resor yang terinspirasi dari Great Pacific Garbage Patch atau Pulau Sampah Pasifik Besar di Samudra Hindia tersebut, akan terdiri dari kantong plastik yang dianyam bersama dan kemudian ditaruh ke dasar laut.

"Kantong-kantong tersebut nantinya dibebani dengan lumpur dan pasir untuk memastikan agar strukturnya stabil," kata Krasojević dalam siaran persnya.

Krasojević menjelaskan bahwa rencananya masih dalam tahap awal dan bisa memakan waktu beberapa tahun untuk dibangun. Tetapi, ia berharap resor itu akan dibuka untuk umum pada 2025.

Saksikan Video Pilihan Berikut:


Menghindari Dampak Lingkungan

Ilustrasi gambar pulau (dok Julius_Silver/pixabay.com)

Ia juga mengungkapkan bahwa ini sebuah alternatif untuk lebih sadar lingkungan karena para wisatawan bisa berdekatan dengan lingkungan mereka.

"Plastik itu mudah dibentuk dan fleksibel sehingga bisa dicetak ulang, direformasi atau dipecah dan dibangun kembali. Saya pribadi menganggapnya sebagai alternatif yang lebih baik daripada membuangnya di TPA (Tempat Pembuangan Akhir)," terangnya.

Sementara itu, Claire Barlow, dosen senior di bidang Teknik dari Universitas Cambridge Inggris dan ahli di bidang manufaktur berkelanjutan, menyambut baik semua upaya untuk menghilangkan plastik dari laut. Namun, ia mengingatkan bahwa semua jenis konstruksi harus dilakukan dengan cara yang seimbang untuk menghindari dampak lingkungan yang tidak diinginkan.


Persoalan Baru

Ilustrasi resor (Tia Helmy/unsplash).

"Dalam sebagian kecil dari teka-teki besar berurusan dengan sampah laut, saya pikir itu ide yang bagus. Itu di bagian dunia yang sensitif dirusak oleh plastik, jadi apa pun yang dapat dilakukan untuk menguranginya adalah baik," ucapnya.

Tetapi, ada masalah jika di lingkungan tersebut membangun hotel atau resor, karena akan ada bahan bangunan dan lalu lintas tambahan di daerah itu. Kemudian, begitu resor ada di sana, akan ada banyak orang datang dan bisa saja membuat persoalan baru.

"Hotel perlu hati-hati mengelola hal-hal seperti limbah yang dihasilkan di pulau itu. Ini memang agak berisiko terhadap lingkungan, tapi setidaknya masih membantu meningkatkan kesadaran akan limbah laut," tutur Barlow.  (Muhammad Thoifur)


Timbulan Sampah Sebelum dan Sesudah Pandemi

Infografis Timbulan Sampah Sebelum dan Sesudah Pandemi. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya