Tekan Ledakan COVID-19, Dokter Puskesmas Harus Tepat Skrining Pasien

Dokter di Puskesmas berperan dalam menekan ledakan kasus COVID-19 di Indonesia

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 08 Jun 2021, 17:01 WIB
Ketua Satgas COVID-19 Ganip Warsito memberi keterangan pers usai Rapat Terbatas "Penanganan Pandemi COVID-19" di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (7/6/2021). (Humas Sekretariat Kabinet)

Liputan6.com, Jakarta - Upaya menekan ledakan COVID-19 yang terjadi di sejumlah daerah, Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Ganip Warsito menegaskan bahwa dokter di puskesmas harus tepat melakukan skrining pasien COVID-19 sesuai derajat keparahan.

Menurut Warsito, skrining pasien COVID-19 sebagai langkah penanganan utama, sehingga tidak semua yang positif dirujuk ke rumah sakit.

Bagi pasien COVID-19 gejala ringan dapat menjalani isolasi di fasilitas isolasi yang sudah disiapkan pemerintah daerah masing-masing.

"Dokter di puskesmas harus betul-betul bisa menskrining, mana pasien COVID-19 yang bisa dilakukan dengan isolasi mandiri ataupun karantina, lalu mana pasien yang harus dirujuk," kata Ganip saat Rapat Koordinasi Satgas Nasional pada Senin, 7 Juni 2021.

"Itu harus dipahami derajat atau tingkat sakit, apakah yang bersangkutan Orang Tanpa Gejala (OTG), gejala ringan, sedang, berat atau kritis. Ini harus bisa terus diseleksi lagi di tingkat mikronya." Ganip menambahkan.

Apabila skrining pasien COVID-19 tidak dilakukan dengan tepat, lalu banyak pasien yang sebenarnya dapat isolasi mandiri malah masuk rumah sakit akan berdampak pada keterisian tempat tidur. Rumah sakit akan penuh dan tidak mampu menampung pasien COVID-19.

"Sumber daya manusia rumah sakit, yakni tenaga kesehatan harus diatur. Dinas Kesehatan selaku case manager (pengelola pelayanan pasien) harus bisa mengatur ini semua, sehingga kasus COVID-19 yang ditemukan atau ditesting dan tracking di daerah, desa ya tidak semuanya harus dirujuk ke rumah sakit," kata Ganip Warsito.

"Ini yang mengakibatkan rumah sakit menjadi tidak mampu menampung pasien. Tolong dievaluasi (skrining pasien) puskesmas," ujarnya.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:


Evaluasi Ketersediaan Tempat Tidur COVID-19

Seorang pasien COVID-19 bermain ponsel di dalam Rumah Lawan COVID-19 (RLC) Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (2/6/2021). RLC merawat lebih dari 60 pasien positif covid-19 yang melonjak drastis lebih dari 50 persen pasca lebaran. (merdeka.com/Arie Basuki)

Ganip Warsito menambahkan, evaluasi ketersediaan tempat tidur COVID-19 perlu dilakukan. Hal ini demi memastikan seberapa besar daya tampung rumah sakit merawat pasien COVID-19.

"Yang tidak kalah penting, kita harus bisa mengevaluasi terus dan memastikan ketersediaan tempat tidur untuk penanganan COVID-19, baik tempat tidur isolasi maupun ICU," tambahnya.

"Tolong dievaluasi ini keterisian tempat tidur, berapa jumlah persentase atau daya tampung rumah sakit sampai dengan persentase ICU dan isolasi."

Pemerintah daerah juga harus memastikan tentang kesiapan tempat-tempat isolasi terpusat, rumah-rumah yang ditentukan untuk shelter ataupun menampung warga masyarakat yang terpapar COVID-19.

Selain itu, perlu monitor dan evaluasi data kasus COVID-19 di daerah, mulai tingkat mikro sampai tingkat kabupaten/kota, bahkan provinsi. Dalam hal ini, posko COVID-19 di masing-masing daerah dapat mencermati sekaligus mengikuti kasus harian COVID-19, terutama indikator jumlah kasus aktif, tingkat kematian, kesembuhan, dan persentase tempat tidur serta mobilitas warga.


Rujukan Pasien COVID-19 ke RS Kota Terdekat

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin melakukan kunjungan ke Puskesmas Bambanglipuro di Kabupaten Bantul Provinsi DI Yogyakarta pada 1 Maret 2021. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Langkah menghadapi ledakan COVID-19, seperti di Kudus, Jawa Tengah dan Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, pasien bergejala sedang, berat dan kritis dapat dirujuk ke rumah sakit di kota terdekat.

"Pasien dari Kudus dirujuk ke Semarang, sedangkan dari Bangkalan dirujuk ke Surabaya. Alhamdulillah, kapasitas rumah sakit di Semarang dan juga di Surabaya itu cukup untuk menerima rujukan dari daerah Kudus dan Bangkalan," ujarnya.

Adapun secara nasional, dari total 72.000 empat tidur yang dialokasikan untuk perawatan pasien COVID-19 telah terisi sekitar 31.000.

“Kita masih memiliki cadangan tempat tidur isolasi yang cukup. Kita mempersiapkan 72.000 tempat tidur isolasi, pada saat tanggal 18 Mei 2021, baru terisi sekitar 22.000, sekarang memang ada kenaikan sampai ke 31.000,” lanjut Budi Gunadi.


Infografis 4 Hal Positif untuk Kesembuhan Pasien Covid-19

Infografis 4 Hal Positif untuk Kesembuhan Pasien Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya