Liputan6.com, Jakarta - Nicolas Saputra mengaku banyak menghabiskan waktunya selama pandemi di dapur rumahnya. Artis peran itu banyak mengeksplorasi masakan Indonesia, jenis masakan yang ia pikir tak bisa dikuasainya lantaran menggunakan banyak bumbu dan resep yang dianggapnya rumit.
Memadukan informasi dari tutorial masak di situs berbagi video dan tanya-tanya ibu dan teman-temannya, ia kini bisa memasak beragam makanan. Salah satu yang membanggakan dirinya adalah membuat ayam woku sendiri. Semua dilakoni Nico di dapur di vila miliknya.
Baca Juga
Advertisement
Bicara soal dapur, menurut Nico, penting sebuah dapur memiliki flow yang bagus. Ada segitiga yang tidak boleh diganggu gugat saat mendesain area dapur, yakni posisi mengambil makanan atau bahan masakan, area persiapan, dan memasak.
"Ketika di awal mendesain dapur, itu sudah dikomunikasikan ke arsiteknya... Sama arsiteknya kemudian dieksekusi," jelas Nico saat ditemui di sela peluncuran Miele Gen 7000, beberapa waktu lalu.
Ia juga berpendapat bahwa dapur idealnya terhubung langsung dengan sumber bahan segar. Ke depan, ia berharap memiliki dapur yang juga terhubung langsung dengan kebun pribadi yang sudah dirintisnya sejak pandemi. Sejumlah sayur pun sudah dipanennya, seperti kangkung, oyong, cabai, dan kecombrang.
"Jadi, semuanya fresh. Tapi, ternyata agak sulit karena enggak semua bahan makanan bisa ditanam sendiri," cetus pemeran film Aruna dan Lidahnya itu.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Peralatan Terpenting di Dapur
Tak kalah penting dari desain adalah peralatan dapur yang mendukung. Ia menyebut kulkas sebagai perabotan terpenting.
"Yang paling penting refrigerator atau kulkas yang bagus, apalagi saya nggak bisa setiap hari belanja," ujar Nico.
Menurut Nico, ia memerlukan kulkas yang mampu menjaga kesegaran bahan dan tahan banting. Terlebih, daya listrik juga naik turun yang membikin kulkas jadi lebih ringkih.
"Kulkas dengan kualitas yang baik sangat mendukung apa yang kita makan," sambungnya.
Ia mengaku lebih baik membeli produk yang mahal tetapi tahan lama dibandingkan produk yang murah tetapi cepat rusak. "Saya inginnya dapur itu permanen, enggak mau bongkar-bongkar lagi," imbuh Nico.
Advertisement
Bukan Teritori Gender Tertentu
Nico juga menambahkan, dapur bukanlah teritori gender tertentu. Baik pria maupun wanita semestinya menguasai memasak sebagai keterampilan bertahan hidup.
"Laki-laki ke dapur itu enggak asing bagi saya, ayah saya juga masak," jelas dia.
Keterampilan itu juga membantunya saat traveling ke alam, seperti mendaki gunung. "Penting bisa buat masakan sederhana supaya bisa bertahan hidup. Kayak camping ke hutan, kita kan dituntut untuk masak sendiri, mau makan gimana kalau kita enggak bisa masak? Maka, penting untuk mengetahui alatnya, caranya," jelas dia.
Nico mengaku jauh sebelum membintangi film yang bertema kuliner, ia telah lebih dulu mempelajari cara memasak. Baginya, memasak adalah bagian dari meditasi.
"Seneng aja sih bisa masak. Menurut saya, masak itu meditatif, bisa menenangkan. Ada berbagai macam unsur di situ, ada suara, warna, rasa, aroma. Itu hidup banget buat saya," jelasnya.
Diplomasi Indonesia via Jalur Kuliner
Advertisement